Chapter 17 - Apa kekuatan aku

Aku tidak dapat membiarkannya.

Jika ini terus berjalan, kakaknya akan mati dan semua orang disini akan mati. Musuh yang mereka hadapi sekarang di luar sana bukanlah seperti musuh yang pernah mereka lawan sebelum ini.

ketika mereka menginvasi sebuah planet, satu hal yang pasti: kehancuran total.

Hanya ada jalan kematian yang akan terjadi kepada seluruh makhluk yang hidup di planet bernama Bumi dan akhir yang akan menjemput mereka adalah Onic sang raja iblis, dan sang iblis terkuat masa kini.

"Aku tidak akan membiarkannya!"

Lelaki berambut koko, permata tajam, dan ciri khas yang membuatnya berbeza adalah giginya yang tajam seperti harimau.

Lelaki itu dengan penuh ketidakpuasan berjalan menuju ke tempat seseorang yang menjadi punca kehancuran mereka semua.

Siswa dan siswi yang berada disekelilingnya memberi jalan tanpa bersuara, mereka semua tahu bahwa dia adalah anak dari tokoh dengan nama besar. Oleh itu, mereka semua takut apabila terlibat atau menghalanginya.

'Aku harus melakukan sesuatu, para atasan sialan itu tidak akan berguna.' Katanya dengan berjalan penuh harapan.

Para atasan sudah mengetahui bahwa mereka semua akan berakhir dengan tragis dan mereka hanya menyerahkan kesemua takdir mereka terhadap orang yang tidak dikenali?!

Itu membuatnya amat marah dengan tindakan para pembesar sialan itu. Mereka hanya menyerahkan para bawahan— termasuk kakaknya tercinta— untuk mengulur waktu hanya demi membuka kekuatan seorang budak yang entah dapat menyelamatkan mereka atau tetap dimusnahkan oleh iblis gila itu?

Kononnya kekuatan dimiliki oleh orang asing itu setara dengan pahlawan manusia.

Menyerah segala takdir mereka terhadap orang asing adalah sebuah hinaan bagi dirinya. Oleh itu, dia bertindak, jika tidak kita hanya menunggu waktu sahaja sebelum dihancurkan.

Dia berjalan menaiki tangga, dan mendengar sorakan meriah daripada siswa dan siswi kepada pertarungan yang sedang berlangsung.

Jika sekalipun dirinya akan kehilangan segalanya, jika sekalipun tidak ada yang akan menyokong tindakannya, dia akan tetap melakukannya demi kakaknya dan juga demi keegoisannya.

Dia memandang lelaki berambut hitam agak panjang, muka yang pucat seolah kecewa terhadap sesuatu, dan badannya yang agak tinggi— dia adalah Seika kakak daripada seorang yang membawa ancaman ini kepada mereka.

Dia harus menyingkir dia demi keselamatan mereka, jika mungkin dia harus dimusnahkan atau diserahkan kepada onic yang mencari mereka berdua. Mereka hanyalah membawa bencana bagi planet ini.

Oleh itu, dengan kemarahan dan tekadnya, dia dengan sinisnya mencabar orang yang terlihat dungu dihadapannya itu.

"Hei! Kamu tidak berguna, bertarung dengan aku atau lebih baik kau pergi dari sini!"

Dan lelaki dihadapannya itu membalik melihat kaelan dengan penuh kebingungan.

***

Seika menatap bangunan tinggi yang berada di hadapannya, dikatakan bahawa disana memiliki buku diseluruh dunia dan juga galaksi.

Bangunan yang berbentuk silinder menjulang tinggi ke langit, dan berwarna perak terkesan cukup megah dengan struktur yang tinggi, dan Dindingnya licin tanpa satu pun tingkap membuatnya terlihat seperti tiang. Udara di sekitar bangunan itu terasa sejuk dan tenang menandakan Seika disini di pagi hari.

beberapa hari lepas, setelah kebangkitan kuasa adiknya tiba-tiba ada seorang anak bangsawan mencabar ia. Entah apa motifnya, namun Seika tidak akan memaafkan sesiapa yang mengejeknya, ya... Atau hanya kerana ego ia yang besar.

