Chereads / Calon Bintang: Dari Dendam Ke Kebebasan (Cahaya Awal) / Chapter 16 - Kerinduan Melahirkan Kekuatan

Chapter 16 - Kerinduan Melahirkan Kekuatan

"Aduh, jangan sedih macam tu," kata sosok sasa berkacamata sambil mengusap kepala adiknya yang tertunduk diam. Dia tahu betapa berat perpisahan ini bagi mereka berdua.

"Kalau kamu terus begini, semakin susah aku ingin meninggalkan adik tersayang aku ni."

Katanya dengan lembut sambil melihat adiknya yang dari tadi hanya diam.

Di samping itu, adiknya tahu bahawa dia egois sekarang, namun dia juga tahu ini tidak masuk akal kerana misi itu gila.

Pada beberapa saat kemudian, budak yang berwajah samseng itu akhirnya berkata dengan nada ketidakpuasan.

"Tapi kakak! Jika kakak pergi, kakak akan mati! Lupakan misi bodoh ini! Misi itu tak masuk akal! Mereka hanya ingin membuang kakak!"

"Kaelen Earthguard!" Kata abangnya dengan tegas, seketika membuat adiknya— kaelen terdiam.

Abangnya yang baru sahaja menyedari perbuatannya, kembali tenang dan tersenyum.

"Adikku, Kaelen, kamu tahu bukan ini tanggungjawab kita sebagai kaum bangsawan? Walaupun nyawa kita taruhan."

"misi ini penting untuk keluarga kita... walaupun aku tahu risikonya lebih tinggi dari sebelumnya."

Kaelen hanya diam menatap wajah abangnya yang terlihat sedih.

Dia tahu dia egois, dia tahu dia tamak, tapi tetap sahaja hatinya tidak ingin kehilangan sosok yang selalu bersamanya dan menyayanginya lebih daripada keluarganya yang lain.

Sosok itu telah melindunginya, dia yang tidak memiliki bakat dan lemah dan dirinya yang selalu dipandang hina oleh bangsawa, abangnya yang selalu ada di sisinya dengan teguh menjaganya.

Kaelen tahu dia tak adil, tapi hatinya tetap menolak. Apa guna menjadi bangsawan jika harus kehilangan satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya?

'aku tak ingin membuat abang menjadi lebih khuatir..'

Dengan kata-kata berat itu dalam hati tersebut serta wajahnya yang terlihat samseng walaupun sekarang berekspresi sedih, dia terpaksa membiarkan abangnya pergi dengan tenang tanpa membebani dia.

"Abang... Pastikan kamu kembali dengan selamat."

Katanya dengan pelan sambil kerisauan yang mendalam mencarik-cariknya.

Mendengar itu, abangnya tersenyum manis dan berkata dengan penuh kebanggaan.

"Apa yang kamu risaukan! Ini abang mu! Theron Earthguard, salah satu bangsawan terkuat. Misi seperti mengalahkan moster itu mudah saja bagi aku ni tahu!" Katanya sambil memuncungkan ibu jarinya.

Melihat abangnya yang bangga dengan dirinya sendiri, membuat tawanya pecah.

Adiknya yang ketawa diikuti oleh abangnya dan tawa bersaudara mereka bersatu.

Theron Earthguard, salah satu anak bongsu bangsawan terhebat yang sering diutuskan untuk misi berbahaya. Kali ini, misinya terlalu berisiko bahkan bagi dirinya sendiri kerana misi kali ini berada di peringkat kematian.

Kaelen tahu bertapa luar biasanya abangnya itu, Theron adalah salah satu belajar terbaik di Akademi Arcanum dan lulus Akademi dalam usia yang sangat belian.

Dia harus yakin dengan abangnya, abangnya tak akan kalah dengan apapun ancaman dengan mudah.

Tawa itu akhirnya mereda, dan Kaelen hanya menatap bayangan abangnya yang mulai menjauh. Dalam hatinya, satu doa terukir: "Kembalilah, abang. Aku takkan mampu kehilangannya."

