2 tahun kemudian....
Hari ini adalah hari terakhirku bersekolah di sekolah menengah. Dan sudah 2 tahun sejak pertama kalinya aku membunuh dan menggunakan salah satu racun koleksiku. Aku memiliki banyak sekali koleksi racun yang kuracik sendiri. Paling banyak racun ular yang menjadi koleksiku. Dan aku sudah menggunakan salah satunya, yaitu racun ular mamba hitam. Aku juga memiliki racun paling mematikan di dunia, racun polonium. Racun yang 250.000 kali lebih mematikan daripada hydrogen sianida.
Baru saja sekali aku menggunakan senjataku, semua keluargaku sudah heboh sendiri. Terutama ayahku. Ayahku memujiku dan mengatakan kalau aku sudah bisa diberikan pekerjaan spesial. Hingga suatu hari, ayahku mengatakan bahwa aku sudah didaftarkan di salah satu universitas yang ada di Rusia. Aku hanya bisa menurut. Karena jika aku menolak pun aku akan dipaksa. Lagipula, mungkin ini bisa menjadi kesempatanku untuk bisa lebih bebas lagi. Atau, mungkin aku akan mendapatkan sesuatu yang menarik disana.
Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Rusia. Hanya Ibuku yang mengantarku. Ayahku tidak bisa mengantar karena sibuk dan hal itu tidak bisa ditinggalkan. Huh,alasannya terlalu bagus. Aku memandang ibuku dengan sedikit tersenyum. Mungkin aku akan merindukannya.
Setelah itu, aku pun menuju pesawat dan mencari tempat dudukku. Ketika di dalam pesawat,aku merasa ada yang sedang memperhatikanku. Untuk memastikan siapa yang sedang mengawasiku,aku memegang ponselku, membuka aplikasi kamera dan memegangnya agak tinggi.
Aku melihat seorang pria yang agak mencurigakan duduk tidak jauh dari kursiku. Aku berusaha untuk terlihat tidak mencurigai siapapun dan mengambil beberapa selfie. Setelah selesai,aku memasukkan ponselku ke dalam tas kecil dan memandangi pemandangan diluar pesawat. Karena mengantuk, aku pun tertidur selama dalam perjalanan.
…
Aku merasa kalau diriku tidak tertidur sambil duduk lagi, melainkan terbaring diatas kasur yang empuk. Aku segera membuka mataku dan memandangi sekelilingku. Aku mendapati diriku sudah ada di sebuah kamar yang berukuran seperti suite room hotel bintang lima. Aku pun menyambar tasku yang ada di atas nakas dan menuju pintu keluar. Hingga sebuah suara yang mengintimidasi menghentikanku.
"Anda mau pergi kemana Nona?" Aku berhenti dan menoleh ke sumber suara. Ada seorang laki laki yang berdiri sambil menghadap jendela. Orang itu berbalik lalu membungkuk padaku.
"Siapa kamu? Kenapa aku bisa ada disini?" Aku membalas tatapan dinginnya dengan tatapan yang lebih tajam lagi. Dia tersenyum miring "Saya adalah orang yang ditugaskan untuk menjaga anda."
Aku tidak mengerti apa maksudnya. Penjaga? Really? Sejak kapan aku punya penjaga? Pernah lihat wajahnya saja tidak.
"Kamu bohong kan? Aku aja nggak pernah lihat orang kayak kamu. Tunggu dulu,kamu yang menguntit aku di pesawat tadi kan?" Orang itu terkekeh.
"Lebih tepatnya aku adalah orang yang menyelamatkanmu di pesawat tadi." Aku bingung. Maksud dia apa? Kenal aja enggak,ngaku ngaku penyelamat lagi.
"Jelaskan detailnya. Jangan basa basi. Dan apa kita sudah ada di Rusia?" Aku mulai kesal sekaligus takut dengan orang ini. Aku juga tidak tahu dimana aku sekarang.
"Baiklah Nona Zasha. Saya adalah orang yang sudah mengawasi anda sejak masuk sekolah menengah di Indonesia. Dan yang menyuruh saya adalah kakek anda, Mr. Rasskazov. Sudah nona,kita ada di Moskwa sekarang." Aku terkejut. Untuk apa kakek repot – repot menyuruh orang untuk mengawasiku. Terlebih lagi orang ini sudah mengawasiku sejak aku sekolah menengah. Itu artinya dia tahu apa yang sudah aku lakukan selama ini. Pantas saja aku selalu merasa diawasi.