Namun ketika Seika bertanya akan kuasanya pulak, Ansel seolah-olah menggapainya dan berakhir tidak ada latihan daripadanya. Walaupun begitu, Luisa menawarkan diri untuk menemani kakaknya,namun tidak ada hasil sama sekali. Di samping itu, Luisa sudah tentu marah besar akan tindakan kakaknya yang menerima tentangan itu. Tetapi semasa dia berlatih bersama Luisa, hasilnya tetap sama, dia berakhir dengan tangan kosong.

Dan sekarang dia tidak dapat melakukan apa-apa. Oleh itu, dia sekarang berada disini, dimana kononnya dikatakan bahwa perpustakaan Bibliotheca Universalis memiliki segala jenis buku di seluruh galaksi.Kerana itulah, Seika berharap dengan menerokainya dia akan mendapatkan pengetahuan cara membuka kuncinya.

Seika menggenggam erat tangannya, mengumpulkan sisa-sisa keberanian dalam dirinya. 'Aku harus melakukannya. Luisa sibuk dengan latihannya. Pertandingan itu sudah dekat, hanya tinggal beberapa minggu lagi. Kalau aku tak mulakan sekarang...' Dia menarik nafas dalam-dalam, menahan keraguan yang menghantui. 'Aku boleh buat ini. Aku pasti boleh.' Dengan semangat yang dia paksakan, dia melangkah ke gerbang Bibliotheca Universalis.

"—Aku tak boleh!!" Jeritannya yang frustrasi.

"Diam!" Satu hentakan kertas yang dilibat tebal ke arah kepala Seika.

"Aduh!" Kesakitan daripada kertas tersebut terasa di kepala Seika.

"Aku sudah berkata buku seperti itu hanya boleh didapatkan dengan izin Kurator atau professor! Jadi jangan membuat kekecohan." Kata Nona pustakawan yang berkaca mata bulat sambil memegang senjata kertas gulung.

Ekspresi cemooh terlihat diwajah Seika.

"Cukup, jika tidak ada masalah lagi, sila pergi." Katanya dengan acuh tak acuh.

Seika hanya dapat berjalan sambil memegang beberapa buku tebal di pergelangan tangannya.

Kecewa berat, itulah yang dirasainya setelah berada tiga jam di perpustakaan ini tanpa hasil.

Pada awalnya dia berniat untuk mencari buku yang memiliki informasi tentang cara membuka kekuatan. Tetapi sepanjang penerokaannya, dia hanya dapat buku tentang lima tokoh penyihir yang entah apalah dan sosok bernama Vyriss yang mana ditulis yang dia mengubah takdir galaksi, dia tidak peduli akan hal itu!!

Namun, setelah dia bertanya kepada pustakawan akan kewujudan buku dicarinya, dia berakhir dengan dikatakan oleh pustakawan bahawa buku sejenis itu hanya dapat dibaca dengan izin professor atau Kurator, kerana faktor bahaya dan dapat mengakibatkan kematian jika tanpa pantauan.

Jadi, Dia habiskan tiga jamnya hanya untuk mendapatkan buku yang tidak berguna dalam hidupnya sama sekali.

Dia berjalan di lorong yang dihiasi dengan rak buku di sekelilingnya. Pada seluruh bangunan pustaka Bibliotheca ini, terdapat 110 tingkat dan hanya tingkat 1 hingga 80 yang boleh diakses oleh siswa biasa, dan 80 keatas hanya boleh dimasuki dengan izin daripada Professor atau kurator dan di sanalah tersimpan buku yang dicari Seika, tapi malangnya dirinya tidak akan dapat ke sana.

Seika tidak menyedari langkah ringan seseorang yang menghampirinya dari sisi. Suara lembut dan ragu-ragu terdengar, tetapi ia tenggelam dalam kekalutan fikirannya sendiri. 'Seika...' suara itu bergetar, hampir seperti bisikan. Namun, Seika terus berjalan, matanya tertuju pada lantai, bibirnya bergerak-gerak, seolah berbicara dengan dirinya sendiri. Dia tidak menyedari kehadiran gadis itu, yang kini berdiri tidak jauh di sampingnya, tangan kecilnya sedikit terangkat, ragu untuk menyentuh bahunya.

