Namaku Sabrina, biasa dipanggil Zizi. Aku dilahirkan dan dibesarkan diantara orang yang bisa dikatakan berbahaya. Tetapi aku juga sudah dilatih menjadi salah satu bagian dari mereka dan juga tentu untuk melindungi diri. Kakekku orang Rusia dan nenekku orang Inggris. Tetapi ibuku orang Indonesia. Bisa dibilang aku memiliki darah Rusia, Inggris dan Indonesia. Satu – satunya siswa yang memiliki mata biru dan rambut pirang membuatku menjadi sorotan di lingkungan sekolah. Dan itu sedikit membuatku tidak nyaman.
Aku memiliki banyak kakak laki laki. Lebih tepatnya kakak sepupu. Kakak kandungku, Chris meninggal waktu umur 7 tahun. Kata ibuku,dia meninggal karena terjatuh dari taman bermain. Waktu itu aku masih berumur 5 tahun.
Aku tidak sering pergi ke Rusia. Hanya ketika libur panjang ataupun kakek yang mengunjungiku. Dan sudah 2 tahun aku tidak kesana. Entah aku masih ingat wajah kakak – kakak ku atau tidak. Di sana kakekku sering mengajariku bagaimana membuat racun yang digunakan untuk membunuh tanpa diketahui dan terdeteksi. Aku sangat menyukainya. Hingga aku selalu membuatnya dan berusaha untuk menciptakan hal yang lebih menarik lagi.
…
Aku duduk di bangkuku sambil memakai headset dan membaca novel. Entah kenapa aku suka memakai headset tanpa musik. Aku melihat jam yang ada di hpku. 15 menit lagi bel pulang akan berbunyi. Ujian kelas 12 membuat banyak guru sibuk dan akhirnya hanya meninggalkan tugas. Kebanyakan siswa akan mencontek agar selesai lebih cepat. Salah satu teman sekelasku menghampiriku dan mengajak pulang. Ya, setidaknya itu sedikit mengusir rasa bosanku. Kukemasi buku dan alat tulisku lalu memasukkannya dalam tas. Aku berjalan kaki sendiri ketika pulang se. Ketika diperjalanan pulang, aku melihat seorang anak kecil yang sedang dirisak oleh seorang laki laki yang terliaht seumuran denganku. Sebenarnya, bukan pertama kalinya aku melihat orang itu merisak anak kecil. Aku pernah melihatnya beberapa hari lalu. Melakukan kekerasan dengan anak SD dan meminta uang mereka. Sungguh kejam memang. Biasanya aku menahan diri agar tidak terlibat dan langsung pulang.
Tetapi tidak untuk hari ini. Aku harus memberi pelajaran pada orang itu. Kudatangi lelaki itu dan menegurnya. "Hentikan kelakuan burukmu. Aku sudah muak melihatnya."
Lelaki itu menoleh dan menatap sinis padaku. "Aku tidak ada urusan denganmu. Jadi,jangan jadi sok pahlawan. Ja****." Lelaki itu ternyata membawa balok kayu ditangan kanannya.
Aku memberi isyarat pada anak kecil itu untuk pergi. Anak itu mengangguk dan pergi ketakutan. Lelaki itu menggeram melihat anak kecil tersebut melarikan diri. Kemudian ia menyerangku dengan balok. Aku sudah belajar bela diri sejak sekolah dasar. Jadi, tidak sulit bagiku jika sedang menghadapi orang jahat seperti dia.
Aku hampir kewalahan menghadapinya. Sampai akhirnya kuambil pulpen berisi jarum beracun yang ada di saku rokku dan menancapkan ke lehernya. Lelaki itu akhirnya tumbang dan mengelepar seperti ikan yang keluar dari air. Menandakan bahwa racunnya sudah bekerja. Entah kenapa aku puas bisa membunuh orang tersebut. Untungnya,aku memakai sarung tangan. Jadi, aku tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Aku menaiki motor dan melanjutkan perjalanan pulang.