***

Kesan pertama yang dirasakan oleh Seika adalah luar biasa.

Siling yang diperbuat dengan material Titanium, manakala lantai di hiasi dengan material beton bertetulang. Semuanya adalah material yang dapat menerima impak yang kuat. Mesti semuanya mahal kerana ruangan ini juga sangat besar seperti luas padang sepak bola Camp Nou. Justeru sudah semestinya begitu kerana ruangan ini adalah arena latihan untuk latihan kekuatan penghancur yang luar biasa yang dimiliki oleh para murid.

Dan ditengah lapangan arena tersebut seorang budak otaku yang terlihat antusias sambil melihat sekeliling dan badannya.

Suit pakaian nano teknologinya berubah bentuk menjadi pakaian yang lebih fleksibel dan sedang digerakkan semasa mereka masuk ke arena ini. Di samping itu, warna pakaian ia juga berubah menjadi lebih kehitaman.

Sejak Seika dan kawan-kawannya memasuki arena, Seika sangat teruja seolah-olah melupakan masalah konflik yang dia hadapi sekarang.

—Thump! Thump!

Tepukan tangan itu menghilangkan kebisingan dan menghadirkan keheningan serta menghilangkan senyuman Seika dalam arena tersebut.

Dan sosok yang merosakkan itu adalah professor mereka Fadhil Ansel.

Professor yang tidak Seika sukai itu memandang sekeliling dan sekilas melihat seika, dan berakhir melihat semua orang serta mula bercakap dengan sinis dan dingin.

"Aku tak suka bercakap banyak, hari ini kita akan mulakan latihan sihir.Namun sebelum itu, kita harus mulakan dari asas semula kerana ada murid baru yang tidak mengetahui apa-apa," kata prof tersebut sambil memandang Seika dan Luisa.

Seketika arena dipenuhi keluhan para siswa dan siswi, dan mereka semua memandang Seika dan Luisa seolah-olah mereka melakukan sebuah kesalahan.

Sudah tentu Seika dan Luisa kebingungan dan hairan, tetapi ada orang di sampingnya iaitu mara menjelaskan sambil membisik.

"Kami semua tidak seberapa menyukai latihan asas itu..."

"Kenapa begitu?"

"Yah... Itu bermakna kami semua juga akan ikut ulang dari asas, sebab itulah."

Seika dan luisa memiringkan kepalanya.

—Thump!

Suara tepukan menggema di arena, memotong keluhan para pelajar dan menyelimuti tempat itu dalam keheningan mendadak.

"Hah... Seika, Luisa datang ke hadapan."

Mereka berdua pergi kehadapan seluruh para pelajar, walaupun sejujurnya seika enggan mengikut arahan pakciknya.

"Kamu berdua mesti sudah memahami konsep sihir, bukan. Jadi mari kita ke intinya."

Ansel berkata dengan tatapan sinisnya.

"Akmal!"

"—Ya."

Datanglah akmal dari celah para pelajar, melihat itu seika ingin saja meminta maaf namun bukan dalam situasi ini.

"Dalam laporan Akmal, Luisa," ansel memandang Luisa dengan tajam dan sambung semula " kamu sudah membuka kekuatan kamu bukan?"

Mengingat kembali, pada masa mereka hampir dibunuh oleh onic, tubuh Luisa tiba-tiba muncul cahaya aneh dan memindahkan mereka ke Kedah yang berjarak 370 kilometer lebih, jauhnya.

Itu bukanlah hal kebetulan kerana tuah, yah kalau itu tuah sudah tidak maksud akal.

"Apakah kamu mengingat bagaimana kamu dapat menggunakan kekuatan itu?"

Mengangkat kedua tangannya dan termenung mencuba mengingatkan kembali. Namun, semuanya kabur, sewaktu mereka pindah tempat Luisa pingsan dan apabila sedar dia hampir tidak mengingati apa yang berlaku, itu adalah satu hal yang tidak dia ceritakan kepada Seika.