"Aku masih memiliki beberapa minggu sebelum pertandingan itu... Apakah ada cara lain untuk membuka kekuatan?" Seika terus menatap lantai seolah-olah berharap lantai itu memberi jawapan.

"Seika..." Suara seorang gadis berambut biru terus memanggilnya sekali lagi dengan ekspresi wajah yang gelisah.

Sekali lagi juga Seika tidak mendengarnya, tapi tidak kali ini kerana Gadis berambut bob itu berkata dengan keras sambil memegang bahu Seika.

"SEIKA!!" Jeritan iman yang keras membuat orang disekeliling mereka memandangnya, juga Seika kembali dari dunia termenungnya dan memandang Iman dengan terkejut.

Menyedari tindakannya, Iman cepat-cepat melepaskan tangan Seika dan menundukkan wajahnya yang menjadi merah terang.

"Iman?" Seika memandang Iman dengan bingung.

"Aku... Boleh bantu..." Suara yang perlahan iman tidak didengari Seika

"Hmm... Apa?" Seika tidak mendengarnya menundukkan kepalanya.

"Aku... Aku boleh membantu kamu, Seika!" Jeritannya yang keras sekali lagi.

Secebis harapan datang ke pandangan Seika, tetapi suaranya yang tadi menarik perhatian semua orang sekali lagi, namun kali ini sang nona pustakawan pemarah tadi datang ke arah mereka, nampaknya dia akan memarahinya lagi.

"Hei kamu! Berapa kali ingin aku katakan, jangan buat onar disini!"

Melihat pustakawan pemarah itu berjalan ke arah mereka dengan langkah berat dan ekspresi tegas, Seika merasa bulu romanya meremang. 'Ah, ini tidak baik!' katanya dalam hati. Dengan cepat, dia menarik tangan Iman dan berkata, 'Kita perlu pergi sekarang.' Tanpa menunggu balasan, mereka berlari menuju lorong yang lebih jauh, diiringi suara langkah pustakawan yang masih menggema di belakang mereka. 'Seika..?' Iman kebingungan, namun dia hanya mendapatkan sebuah senyuman canggung dari Seika.'Ayuh kita bincangkan itu di tempat lain!' Katanya sambil berlari.

***

Nafas yang berat dari Seika dan yang terpenting kehilangan aura mengerikan menandakan mereka sudah berlari cukup jauh daripada pustakawan pemerah itu.

"Fuh, aku rasa dia sudah kehilangan jejak kita." Kata Seika sambil menghilangkan keringatnya.

Di samping itu, iman yang terlihat tidak lelah membuat Seika agak kagum dengan staminanya.

Merasa sudah cukup selamat,pada kesempatan ini Seika ingin bertanya dengan lebih detail.

"Um.. iman, jadi apa maksud mu tadi?" Katanya sambil menggaru kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak ingin kehilangan apapun peluang untuk membangkitkan kekuatannya.

"Um... Aku... Aku rasa aku dapat membantu kamu Seika," katanya perlahan tapi cukup didengari oleh Seika.

Mendengarkan kata-kata itu membuat Seika bersemangat dan terus tanpa fikir panjang Seika berkata dengan antusias.

"Membantu aku!? Bagaimana? Kamu dapat membuka kunci dalam tubuh aku?" Katanya seolah-olah matanya memiliki bintang.

Iman yang pemalu merasa sedikit ragu, tapi dia tetap terus terang kepada Seika.

"Hmm... Bukan... Aku hanya dapat membawa kamu ke tingkat atas... Ke tempat dimana buku yang kamu cari berada..." Tangannya yang seolah-olah mencuba menutupi wajahnya yang berpaling dari Seika.

"serius!," jika iman sekalipun tidak dapat membuka kunci kekuatannya, takpelah, janji dia adalah kunci ke tempat dimana dia dapat mencari kunci itu sendiri.

"Kalau macam tuh, buat apa lagi tunggu. Ayuh kita pergi sekarang!" Seika terlihat cukup semangat dengan harapan barunya.

Iman yang di sampingnya hanya diam dan terlihat sangat malu.

'ini kali pertama aku bercakap panjang dengan pria, mara!' kata iman dalam hati nampaknya dia agak bangga.

"Baiklah... Jom kita pergi." Iman terus melangkah melintasi lorong yang sepi, diikuti dengan jejak langkah Seika.