…
Esok harinya,berita kematian lelaki itu tersebar. Ternyata dia adalah kakak seniorku yang sebentar lagi akan lulus. Orang - orang mengatakan bahwa dia meninggal karena sakit jantung. Sebenarnya, banyak juga yang bersyukur karena dia termasuk murid yang suka menindas orang lain dan suka tawuran. Teman sebangkuku, Reina membicarakan tentang orang itu denganku.
"Eh, Zi, kamu sudah dengar belum tentang kakak senior gila kita yang meninggal itu? Katanya dia meninggalnya di gang sebelah bekas gudang pabrik es. Bukannya kamu sering lewat situ ya?" Tanya Reina.
"Iya Rei, tadi pagi aku juga kaget ada banyak orang berkerumun disitu. Bikin jalan macet tau. Untung aja berangkatku pagi." Aku sudah terbiasa bersikap senormal ini. Bagiku,dia pantas mendapatkannya karena dia sudah berbuat hal yang membuatku muak.
"Kamu nggak takut apa. Nanti kan pulang sore. Kalo dia tiba tiba muncul didepan kamu gimana? Ihhhh, serem." Aku tertawa kecil mendengar kata kata Reina. Dia memang orang yang paranoid. Aku melanjutkan aktivitasku membaca novel yang kubawa.
"Eh, Za. Sebenernya kamu blasteran apa bukan sih. Kok kalo aku perhatiin, mata kamu agak biru ya." Aku menoleh ke arah Reina dan tersenyum.
"Emmm,gimana ya. Ayah aku itu blasteran Inggris – Rusia. Kalo ibu aku itu asli orang Indo. Jadi gimana tuh. Blasteran apa bukan? Aku dapat mata biru ini dari kakek aku. Dia orang Rusia." Reina mengangguk mendengar penjelasan dariku.
"Wah,keren dong. Jadi nggak perlu pake softlens lagi. Pantesan aja nama kamu kayak nama orang Rusia gitu. Sabrina Zasha Rasskazova. Trus kamu punya adik nggak?" Aku tertawa kecil melihat Reina sekepo itu padaku.
"Nggak punya Rei. Aku anak tunggal. Dulu aku punya kakak. Tapi dia meninggal waktu umur tujuh tahun." Reina kaget mendengar pernyataanku. Dia menyesal sudah menanyakannya. Aku hanya memakluminya. Dia baru bertemu denganku. Tak lama kemudian,bel masuk berbunyi. Aku sedikit lega karena Reina tidak banyak bertanya lagi.
"Sebenarnya kasihan juga ya kakak senior kita itu. Dia disuruh – suruh meminta uang sama anak – anak gang. Katanya sih dijanji kalau akan diberi uang. Tapi ternyata tidak. Atau mungkin saja yang membunuh itu si penyuruh?" kata Reina.
"Sudahlah. Mungkin saja dia benar – benar memiliki penyakit itu." Aku berusaha untuk meyakinkan Reina. "Ya tetap saja Zi. Semoga kita nggak mengalami hal seperti itu ya Zi, pokoknya jangan gampang percaya sama siapapun." Ujar Reina. Aku hanya tersenyum dan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Aku merasa bosan dengan apa yang guru itu katakan. Akhirnya,aku memutuskan untuk tidur saja, Guru itu tidak akan tahu karena aku duduk di bangku paling belakang. Belum sampai 1 menit memejamkan mata, tiba - tiba ponselku bergetar. Ada 3 pesan masuk. Dua dari mama dan satunya nomor tidak dikenal. Mama meberitahuku agar nanti memesan makanan untuk makan malam karena mama akan keluar kota. Lalu kubaca pesan yang kedua, kalau ternyata mama dan papa akan pergi untuk beberapa hari. Aku tahu apa maksud dari mama Aku hanya membacanya dan tidak menjawab. Lalu,kubuka pesan dari nomor yang tidak dikenal itu. aku mengerutkan kening karena pesannya sangat aneh. "Kau akan tahu kebenarannya sebentar lagi.' Kebenaran apa? Apa maksudnya? aku memutuskan untuk ridak membalas pesan tersebut dan menghapusnya. Namun aku masih memikirkan apa maksud pesan itu? Apakah ada rahasia keluarga yang belum aku ketahui? Memikirkannya membuatku pusing, Aku kemudian melanjutkan waktu tidur ku yang tertunda.