Luisa menggelengkan kepala tanda dia tidak tahu.

Ansel hanya dapat menghela nafas tanda menerimanya.

"Sekarang hanya ada satu cara sahaja bagi memunculkan kekuatan itu kembali," professor itu terlihat sedikit gembira apabila mengatakan itu.

Seika dan Luisa hanya memandang ansel. Di samping itu, apa hanya perasaan Seika sahaja dia seolah-olah diabaikan dan malah menjadi patung disini.

'apa dia sengaja?' kata Seika dengan pasrah di hati, prioritas utamanya adalah adik dia.

Setelah itu, ansel melihat seluruh murid dan sedikit memberikan kuliah walaupun para pelajar sudah mengetahuinya.

"Sebagaimana yang kalian ketahui, sihir bukanlah hanya memiliki satu jenis varian, tetapi memiliki pelbagai varian tenaga sihir, Namun, secara metafora pada setiap tubuh manusia, memiliki pintu bagi energy sihir dalam tubuh mereka, tapi semuanya dikunci, akibatnya mereka yang dikunci tidak dapat menggunakan sihir. Kerana itu, hanya ada dua cara membukanya; membuka secara paksa atau dia akan buka secara alami."

Setelah itu ansel diam sejenak, dan kembali memerhatikan Luisa, "Oleh itu, kita akan lihat apakah pintu kekuatan dalam tubuhmu benar-benar telah terbuka, atau jika ia masih terkunci rapat."

Setelah sejenak hening, professor mereka akan memulakan latihan atau lebih tepatnya eksperimen.

"Baiklah mari—"

"— oi tunggu," semua orang merasakan ketegangan yang ekstrem, kenapa? Sudah tentulah tidak yang berani berkata tidak sopan seperti itu di hadapan professor yang dikenali sebagai paling kejam.

Ansel melihat Seika dengan tajam.

"Sebelum kau buat yang aneh-aneh, akan aku tanya; apakah cara itu selamat? Aku tak kisah kalau itu bertujuan membuka kekuatan adikku, namun kalau sampai itu menyakitkan, tak akan pernah aku benarkan.

Seika berkata dengan tatapan tajam, dan dua tetapan itu membuat arena menjadi sangat tegang.

Demikian terdiam, akhirnya Ansel membalas.

"Hah..., Keduanya akan menyakitkan tetapi sedikit kurang bagi terbuka secara alami kerana selalunya cara membukanya ialah Individu itu harus mengalami krisis dalam hidup dan mati."

"Jadi itu sama saja dengan menyakitkan! Mana mungkin aku dapat menerima ini!" Seika mencekeram tangannya.

Ansel hanya dapat menghela nafas berat, dan memandang sinis ke Seika namun sebelum Ansel naik angin, Luisa bersuara.

"Professor! Aku akan melakukannya."

Semua memandang Luisa.

Tapi Seika dengan lantang berseru.

"Tidak! Luisa ini berbahaya aku tak akan membiarkannya!"

Luisa memandang kakaknya dan kemanisan senyumannya sahaja menjadi balasan untuk Seika.

Luisa melihat wajah kakaknya yang mengkhuatirkan dia, dia sangat menghargai kerisauan kakaknya. Namun, justeru kerana itu dia harus melakukan ini, demi melindungi kakaknya daripada ancaman yang lebih besar, dan demi memenuhi ekspektasi semua orang yang memegang bahunya. Dia tidak ingin kecewakan sesiapa, termasuk dirinya sendiri. Walaupun jika itu bermakna dia harus menanggung beban yang berat.

Melihat tidak ada balasan, Seika hanya menatap mata adiknya seolah-olah memohon untuk membenarkannya, Seika mengetak giginya dan dengan perlahan menyetujuinya.

Tangannya yang terkepal mula mengendur, namun hatinya masih memberontak dengan rasa bersalah dan kerisauan yang mendalam.

"Baiklah... Namun bagaimana kamu akan membuat cara itu?" Seika melihat ansel sekali lagi dengan tatapan tajam.