Sekarang mereka menuju ke lantai 81 dimana tempat VIP.

Sepanjang penjalanan mereka, Seika menikmati pemandangan yang menakjubkan daripada pustakawan ini.

Hampir kesemua rak buku di sini panjangnya 15 meter lebih sehingga terlihat menonjol di atas langit. Selain itu, yang membuat terasa tidak masuk akalnya adalah ada begitu banyak tangga kayu yang bergerak sendiri, ada yang dapat berbicara, ada yang berterbangan di atas dan Seika melihat mereka membantu belajar mengambil buku pada rak yang tinggi, tidak kalah aneh juga, terdapat buku yang memiliki sayap yang berterbangan di atas langit seolah-olah buku itu burung.

Memperhatikan segala yang terasa fantasi ini membuat Seika semakin bersemangat sehingga dia tidak boleh diam.

"... Seika." Suara yang rapuh itu memanggil Seika yang sedang seronok memegang sayap salah satu buku.

Di kerana kan Suara iman, Seika kehilangan kendali atas genggamannya akibatnya buku bersayap itu berontak dan berakhir terlepas dari Seika.

Merasa sedikit sedih kehilangannya, Seika tetap memandang Iman.

"Apa iman?" Tanya Seika.

"Kita sudah hampir sampai."

"Begitu?!" Seika merasa teruja menantikan apa yang akan berlaku seterusnya.

Memastikan kesediaan Seika, iman mengangguk kecil dan mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti kat bersegi empat.

Dia memusingkan badannya dan meletakkan kat itu di hadapan pintu yang besar, kat yang diletakkan seolah-olah diimpas. Setelah itu, serta-merta pintu terbuka dua sisi dengan antusias Seika tersenyum dan berkata didalam benaknya 'Ini dia!'

"Um... Jadi jom kita naik lift ini Seika.

Setelah Seika dan Iman berada dalam lift dalam waktu beberapa minit, keadaannya agak canggung. Iman yang pemalu tidak memulakan apa-apa perkataan, dan Seika juga seorang otaku yang kurang bersosial tidak akan berguna apabila diletakkan bersama gadis cantik pada satu ruangan.

Namun, Seika bertekad untuk menjadi lebih baik, oleh itu skill sosial adalah hal yang penting demi langkah itu.

Seika yang sedikit ragu menanyakan soalan yang dia telan dari tadi kepada gadis yang berada dihadapannya itu.

"Iman..."

"Ya!" Iman merespon dengan agak lucu. Tapi Seika tetap kena fokus ke topik.

'Apa! Dia bercakap dengan aku? Apakah dia akan melakukan hal yang liar seperti kebanyakan remaja inginkan?' fikiran iman yang dipenuhi dengan hal erotis menganggap Seika akan menyerangnya di ruangan yang tertutup ini. Namun perkataan Seika seterusnya membantah fikirannya.

"Umm... Bagaimana kamu memiliki kebenaran untuk naik ke tingkat terlarang ini?" Seika bertanya dengan polos tanpa menyedari wajah Iman yang semakin memerah.

'Syukurlah dia tidak melihat ekspresiku dari belakang,'

Iman yang penik dengan fikirannya yang liar dan merasa bersalah atas tuduhannya, hanya dapat pasrah dan menjawab.

"Hmm... Itu kerana aku bangsawan."

"Kamu seorang bangsawan?!" Seika terkejut, jadi selama ini orang yang ia ajak bicara adalah sosok yang kaya raya dan memiliki status yang besar?

"Mungkin lebih tepatnya, anak angkat daripada keluarga bangsawan." Seketika Seika agak terkejut mendengarnya.

Seika hanya diam sambil menunggu kelanjutan dari iman. Seika tidak dapat melihat ekspresi iman kerana berada dibelakangnya.

"Hmm... Yah, banyak hal yang berlaku, intinya saya diambil sebagai anak angkat." Kata iman yang terasa tidak ingin melanjutkan topik itu.

—Ting!

Bunyi yang menandakan mereka sudah sampai ke lantai 81.

