Chapter 13 - Pengenalan Yang Buruk

Hati yang berdebar-debar, tangan mengeluarkan peluh tanpa henti. Air liur ditelan dan fikiran tidak dapat fokus.

Itulah rasa gelisah yang dihadapi oleh seika sekarang.

"Kakak tenanglah."

"Kau tak perlu gelisah sampai bergitu, seika."

Semangat dari adiknya dan akmal entah kenapa membuat seika sedikit tenang.

"Aku tahu, aku cuma...," seika mencuba menarik nafas dahulu sebelum menyambungnya. "Sedikit gelisah ...,"

Sekarang, mereka berada di hadapan pintu ruangan kelas dan hal itulah membuat seika gugup kerana membayangkan pelbagai jenis rupa dan sifat orang baru yang akan dijumpainya. Ditambahkan lagi dirinya ialah seorang hikikomori dan otaku yang kesusahan untuk bergaul dengan masyarakat.

Setelah melihat pertarungan epic antara pelajar di Akademi Arcanum. Akmal meneruskan lawatan orientasi, dan ini akan menjadi lawatan terakhir mereka, walaupun seika dan Luisa masih tidak dapat melihat keseluruhan fasilitas Akademi Arcanum– kerana hari semakin gelap— tapi mereka hanya dapat pasrah dan akan melihatnya di kemudian hari.

Di situasi ini, membuat seika teringat kembali kejadian buruk dan memalukan di masa lalunya. Pada waktu itu, mereka baru masuk ke sekolah swasta, dan seika bertekad untuk berubah dari seorang introvert yang kesusahan bergaul, menjadi orang yang lebih senang bergaul. Selain itu, seika bertekad ingin mendapatkan 100 teman baharu– tidak seperti sekolah rendah, ia tidak memiliki teman sama sekali kecuali akmal– untuk menyombong kepada adiknya. Tapi itu tidak seperti diharapkan. Semua menjadi tragis, awal masuk ke sekolah swasta seika melakukan pengenalan murid yang paling cringe sehingga membuat nama dalam sehari tercemar, pada awalnya itu masih terkawal tetapi setelah mereka mengetahui kebodohan seika, dan ia juga adalah kakak dari sang gadis genius dan tercantik, membuatnya lebih dibenci dan diabaikan.

Memang benar seika memiliki masa kelam dan trauma mengenai pengenalan diri, tapi ia menjumpai satu sahabat yang berharga juga di sekolah swasta itu. Amir, ia adalah seorang otaku akut seperti Seika dan mereka berdua sangat sinonim sehingga dengan mudahnya apabila Amir mengetahui Seika otaku sama sepertinya, ia mula akrab dengan Seika dan menjadi sahabat, tanpa memperdulikan pandangan orang lain.

Walaupun disana ramai tidak menyukainya, tapi Amir tetap bersamanya, dan itu sangat bermakna untuk seika.

"–seika tragedy yang sama tidak akan terulang disini."

Lelaki berambut perang dan memiliki anting-anting yang sedang dirinya sentuh dari tadi berkata dengan senyuman mesranya, ia adalah akmal Sahabat sejati Seika dari kecil lagi.

Nampaknya akmal mengetahui apa yang difikirkan oleh Seika dan ia ingin membantu rakannya yang kesusahan itu, walaupun ia memiliki aura yang berbeda dari biasa.

"Aku tahu, aku tahu..."

Seika berkata dengan gementaran yang menunjukkan peristiwa dahulu cukup menjadi trauma baginya.

"Kakak santai saja, hal itu tak akan berlaku lagi. Kalau kakak kesusahan, aku akan mengurusnya. jadi, jangan risau adik mu yang sentiasa dapat diadalkan ini akan sentiasa berada disisi mu," Luisa berkata dengan sombong sambil berdiri dengan bangga.