Seterusnya, Ansel tidak acuh tak acuh lagi dengan soalan Seika dan menegaskan.

"Kau tak tahu apa-apa, Seika. Jangan banyak soal!"

Semua pelajar merasakan tegang, mereka ketahui professor Ansel jarang meninggikan suaranya. Seika juga merasakan ketegangan itu sehingga membuatnya tidak ingin bersuara.

"Akmal." Seketika Ansel memandang Akmal.

Akmal juga ikut melihat gurunya.

"Kau yang akan mengujinya."

Seika hanya dapat pasrah dan menyetujuinya.

"Apa?!" Seika dengan tidak tahu malu dan lantangnya berseru lagi.

"Kau ingin membuang masa aku lagi Seika?" Dengan hina memandang Seika.

Seika sedikit tersentak namun dia tetap menginginkan jawapan, oleh itu. dia memandang Akmal— orang yang akan menguji adiknya.

"Adakah ini benar-benar selamat?"

Selang beberapa saat, Akmal membalas, " ya, tetapi kesakitan tidak dapat dielakkan."

Seika hanya terdiam, dia tahu mereka menginginkan kekuatan adiknya, entah apa yang mereka harapkan daripada kekuatan dimiliki oleh Luisa. Seika tidak mampu menghalanginya.

'jika itu Akmal, mungkin semuanya akan baik-baik saja.' dia tahu Akmal sentiasa berada dipihak mereka, dia tahu kerana mereka berdua sudah bersumpah.

Akmal mengakhiri berbincangan yang tegang ini dengan bermain anting-anting nya dan mengangguk kecil ke Seika.

***

Semua murid keluar dari garisan arena dan duduk di atas kerusi yang tiba-tiba keluar daripada dinding yang rata sebentar tadi.

Di hadapan mereka terdapat gelanggang yang lapang untuk tujuan pertempuran.

Dan orang yang akan menjadi lawan Luisa adalah Akmal.

Di tengah mereka berdua, Ansel berada di sana.

"Tidak ada peraturan khusus, Akmal, kamu hanya perlu memaksa Luisa menggunakan kekuatannya."

"Ya, baiklah." Kata akmal singkat.

"Kalau begitu... Mula!" Dengan tanda Ansel dan ekspresi agak tegang Luisa, berlawanan dimulai.

Seika serta adiknya— yang akan bertarung— kedua-duanya berekspresi tegang, tetapi ekspresi itu tiba-tiba berubah menjadi terkejut.

Gelanggang, tidak! Seluruh ruangan arena ini berubah, yang tadi tidak memiliki satu pun tembok dan semua ruangan terbuat dari material mahal menjadi seluruh kawasan arena tempat berbantuan dalam sekelip mata apabila semuanya menjadi biru seolah-olah hologram menyelimuti mereka semua.

"Apa yang terjadi?!" Tanya seika terkejut,

"Ah, ini teknologi nano, Seika. Ia membentuk semula ruangan secara langsung." Mara jelaskannya yang sedang duduk sopan di sisinya. Selain itu, nampaknya iman masih takut dengan dia yang membuat ia bersembunyi di samping mara.

Melihat iman, Seika sedikit tersakiti.

'Bukankah aku sudah dapat dipercayai?!' katanya dalam fikiran. Namun, Seika yang mendengarkan mara tiba-tiba merasakan jiwa otakunya bersemangat yang membuat dia mengendahkan dahulu iman.

"Apa?! Bagaimana dia berkerja?"

Melihat mata Seika bersinar terang, mara berasa bersalah, namun dia katakan juga.

"Sejujurnya, jika aku jelaskan, ya akan menjadi sangat panjang dan rumit.namun secara ringkasnya, teknologi nano memiliki keupayaan dalam meniru struktur objek dan dapat menghasilkan 70% ketepatan dalam meniru keaslian mineral dan bentuk objek."