Seketika suasana terasa agak membaik. Namun pintu lift yang terbuka kembali merosakkan suasananya. Di sana, di tempat duduk, ada seorang lelaki yang bertubuh gagah dan sangat kemas membaca sebuah buku, dan setelah beberapa saat lelaki itu melirik ke arah dimana Seila dan Iman berada, dia berdiri dengan lancar dan dengan sinis memandang ke arah Seika serta berkata dengan tajam.

"Jadi, apa yang kamu lakukan disini budak manja."

Dengan suara yang tidak kenal ampun itu, alis mata Seika naik dan melihat wajah yang dirinya benci itu membuat dia memegang tangannya dengan erat 'mengapa dia sini?' katanya di benak.

Dia adalah Pakciknya dan Gurunya sekarang— Fadhil Ansel, entah kenapa aura dari lelaki yang terlihat kejam itu datang untuk menghalangi jalannya.

***

"Jadi, sekarang terangkan mengapa kamu boleh berada disini budak." Perkataan tajam yang dilontarkan oleh lelaki berbaju hitam yang bernama Ansel kepada budak lelaki yang bernama Seika.

Seika yang melihat lelaki yang dibencinya memegang tangannya sehingga berbunyi 'mengapa lelaki sialan ini boleh tahu aku disini?', entah bagaimanapun itu, dia tidak ingin membiarkannya, pada saat Seika ingin berkata iman bersuara seperti semua sifat pemalunya menghilang.

"Maaf prof, saya yang membawanya." Terdapat sedikit kegugupan di suaranya.

Ansel memandang iman dengan sinis dan bertanya.

"Kenapa kamu membawanya?"

Ketajaman suara Ansel membuat Iman merinding, Dengan suara yang kaku iman membalas.

"Kerana dia memerlukan bantuan."

"Tetap saja, dia tidak dibenarkan berada di sini." Ansel tidak lagi ingin berkata, Ansel bangun daripada tempat duduknya dan meletakkan buku yang dipegangnya.

"Jika sekalipun kamu memiliki keistimewaan seperti keluarga bangsawan." Dia melangkah ke arah budak lelaki di samping iman.

"Jadi, budak apakah kamu bersiap dihukum?" Katanya seolah tidak memiliki perasaan.

Tunggu sebentar, mengapa Ansel terlihat marah terhadap iman? Bukankah dia memiliki akses ke sini kerana dia keluarga bangsawan? Pertanyaan terus permunculan di kepalanya.

Namun, kini, bukanlah untuk memikirkan itu, dia sekarang akan menghadapi lelaki dibencinya.

Walaupun dia tidak memiliki kekuatan apapun, dia akan membuat kekuatannya sendiri. Dia tidak akan membiarkan orang tua dihadapannya menghalangi tujuan itu. Oleh itu, Seika melangkah dengan mata membara.

'tidak mungkin aku takut dengan bajingan ini.' kata Seika sambil melangkah ke hadapan Ansel.

"Aku tidak memerlukan izin daripada mu, untuk aku berada di sini." Tatapan tajam ke Ansel, juga Ansel yang sinis tidak kalah juga.

"Oh, lihatlah budak ini harus dididik ulang." Sambil merenggangkan tangannya.

Iman yang melihatnya tahu, bahwa Seika ingin melawan ansel. Melihat bagaimana situasi ini, entah bagaimana Seika yang tidak memiliki apapun ingin melawan orang yang berstatus guru. Sudah pasti ianya akan berakhir dengan tragis untuk Seika.

Iman tidak tahan lagi, sebelum Ansel semakin marah iman melangkah untuk menghentikannya.

Namun, Sebelum Seika sempat membalas, suara halus dari Veloria menyelinap di antara kekacauan, menghentikan seketika pertikaian mereka.

"Kamu tidak perlu kejam seperti itu Ansel." Suara yang halus itu menarik perhatian mereka semua.

Di sana di atas lampu didudukinya, punca daripada suara tersebut adalah buku yang memiliki sayap?

Seika agak terkejut, padahal sebelumnya dia tidak melihat buku bersayap dapat bersuara.

"Kejam? Aku hanya ingin mengajarinya sopan santun.Veloria, kamu tidak patut ikut campur." Ansel membalas kepada buku yang bernama Veloria.

Sekejap? Bukankah Veloria itu adalah penyihir yang mengelola perpustakaan ini menurut buku yang dibaca Seika tadi?