"Maksud kamu,kakek menyuruhmu untuk mengawasiku begitu? Untuk apa coba? Apa jangan – jangan..."
"Benar Nona. Mr. Rasskazov sudah mengetahui apa yang anda lakukan. Maka dari itu, Beliau menyuruh saya untuk mengawasi anda." Huh, kakek terlalu perhatian denganku. Yah,bisa dibilang aku ini cucu kesayangan kakek. Karena memang hanya aku cucu perempuan satu – satunya di keluarga besar ini. Beliau lah yang telah mengajariku membuat racun andalanku dan mengajariku bagaimana cara menghadapi seseorang. Itu cukup berguna bagi diriku. Dan mengapa Kakek menyuruh orang untuk menjagaku? Ada - ada saja orang tua itu.
"Ya sudahlah kalau begitu. Kalau kakek yang meminta,aku tidak bisa menolak." Aku berjalan menuju sofa yang ada didekat pintu. Aku meminjam ponsel "penjaga" ku itu dan menelpon kakek. Aku kurang bisa menggunakan Bahasa Rusia,karena aku besar di Indonesia. Dan aku hanya berkunjung ke rumah kakek jika liburan saja. Untung saja kakek bisa Bahasa Indonesia. Walau sedikit bercampur Bahasa Inggris.
"Halo." Terdengar suara lelaki yang bernada tegas dan berwibawa dari ponsel itu.
"Halo Kek, ini Zizi."
"Zizi? Kamu sudah sampai di Rusia? Apa kamu bersama butler mu?" Aku melihat "butler" itu yang selalu memandang ke depan bagaikan patung lilin bernyawa. Dasar patung berjalan.
"Iya Kek, Zizi ada di Moskwa sekarang. Kek,kenapa kakek repot – repot mengutus butler buat Zizi. Zizi kan sekarang sudah besar. Sudah bisa jaga diri." Aku mendengar Kakek tertawa.
"Jika bisa jaga diri. Kenapa kamu bisa diculik butler mu dan tiba – tiba ada di Moskwa?" aku baru sadar. Jika aku tadi ketiduran di pesawat. Dan jika sudah tidur,aku akan seperti orang mati. Jika pesawat tadi jatuh pun aku pasti tidak sadar.
"Itu demi kebaikanmu,little princess. Kakek dan Ayahmu ini punya banyak musuh. Salah satunya ada di pesawat yang kamu tumpangi tadi" Apa yang dimaksud Kakek adalah orang yang mencurigakan di pesawat tadi.
"Ya sudahlah Kek. Zizi ngalah." Aku melihat butler itu sedikit menertawakanku. Aku menggerutu sendiri.
"Baiklah,sekarang serahkan ponsel itu ke butlermu. Kakek mau bicara dengannya."
"Iya Kek." Aku mengembalikan ponsel butler itu tanpa mematikan teleponnya. Butler itu pun menuju balkon dan sebentar kemudian dia kembali lagi.
"Nona,kita akan menuju kediaman Tuan Rasskazov." Akhirnya aku pulang juga. Sudah tidak sabar rasanya ingin bertemu Kakek. "Kalo begitu ayo berangkat. Oh iya, tidak sopan rasanya kalau selalu memanggilmu butler. Apalagi kau terlihat lebih tua dariku. Siapa namamu?"
"Maaf Nona,jika saya belum memperkenalkan diri sebelumnya. Nama saya Felix Alexandrov."
"Baiklah. Aku akan memanggilmu Felix. Dan bisakah kamu tidak terlalu kaku denganku. Aku ini lebih muda darimu." Sebenarnya aku agak terganggu dengan sifatnya yang terlalu formal dan kaku itu. Dia lebih mirip patung berjalan.
"Baiklah Nona. Akan saya usahakan." Aku memutar bola mataku. Dia sungguh orang yang membosankan. Ketika sampai didepan hotel,sebuah mobil Porsche berwarna hitam berhenti di depan kami. Felix membukakan pintu mobil dan menyuruhku masuk. Layaknya seorang tuan putri. Aku melanjutkan tidurku karena masih merasakan jetlag. Setelah itu,mobil pun melaju menuju kediaman Kakekku di Ferapontovo, Vologda.