Mendengar itu Seika rasa lebih baik dirinya tidak menerima penjelasan tentang hal itu, mungkin itu akan menjadi membosankan.

Balik semula ke sosok yang akan bertarung. Sewaktu berlawanan dimulai, Luisa dengan tangkas berlari dan berada di sebalik berbatuan, bagi melindungi dirinya daripada ketidakpastian jenis kekuatan Akmal.

'Luar biasa,' dia terfikir-fikir lagi, apa ada teknologi lain lagi yang seluar biasa ini?

Seluruh tempat ini berubah dengan drastis yang tadi tempat yang kosong dan hampa, berubah menjadi tempat penuh berbatuan.

Akademi Arcanum memang penuh dengan teknologi yang tidak maksud akal dan itu membuat Luisa antusias.

Di samping itu, Perubahan ini menjadi kelebihan pada dirinya, dengan ada berbatuan ia dapat berlindung sambil memikirkan strategi, namun tidak ada gunanya untuk terus bersembunyi, dia ingat tujuan dari berlawanan ini.

"Hei, tidak ada gunanya bersembunyi, Luisa."

Tiba-tiba batu tempat ia bersembunyi terbelah menjadi dua, dan debu bertaburan.

"Apa?" Luisa terkejut dengan apa yang berlaku.

Selang beberapa saat, akmal tidak memberi kesempatan untuk Luisa memikirkan, angin hijau disekeliling tubuhnya berkumpul, setelah itu, dia menghulurkan tangannya ke arah Luisa dan angin yang kencang berbentuk bulan sabit terlihat jelas pergi ke arah yang ditargetkan.

Melihatnya Luisa tidak berdaya, akmal hampir ingin menghentikan serangan mematikannya apabila hampir mengenai luisa, namun dia terlalu meremehkan Luisa.

Luisa yang dikejutkan oleh serangan tersebut, dia terpaksa memikir dengan pantas, dan dia mula mencapai kesimpulan.

Kawasan arena sekarang adalah kawasan penuh dengan perbantuan dan serangan Akmal berjenis angin.

Luisa dengan cekap tanpa berfikir panjang melompat ke arah batu yang lebih besar berada disampingnya dan meniarap, akibatnya, angin tersebut memotong batu besar dan mengakibatkan debu berserakan di udara dan menutup jarak penglihatan mereka berdua.

Akmal memerhatikannya merasakan kekaguman, 'luar biasa, dia dapat membuat keputusan tepat dengan waktu singkat, aku patut memberi dia sedikit waktu untuk berfikir sebagai ganjaran.'

Di sebalik debu tebal, Luisa tidak terus meniarap dia terus bertukar posisi dari batu ke batu. Demi mengerirukan akmal.

Dia sempat berfikir Akmal benar-benar ingin membunuhnya tadi, apa dia tidak memiliki perasaan langsung kah untuk wanita? Luisa sempat berfikir seperti itu.

Kembali ke topik. Walaupun begitu, kebijaksanaannya tadi tidak menutupi kekhuatirannya.

'bagaimana ini!'

Walau bagaimanapun, situasinya bukanlah baik, jika terus begini tidak akan ada habisnya, cepat atau lambat dia akan penat dan debu sekeliling akan berkurang. Pada akhirnya, dia akan di checkmate oleh Akmal.

' aku tidak ada pilihan lain...'

Dia hanya memiliki satu opsi, iaitu kekuatan yang dikatakan mereka. Namun bagaimana?

Luisa terus berlari dan bersembunyi di debu sambil berfikir keras.

Dia benar-benar tidak ingat bagaimana kekuatannya bangkit.

Seketika fikiran negatif yang tidak diperlukan muncul , apa yang patut aku lakukan? Apakah apabila aku gagal ujian ini mereka kecewa? Bagaimana jika mereka melihat kami tidak berguna, mereka akan membuang kami?

Namun, di saat dia mengalami krisis tiba-tiba dia mengingati pesanan Allahyarhamah neneknya. Sewaktu itu dirinya masih polos.