Seika rasa adiknya layak untuk berkata seperti itu, Luisa adalah ketua dari MPP sekolah swasta mereka, yang melakukan banyak tugasan mengurus sekolah— sudah tentu juga harus melakukan pidato— dan kerana itulah ramai menghormati adiknya sehingga boleh dikatakan satu sekolah swasta itu ingin menjadi teman adiknya. berbeda dengan kakaknya itu.

"Ya, kau benar. Aku memiliki adik yang dapat diadalkan," dengan senyuman hangat di bibirnya, seika merasakan sedikit tenang melihat adiknya menyombong.

— menarik nafas...

Seika menenangkan tubuhnya yang bergementaran dengan bernafas dalam-dalam seterusnya...

"Aku boleh, ini akan menjadi berbeda," semangat mula memupuk lagi di dadanya. Tragedi tidak akan terulang dan kali ini ia akan mendapat banyak teman, fikiran seika dengan senyuman termotivasi.

Dengan sedikit keraguan dan gementar, seika menolak dan melangkah masuk ke pintu yang agak besar dan tebal itu.

***

Di dalam dewan kuliah, yang menggunakan tema kayu serta memiliki banyak tingkap-tingkap bersegi empat panjang di tepi ruangan yang memantulkan cahaya dari luar bangunan sehingga ruangan lebih menggunakan cahaya alami— palsu— yang memberi kesan indah dan menawan. Selain itu, tempat duduk bertingkat mengelilingi ruang pusat yang di duduki ramai siswa dan siswi, membolehkan setiap pelajar melihat dengan jelas ke arah Seika, Akmal dan Luisa yang berada di hadapan.

Disini tidak ada profesor menunjukkan batang hidungnya, hanya ada siswa dan siswi memperhatikan mereka bertiga.

Atmosfera yang penuh ketegangan, itulah dirasakan oleh seika dalam situasi ini. Pandangan seluruh murid tertumpu kepada mereka— terutamanya Luisa— seolah-olah seika sedang berada dalam gua yang dipenuhi mata merah kelawar. Hal ini mengingatkan seika sekilas akan kejadian kelamnya.

Walaupun masih gelisah dan sedikit gementar seika tetap memberanikan diri dan menunjukkan bahunya.

Di hadapan mereka, terdapat siswa dan siswi yang duduk di tempat mereka melihat dan memperhatikan mereka bertiga.

Tatapan mereka ada dengan rasa ingin tahu, ada yang mencuba menilai kami bertiga, ada juga yang melihat kami dengan mata yang tidak puas, dan ada juga dengan rasa kagum.

Seika merasa sedikit tertekan dengan seluruh tatapan yang tertuju kepadanya dan luisa. Di samping itu, semua siswa dan sisiwa memiliki rambut berwarna-warni. Seberapa kali pun seika memperhatikan gaya rambut mereka, ia semakin terbuat tertanya-tanya. Mungkin agak terlambat untuk bertanya kepada akmal sekarang, oleh itu. Seika menelan niatnya untuk sementara.

Selain wajah yang asing, dan rambut yang aneh. Seika memperhatikan wajah yang terlihat tidak asing; rambut bob biru,muka yang lembut bagai arnab yang sedang melihat lobak yang di idamnya. Ia sedang melihat kami dengan mata yang dipenuhi kekaguman, , di samping itu. Ada jerung koko yang menunjukkan taringnya sambil menatap tidak puas seperti ingin membaham mangsanya iaitu luisa dan seika—mereka berdua adalah orang yang bertarung di gelanggang.

Hening~

Dalam ruangan kelas ini, tidak ada yang bersuara semuanya hanya melihat orang asing dalam kelas mereka, ini sungguh terkesan mematikan.

Semua mata tajam masih tertuju kearah mereka dan seika masih tetap gelisah sehingga membuatnya menurunkan pandangan, tapi suatu suara melegakan sedikit atmosfera tegang itu.