'Apa dia dapat memiliki wujud seperti itu?' fikir seika.

"Hm.. memang benar mencampuri urusan keluarga orang itu buruk, namun, bukan disitu masalahnya..." Kata jeda buku yang bergantungan di atas lampu. "Masalahnya, aku membenarkan dia berada disini." Tanpa rupa paras mahupun ekspresi, mereka tahu bahwa Veloria tersenyum memandang ke Seika.

"Cih," decip lidah Ansel yang menandakan kekesal.

"Kamu bertuah budak, aku akan memberi kamu pengajaran di lain waktu." Ansel berjalan dengan dingin ke tempat dia duduk sebentar tadi, dan dia mengambil buku yang diletakkan di sana, seterusnya. Membalinnya ke Seika.

Seika mendakap buku tersebut, dan tertulis di muka depan buku tersebut adalah (Banduan Energy dan jiwa Sihir) Seika terbeliak melihat buku yang dirinya cari sekarang berada di tangannya, dan yang paling aneh adalah orang itu yang memberikannya.

Ansel berjalan ke lorong tanpa memandang Seika lagi, namun....

"Apa kamu membuat lawak pakcik sialan?!" Kata Seika tidak puas hati, apa yang diinginkan daripada bajingan itu? Kenapa dia memberi buku ini? Seika tidak memahami langsung.

Ansel berhenti sebentar dan menghela nafas lelah serta memberi satu perkataan terakhir, "Budak, pada akhirnya kamu hanya membohongi diri sendiri." Seterusnya dia hanya terus berjalan tanpa berhenti lagi.

***

"Mengapa? Mengapa tidak ada hasil sama sekali!" Jeritan frustrasi yang sekian kalinya dari Seika.

"Bertenang Seika, kita masih lakukan lagi." Iman yang pemalu mencuba menenangkan Seika yang sedang mengacak-acak kepalanya yang stress.

Sejak Ansel memberi buku 'Banduan Energy dan jiwa Sihir', Seika dan iman mencuba mengikut panduan dari buku tersebut namun menjadi kegagalan selama dua hari sejak mereka memulai.

"Sini Seika, kamu harus duduk di sini sebentar untuk menenangkan diri," ucap iman dengan prihatin, Seika hanya dapat menghela nafas berat dan duduk di kerusi kayu di samping iman.

Sekarang mereka berada dalam ruangan latihan, cukup bagus di pustakaan ini juga memiliki tempat latihan. Walaupun begitu, sejak Veloria muncul sewaktu menghentikan pakciknya, dia tidak pernah muncul kembali, entah apa niat sebenarnya membenarkan kami berada di sini.

Di samping itu, anehnya, selama dua hari ini Iman terus menolongnya. Bahkan sekarang dia membantu dalam menterjemah buku yang memiliki bahasa yang aneh itu dan memberi tahu cara melakukannya kepada Seika.

Seika cukup bertuah kerana dibantu olehnya, namun, mengapa dia sebegitu niat membantu Seika?

Seika juga cukup ingin tahu.

Setelah menogok segelas air kosong, Seika memandang Iman di sampingnya; Seika melihat rantai kristal indah berwarna biru yang selalu Iman bawak di lehernya. Dia juga selalu memegang rantai itu dengan ekspresi sedih, Seika ingin tahu mengapa dia sedih, tapi melihat dia begitu Seika menjadi ragu untuk bertanya. Apakah rantai itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi dia?

Namun, ada suatu soalan yang Seika ingin tanyakan sekarang, kerana dia ingin tahu jika sekalipun ini pertanyaan yang sudah basi.

"Um... Iman."

"Ya?" Iman mengalih pandangannya kepada Seika yang berkeringat.

"Mungkin ini sudah terlalu lambat, tapi, kenapa kau menolong aku sejauh ini?" Seika menatap wajah iman.

Setelah itu, ekspresi iman tiba-tiba menjadi redup dia memalingkan wajahnya dan memegang rantai kristal pada lehernya.

'lagi-lagi ekspresi itu lagi.' Seika cukup sering melihat iman sedih hanya memegang rantai itu, dia tidak cukup bodoh untuk tidak mengetahui bahawa dia memiliki masa kelam dengan rantai dalam pelukan dia itu, perasaan ini membuat Seika merasa bersalah menanyakan hal yang membuatnya merasakan sakit.