Senyuman neneknya masih segar dalam ingatannya, kulit neneknya yang berkedut seribu masih lembut apabila dia sentuh, masih kekal di hati.

(Luisa?)

Luisa kecil memandang neneknya sambil memakan jagung.

(Ya, nenek.)

(Kamu tahu, apabila kita terlebih berfikir, semuanya tak akan jadi.)

Mendengar itu Luisa kecil merasa bingung. Bahkan begitu Luisa kecil tetap membalas.

(Apa maksud nenek tiba-tiba begini?)

Mendengar cucunya tertanya-tanya membuat dia ketawa kecil, nenek yang terlihat 80 an itu melihat Luisa dan membuka matanya yang hijau yang dari tadi bersembunyi disebalik kedut kulitnya.

(Tidak juga, nenek hanya tiba-tiba teringat zaman nenek dahulu, semasa nenek masih muda dan terlebih berfikir.)

Dia yang dahulu mengingat itu hanya nasihat tidak penting dari seorang nenek-nenek.Namun, sekarang dirinya sudah memahaminya.

Luisa berhenti berlari di antara berbantuan dan ekspresi dia sedikit melembut, tapi tiba-tiba dia mencubit pipinya.

"Aduh!" Jeritannya.

Dia merasakan sakit, maknanya dia masih dapat berfikir.

'apa yang aku lakukan ini?'

Kakaknya masih menunggunya, tapi dia masih khuatir dengan soalan yang tidak berguna?

Luisa menarik nafas dalam-dalam sehingga ia lega dan tekad kembali di matanya. Melihat tapak tangannya, Luisa mencuba mengingat sekali lagi bagaimana kekuatannya digunakan dahulu, tapi kali ini dia mencuba mengingatinya dengan tenang sambil menutup mata.

Bagaimana dia gunakan dahulu? Apakah kerana keadaan hidup dan mati? Apakah dia tidak ingin mati? Mengingatnya dan terus mencuba mengingat, dan akhirnya dia mendapatkan kesimpulannya.

Tiba-tiba cahaya aneh seperti cacing bergeliat-liat muncul di tangannya, cahaya itu terus bersinar seolah-olah memancarkan cahaya kerinduan.

Matanya menatap tangannya, dan senyuman hangat muncul dibibirnya.

"Terima kasih nenek, nenek sentiasa menyelamatkan kami."

***

Merasa sudah cukup, Akmal tanpa segan mengenalikan angin di sekelilingnya.

Angin disekelilingnya melonjak menghilangkan debu yang bertaburan di udara, dan kembali menyegarkan penglihatan dan oksigen.

Menatap kawasan arena, tapi wujud Luisa tidak terlihat dimana-mana hanya ada batu besar.

Menghela nafasnya sambil memainkan anting-anting dan berkata.

"Sudah cukup Luisa. Mari kita mengakhiri ini."

Angin datang mengelilingi tubuh Akmal dalam bentuk bulan sabit, seketika Akmal memberi isyarat dengan tangan, angin meluncur menghancurkan seluruh batu-batuan yang ada. Tapi kali ini debu tidak muncul kerana akmal menggunakan anginnya bagi menghentikan penyebaran debu.

Tetapi anehnya wujud sosok Luisa tidak ada dimana-mana, Akmal dengan cekap membaca situasi dan dia menyimpulkan bahawa ini tidak baik.

Akmal menyepitkan matanya dengan segera mengamati sekelilingnya dengan cepat untuk mencari Luisa.

'Dimana dia?' itu kekhuatiran Akmal, dia tidak ada dimana-mana.

Kanan,kiri, belakang, dan hadapan semuanya mengambarkan berbantuan tanpa tanda hidup.

Tiba-tiba...

—"Aku disini Akmal!"

Satu sosok muncul dibelakangnya, datang untuk mencuba menjatuhkannya.

'Mustahil!' kata Akmal dalam hati, dia sudah dua kali melihat kawasan belakangnya, namun tidak ada apapun. Bagaimana Luisa dapat muncul?