"Ehem!" Semua mata tertuju kepada Akmal, ia menurun tangannya dari mulut serta mula mengukir senyuman menawan.

"Seperti yang kalian tahu, hari ini akan ada murid baru." Akmal mewakili tugas perkenalan yang sepatutnya tugas guru, tapi akmal tidak kisah–lagi pula ni sini tidak ada guru dan siswa juga tidak membantahnya.

Melihat siswa sedikit mengangguk,akmal meneruskan kata-katanya sambil memainkan anting-anting nya sebentar.

"Baiklah, mari kita ketahui siapa yang akan menjadi rakan kita mulai sekarang." Akmal melihat kearah Seika dan Luisa yang mengisyaratkan agar memperkenalkan diri.

"Ini dia!" Fikir seika dan gelisahnya semakin menjadi-jadi.

Walaupun semangat dalam hatinya membara, namun keadaannya tidak bergitu.

Seika mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat para mata yang memandangnya.

Melihat itu, seika semakin ketakutan, tangannya mengeluarkan keringat dan pandangannya menjadi gelap.

Yang membuatnya teringat akhir perkenalannya di sekolah lama.

Mereka semua ketawa dengan penuh ejekan.

Melihat kakaknya yang semakin gelap dan ketakutan. Luisa sedikit menghela nafas dari rongga, dan melangkah maju dahulu yang menandakan event ini akan dimulai oleh dirinya.

"Salam kenal semua, saya adalah Luisa. Saya menyukai kucing yang comel. Saya juga memiliki hobi yang bosan untuk kebanyakan orang iaitu belajar dan memasak. Oh, ya. Warna kegemaran saya adalah putih. Dan saya harap kita semua dapat berteman." Luisa berkata dengan tegas, singkat dan padat sambil tersenyum manis di hadapan khalayak ramai.

Luisa benar-benar tidak gugup sama sekali, justeru ia melakukan perkenalkannya sangat baik dan ringkas. Seterusnya, ia mendapatkan apa yang setimpal.

Tepukan tangan memenuhi ruangan semua siswa dan siswi di ruangan itu melihatnya dengan penuh perhatian. gadis bob melihat Luisa dengan penuh semangat, dan Si lelaki jerung hanya mengecilkan matanya–ia satu-satunya tidak menepuk tangan.

Setelah itu, luisa mengalihkan pandangannya ke arah kakaknya dan dia menegakkan tubuhnya, bangga dengan pencapaiannya untuk menunjuk-nunjuk kepada kakaknya yang terdiam itu.

Bukankah kamu ingin membantu aku?! Bukan bangga dengan pencapaian mu?! Fikir seika yang kesal melihat adiknya.

Walaupun begitu, seperti yang diharapkan daripada bekas ketua MPP, ia benar-benar memahami bagaimana untuk bercakap di khalayak ramai.

Luisa kembali ke tempatnya, di samping kakaknya yang terlihat kesal.

Sampai di sisi kakaknya Luisa berbisik dengan sangat halus yang hanya dapat didengar oleh Seika.

'Kakak berjuanglah.' sambil tersenyum.

Mendengar itu, mata seika sedikit membulat, sehingga kepalanya terangkat.

Entah kenapa, Seika terasa seperti orang bodoh sahaja kerana terlalu memikirkan hal tidak perlu.

Memikirkan hal itu membuat bibir seika terukir senyuman yang tidak terjelaskan.

Balik semula ke situasi. Sekarang setelah perkenalan Luisa sekarang giliran orang ketakutan di belakangnya—seika— tadi yang sekarang terlihat lebih baik.

Seika menatap mereka semua sebentar, dan memikirkan di benaknya.

'aku boleh lakukan, aku boleh!' selagi meyakinkan dirinya, ia meregangkan tangannya.