Namun, suara yang redup mengatakan sedikit dengan perlahan.

"Kerana kamu mirip dengan dia,"

Kening Seika terangkat mendengarkan itu, Seika memandang wajah gadis yang kelihatan nostalgia, pandangan dia sangat sedih seolah-olah rantai kristal itu ialah satu-satunya kekuatan agar dirinya tidak menangis.

"Mirip?"

Iman memandang Seika, memerhatikannya dari segala sudut dan merasakan sosok yang berada dihatinya berada di sisi Seika, dan itu jelas.. "Yah... Kamu agak sama dengan dia."

Seika agak tercengang, dia tidak tahu ingin berkata apa. Gadis di sampingnya itu terlihat sakit, Seika boleh memahaminya, dia tahu apa perasaan kehilangan seseorang yang berharga...

Tapi persoalan yang paling penting, apakah selama ini dia membantu aku hanya disebabkan aku mirip dengan seseorang yang berharga bagi-nya? Jika ya, seika tidak tahu dia harus menerima bantuan itu dengan ikhlas atau tidak... Tetapi suara yang seolah-olah baru menyedari kata-katanya itu menjernihkan hati Seika.

"Oh! Jangan risau, aku membantu kamu kerana keinginan aku sendiri kok." Iman berkata sambil tersenyum.

Melihat mata iman yang polos dan ikhlas membuat Seika menghelakan nafasnya yang kotor.

Setelah sejenak terdiam, Seika berusaha mengalihkan pikirannya ke pertempuran yang akan datang. Namun, keingintahuannya tentang bantuan Iman masih menghantui.

"Iman, sewaktu kamu melawan Kaelen mengapa kamu mengambil serangan jarak dekat berbanding melawan dari jarak jauh?"

Mendengar itu, kesedihan di wajah Iman perlahan memudar. Dia teringat akan sosok yang begitu mirip dengan Seika, sebuah bayangan yang selalu membuatnya ragu. Seika sendiri menghindari pembicaraan itu, seolah tidak ingin menyentuh topik yang begitu menyakitkan.

Iman tersenyum dan membalas ke Seika.

"Yah, kerana jika saja aku dapat menyentuhnya, dia akan berakhir. Tapi sayang aku tidak dapat menyentuhnya sampai akhir."

"...?" Seika kebingungan, apakah itu erti dia memiliki kekuatan untuk menang hanya dengan satu sentuhan?

Melihat Seika kebingungan membuat iman semakin tersenyum, "yah.. jika kamu lihat dengan mata sendiri, kamu akan memahaminya, seika."

"Begitu... Walaubagaimanapun kita sedang buntu." Seika berfikir dengan memahami keanehan daripada gerakan iman semasa pertandingan sebelumnya akan membuat dia mendapat inspirasi. Namun malangnya itu tidak terjadi.

Mereka tidak ada jalan lagi, mereka sudah berlatih mengikuti panduan buku yang terpapar di lantai latihan di sana, Tapi hasilnya minus.

Apakah dia memang tidak memiliki kekuatan yang dinamakan mana itu? Apakah dia sudah membuat kesalahan menerima battle royal tersebut? Memikirkannya membuat seika mengetatkan genggaman tangannya sehingga berbunyi.

Dia geram atas kelemahannya.

Iman yang berada disebelah memandang wajah Seika yang terasa putus asa, dia keliru mengapa dia dapat bercakap begitu lancar dengan lelaki ini, padahal sebelum dan sebelumnya bersosial adalah mimpi buruknya; apa kerana dia mirip dengan sosok lelaki itu? Tidak, dia tahu orang di sampingnya ini adalah seseorang yang ikhlas, dia begitu bodoh dan menyedihkan— berbeza dengan murid pada umumnya di akademi ini yang cerdas semua. Oleh itu, dia ingin.... Dia ingin bersama dengan sosok di sampingnya ini, dia ingin menjadi temannya.

"Jangan risau Seika," perkataan itu mengalihkan pandangan Seika ke iman.

"Aku ada cara lain untuk menang," sambil tersenyum hangat ke pria itu, dengan penuh keyakinan. Membuat lelaki itu merasa tenang.

20 hari sebelum battle royal.