Luisa meluncur dengan pantas, hampir mencapai Akmal.

Namun Akmal seorang yang terlatih dan digelar ejen, sudah pasti Akmal dengan tangkas mundur kan langkahnya dan angin menyelimuti dia dan menjadi perisai tak terlihat.

Walaupun begitu, Luisa terus maju dengan gagah, membuat Akmal bingung. Namun, sewaktu hampir tiba dihadapannya, sebuah cahaya menyelimuti seluruh tubuh Luisa.

Selepas itu, munculnya bulatan besar yang muat untuk seorang manusia masuk di depan Luisa. Seketika kemudian Sosok Luisa hilang.

'Apa itu, portal?' tidak sempat berfikir lebih, portal dengan bulatan besar muncul di atas kepalanya dan keluar lah sebuah batu besar yang cukup untuk membunuh seorang manusia, batu itu muncul tanpa peringatan. Walaupun begitu dengan tangkas Akmal menghentikannya dengan perlahankan batu itu dan mendaratkannya dengan selamat.

Namun sebalik tindakan itu, dia terpaksa mengorbankan perisai angin.

Tanpa sedar, akmal kehilangan satu-satunya ketahanannya. Seterusnya, sebuah portal kembali muncul di belakangnya lagi, keluar sosok Luisa.

Kali ini kemunculan Luisa cukup dekat. Oleh itu, Luisa melakukan seni pertahankan diri judo dengan teknik takedown, membuat Akmal terangkan ke atas dan jatuh ke tanah, dan luisa dengan tangkas mengunci gerakan Akmal.

Memikirkannya kembali, berguna juga menjadi wakil pemain judo disekolahnya dahulu.

Terlihat jelas wajah terkejut Akmal, dan Luisa tersenyum manis sambil peluh membasahi mukanya.

"Aku menang..."

Mendengar itu akmal kembali sedar.

Dia juga tersenyum tapi senyum licik , "tidak juga." Mata Luisa membulat dan tiba-tiba seluruh tubuhnya terangkat tanpa sebab, dan berakhir jatuh ke tanah.

Kali ini dengan ironisnya, Akmal yang kembali mengenalikan keadaan dengan membuat checkmate kepada Luisa.

"Aku yang menang," kata dia dengan selamba je.

***

Di sebalik takbir, Seika memerhatikan dari awal sehingga berakhirnya berlawanan itu, dan ia hanya memiliki satu kata, menakjubkan.

Adiknya dapat menggunakan kekuatannya hanya dengan sekali latihan, dan Luisa dengan bijaksana membuat keputusan tepat serta hampir memenangi berlawanan tersebut.

Tidak tahu bagaimana perasaan Seika sekarang; Dia cemburu, pada masa yang sama kagum dengan kejayaan adiknya, namun itu menjadi satu langkah lagi membuat dia tidak berguna untuk Luisa.

Di hadapannya sekarang ada arena dan disana Akmal sedang membantu Luisa bangun, matanya hanya fokus kepada wajah adiknya yang gembira. Di samping itu, dia mengabaikan suara yang kecoh disekelilingnya yang sedang memberi sorakan.

Namun, takde hujan, takde ribut suatu suara yang ganas muncul berkata dengan nada tinggi.

"Hei! Kamu tidak berguna, bertarung dengan aku atau lebih baik kau pergi dari sini!"

Seketika semua siswa dan siswi terdiam. Mereka semua memperhatikan sosok bergigi tajam seperti harimau, muka yang gangster dan berambut koko berserabut. Semua orang mengenali siapa dia, dia adalah anak bongsu daripada keluarga bangsawan Earthguard— salah satu bangsawan terpengaruh di bandar Arcanum—. Dia adalah Kaelen Earthguar.

Semua orang terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba, Seika juga tidak kalah terkejut.

Seika cuba untuk tenang, namun ekspresi wajahnya berkata lain, dia dengan segera menyoalkan.

"Apa maksud mu?"