Sebagai seorang yang kurang bersosial dan seorang hikikomori, ia merasakan tekanan yang mematikan daripada mereka semua, tapi bagi dirinya seorang otaku akut yang sudah membaca, bermain dan menonton event memperkenalkan diri seperti situasi ini di banyak kisah fiksyen, Merasakan tahu apa yang patut dilakukan.

Dan seika dengan bangganya menganalisis situasi dan mengaplikasikan pengetahuannya sebagai otaku akut dalam adegan ini ...

Mengumpulkan segala informasi, Seika mencapai kesimpulannya.

Ia mengangkat tangannya dan meletakkan di dagu sambil membuat huruf "L" di jarinya, di sertai senyuman canggung dan merendahkan sedikit tubuhnya.

"Salam kenal! Aku seika, seorang otaku dan ... apa yah... Ya! fiksi kegemaran aku ialah 'Kawanku musuhku', aku juga... menyukai kucing kerana ia comel, dan diriku ... adalah seorang penyabar, ,bijaksana–bohong–, tabah dan tegas, mungkin." Sambil tersenyum canggung.

Hening, tidak ada tepukan, tidak ada sorakan, dan yang paling penting tidak ada harapan dan hanya ada ketidakpuasan daripada belajar, itulah situasi dalam ruangan ini.

Mereka semua— belajar— melihat seika; ada yang hampir ketawa, ada yang entah kenapa malu sendiri, ada yang melihatnya dengan mata kecewa dan merendahkan.

Seika yang masih mengekalkan posisinya dan secara pantas membuat kesimpulan di benaknya dalam situasi ini, iaitu...

'Aku sudah tamat!'

Tragedi akan terulang kembali dan kehidupan baru yang diimpikan oleh seika akan berakhir.

'bagaimana aku dapat melakukan hal ini! Apa yang aku fikirkan!' bersoalan yang aneh untuk ditanyakan kepada diri sendiri.

Peluh mulai membasahi muka, serta badannya tanpa henti. Kegugupan semakin mengambil alih fikiran. Dan secara otomatis dirinya berfikir.

'aku ingin lari saja!' itu mustahil, walaupun Seika sudah mengetahui hal itu.

Nafas terisak-isak, dunia terasa semakin gelap, ia menghentak giginya menekan ketakutan dan diwaktu dirinya hampir ingin terserah pada takdir...

Bunyi satu tepukan menghancurkan keheningan, mata seika melebar, dan dunia terasa bergitu luas.Di samping itu, para belajar terlihat terkejut dengan bunyi tepukan yang tiba-tiba itu. Seika serta-merta mendongak dan mencari punca bunyi tepukan tersebut, justeru mendapati ia adalah tepukan daripada gadis cantik yang memiliki mata hijau dan senyuman manis di wajahnya– ia adalah Luisa.

Luisa terus menepuk tangannya dengan senyuman di wajahnya, dan Seika hanya terdiam melihatnya.

Tepukan itu bergema dalam ruangan kelas sehingga mengeluarkan bunyi yang jelas dan kuat, walaupun hanya satu orang melakukan itu.

Akmal yang disamping Luisa menghelakan nafas sebentar dan tersenyum lembut. Terus, turut ikut serta dalam menepuk-nepuk tangan juga.

Hanya mereka berdua menepuk tangan di ruangan kelas yang besar, sehingga menarik perhatian seluruh siswa dan siswi.

Mereka yang ingin ketawa bila masa sahaja, mereka yang memandang seika dengan kekecewaan, dan mereka yang malu sendiri. Semuanya melihat Akmal dan Luisa dengan kebingungan dan terkejut.

Entah apa yang berlaku, dalam ruangan ini ada dua orang yang menepuk tangan dengan meriah seolah-olah itu layak dilakukan, dan para siswa ditinggalkan dalam renungan oleh dua orang tersebut.

Setelah itu, entah apa yang terjadi, seika berjaya melewati event memperkenalkan diri dengan sangat buruk, tetapi dirinya juga tidak menyesali tindakannya.