Chereads / Hantu Tongkah / Chapter 8 - Chapter 8 - Lepas Rehat

Chapter 8 - Chapter 8 - Lepas Rehat

Di permukaan laut kecil berlayarlah sebuah speedboat di siang bolong dengan mungilnya. Dibalik itu perasaan duka menimpa salah sekian empat penumpang di dalamnya.

"Apa reaksi keluarga Jihan saat mendengar kabarnya?" Ayi bertanya dengan nada pelan terhadap Lisa yang duduk di sebelahnya.

"Baru saja aku ingin bilang." Gadis tomboi itu tersengih. "Awalnya menangis, ibunya lalu mengampet dan marah, 'Kalau saja kalian tidak minta Jihan mengantarkan barang kalian, semuanya tidak terjadi seperti ini. Lagian kenapa kalian mengajaknya segala, ha! Kalau terjadi apa-apa dengan puteriku maka bersiaplah bertanggung jawab!' begitulah salah satu kutipan ujaran beliau" Sambil mengatakan Lisa mengotak-atik hp nya.

Ayi mengernyitkan bibirnya dan langsung memandang ke atas.

Telah kuterima alhasil, kesimpulannya misi kami gagal. Ketika aku mendengar kemarahan ibunya Jihan dari Lisa, aku merasa bersalah sekali dan rencanaku bertabur entah berantah. Akankah aku dapat memulihkan keadaan ini seperti semula? Tetapi santai saja, karena Tuhan pasti mendengar dan menolongku.

Speedboat yang mengangkut mereka telah tiba di sebuah pelabuhan, tampaklah keluarga Jihan sedang menanti disana.

Perasaan Ayi tiba-tiba berbeda, di batinnya bergetar dan bertanya-tanya. "Apakah kami akan di serang ketika naik nanti?"

Di saat mereka naik ke ponton bersama si malang Jihan di atas sebuah tandu, Ayi terus menatap ke bawah. Dag-dig-dug jantung dibuatnya. Takut mungkin saja, tapi rasa bersalah juga berbaur menjadi satu.

Sepertinya si kembar itu juga merasakan hal yang sama. Wajah mereka terlihat pucat sekali bak vampir konyol.

Mereka bertiga pun menghampiri keluarga Jihan dengan lembut. Mereka langsung menerima tatapan-tatapan pedas secara bersamaan. Sempat terpandang oleh mereka bertiga, tapi mereka segera mengalihkan kembali pandangan kebawah seraya mengeles dan meminta belas kasihan.

Ternyata keluarga Jihan fokus terhadap puteri yang diangkut pergi oleh tim medis, mereka milih berduka dan meninggalkan tiga pemuda yang padahal bergemetar lutut itu.

"Semoga lekas sembuh temanku." Lisa melambai-lambaikan tangan dengan lemas, Ropi dan Ayi pun tersenyum tipis melihatnya.

"Ayo pulang, Lisa." Ajak Ropi dengan singkat, dia langsung bertransaksi dengan Tukang ojek disana. Sedangkan Ayi yang melihatnya juga ikut berjalan.

"Bye Lisa, Ropi, aku pulang berjalan kaki saja, duluan ya!" Ayi berjalan dengan memikul ransel nya.

Butuh waktu untuk menceriakan teman-temanku kembali, aku harus tetap bersabar. Karena aku juga tidak harus menyalahkan diri sendiri, ini merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa. Niat dan tujuanku tidak salah tapi apa daya tetap terhalangi. Tetap semangat!

****

Sraash!

Ayi meletakkan belanjaannya di meja dapur, ternyata dia sempat menyinggahkan diri di pasar. Entah apa yang digalinya di kantong kantong itu seraya mencari sesuatu yang telah dibeli.

"Saloka, dimana kamu? Datanglah, Jantan!" Panggil seru Ayi.

Ternyata seekor kucing Persia abu-abu yang datang dan langsung membelai kaki tuannya dengan sungguh elok.

"Whiskas lu telah gua belikan nih!" Ayi langsung merangkul si kucing di pelukannya. "Bersenanglah, kau pasti lapar parah kan, tiga hari tidak makan selama aku tidak ada. Maafkan aku, kau terlihat kurus."

Ayi menuju teras, dia duduk di kursi sambil memberi makan sahabat kecilnya itu. Dia terus mengajak dan mengajak bicara pada Saloka hingga tanpa sadari suasana hatinya kembali ceria.

"Oh iya, besok hari jum'at, baju muslimku belum disetrika." Dia teringat dan segera masuk ke dalam kamar seraya bergumam. "Ayi, jangan sekali-kali membiasakan menunda-nunda pekerjaan. Hasilnya bakal fatal untukmu."

Yap! Ternyata dia pun mensetrika semua pakaiannya, lalu menyapu rumah yang telah dihiasi debu, dan menyiram tanaman-tanaman rumahnya yang tampak haus. Sekali disiplin tetaplah disiplin seterusnya, karena telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging bagi pria itu.