Kaelen menggengam erat tangannya dan mempamerkan taringnya tanda perasaan kesal dihatinya apabila melihat wajah bodoh itu.

"Jangan pura-pura bodoh, kamu faham maksud aku, kan?"

Sebelum Seika ingin membalas mendadak tangannya ditarik, seika memalingkan wajahnya ke orang tersebut dan orang yang menarik itu adalah iman.

"Seika tolong jangan melawannya, ini bukan berlawan seperti latihan." Seika memerhatikan wajah iman yang matanya ditutupi rambut bob. Walaupun ditutup, Seika tahu ekspresi khuatir ada diwajahnya. Iman yang selalu takut dengan dirinya tiba-tiba menjadi orang pertama menghentikannya, itu membuat Seika semakin memucat.

Walaupun bagaimanapun, Seika terasa sangat bingung sekarang, apa yang patut dia lakukan, kenapa ia tiba-tiba datang dan mengajak bertarung. Seika tidak memahami mengapa, padahal dari awal kelas tadi kelibat orang ini tidak pernah ada.

Tapi suatu ayat provokasi datang dan membuat Seika kehilangan kendali emosi.

"Apakah kau pengecut? Bersembunyi di sebalik bayangan adik kau? Ha?! Menyedihkan, apabila kamu tidak berguna disini." Katanya dengan kasar.

Dengan tegangnya mata Seika menjadi tajam, entah mengapa sekarang dirinya sangat marah, dia menatap Lelaki bernama kaelen itu dengan mencekeram tangannya.

Mengetap giginya, dengan diri dikendalikan oleh emosi, Seika berkata dengan marah kepada budak dihadapannya yang tiba-tiba menghina dirinya.

"Baiklah! Kita akan lawan!"

Kaelen tersenyum girang, dan dia mula memerhatikan sekeliling dan berkata dengan keras.

"Dengar itu, dia setuju dengan battle royal ini! Kalian semua adalah saksi terhadap pertarungan yang menaruhkan marwah."

Semua orang hanya diam dan menelan air liur.

kaelen kembali memandang Seika.

"Syarat battle royal; jika aku menang, kau dan adik kau harus pergi dari sini, jika aku kalah terserah kepada keinginan kau. Apakah kamu bersetuju?"

Seika yang tidak memahami dengan apa yang berlaku, dia hanya berfikir itu adalah tradisi orang disini apabila bertanding.

Iman tarik sekali lagi tangan Seika dan memberi peringatan untuk kedua kalinya, "Seika kamu tidak akan dapat apa-apa dari ini, tolonglah jangan terima."

Namun, Seika dengan egoisnya dan tanpa fikir panjang, memalingkan pandangannya daripada iman dan "Aku terima!"

Kaelen tersenyum manis dengan giginya yang tajam membuat dia terlihat jahat, namun senyuman itu seolah-olah menjadi secebis harapannya.

Dengan itu, untuk merasmikan kesetujuan kedua pihak dia bersumpah dengan nama keluarga.

"Aku Kaelen Earthguard, bersumpah atas nama bangsawan Earthguard dan nama pahlawan agung Fadiance Fair dengan darah dan keanggunannya, pertarungan ini dirasmikan dengan nama-nama besar dan laginya mulia, tersebut."

Semua orang mendengar sumpah atas nama keluarga itu, dan semua siswa dan siswi memahami makna dari battle royal ini, ini bukan battle royal biasa, ini adalah pertarungan agung yang mempertaruhkan segalanya.

Sudah tentu, sumpah ini bukanlah hal digunakan untuk bermain-main.

Semua memahaminya dan itu sangat menegangkan.

Di samping itu, dari kejauhan Luisa mendengar apa yang berlaku, dia memerhatikan wajah kakaknya yang terdesak dan kesal.

'kenapa jadi begini,' itu soalan dalam hatinya.

Kekhuatiran menyelimuti, namun dia tidak dapat menghentikan kakaknya sekarang, kerana semuanya sudah dimulai.

"Kakak..."