Setelah acara pernikahan Edgar dan Riana selesai, kini sepasang pengantin baru tersebut sudah mengganti pakaian mereka dengan kaos putih dan jaket kulit berwarna hitam serta celana jeans hitam, membuat penampilan Riana dan Edgar terlihat sesuai dengan umur mereka yang sebenarnya masih remaja. Mereka berdua sedang duduk bercengkrama bersama keluarga Orlando.
Di luar dugaan Edgar, ia berpikir jika keluarga Orlando tidak akan terlalu menyukai dirinya, karena tujuan dari pernikahan ini semata-mata hanya untuk sebuah aksi balas dendam, tapi ternyata mereka semua menerima ia dengan tangan terbuka terutama Marine Orlando ( nenek Briana ).
" kau sangat - sangat mirip dengan Ayah mu " ucap Marine dengan tersenyum haru, menatap Edgar.
Edgar yang mendengar itu hanya dapat tersenyum tulus merasakan ketulusan Marine. Ia membenarkan ucapan Marine dalam hatinya, karena yang menganggap ia mirip dengan sang Ayah Levin, bukan hanya Marine tapi juga Victor Lee Yang selalu bilang kalau Edgar sangat mirip dengan ayahnya bahkan hampir setiap waktu dia mengatakan itu.
" apa kau tumbuh dengan baik bersama orang jahat itu? " tanya Marine yang berubah menjadi kesal saat mengingat kekejaman Victor Lee pada keluarganya.
Semua orang yang mendengar itu juga berubah menjadi marah, karena menurut mereka tidak ada seseorang yang hidup dengan baik dibawah ancaman.
Di saat semua orang sedang berbicara bersama, tiba - tiba saja datang seorang laki - laki yang menghampiri Riana dan mengajaknya untuk berbicara berdua. Hal itu tidak luput dari tatapan Edgar yang duduk bersebelahan dengan Riana.
" bisa kita bicara sebentar? " ucap Niel berbisik di samping telinga Riana, sambil memegang pundaknya.
Hal tersebut jadi bahan perhatian untuk Edgar, tiba - tiba saja ia merasa panas saat melihat Riana di dekati seperti itu oleh pria lain, ia merasa apa yang di lakukan oleh Riana dan Niel terlihat mesra.
Bagaimana tidak, Niel tiba - tiba saja datang mengganggu pembicaraan mereka, kemudian memegang pundak Riana seenaknya dan berbisik di telinga wanita itu dengan sangat dekat, menurut Edgar meskipun Niel orang kepercayaan Riana seharusnya dia tidak boleh berperilaku tidak sopan seperti itu kepada atasannya, terlebih lagi ada dirinya di samping Riana.
Tatapan marah yang di berikan Edgar kepada Niel, tidak luput dari perhatian keluarga Orlando, terutama Niki yang memperhatikan Edgar sejak tadi.
" kau tidak apa - apa Edgar? " ucap Niki sambil menatap ke arah Edgar.
Edgar yang mendengar pertanyaan dari Niki segera merubah raut wajahnya, ia pun merasa jika atensi semua orang telah tertuju padanya tak terkecuali Riana dan Niel, yang mempunyai tatapan yang berbeda, jika Riana memberikan tatapan bingung yang tidak kentara maka berbeda halnya dengan Niel yang memberikan tatapan tengil.
Edgar yang menangkap tatapan tengil dari Niel itu semakin merasa panas, maka dari itu, ia segera menjawab pertanyaan yang di berikan Niki padanya.
" Saya tidak apa - apa, Aunty " balas Edgar seperlunya.
Niki hanya mengangguk sebagai jawaban atas penjelasan yang di berikan Edgar padanya. Ia mulai menyantap makan malam bersama keluarga dengan hikmat
Sedangkan Riana mulai berdiri dari tempat duduknya yang berada di samping Edgar, dan meminta izin untuk berbicara berdua dengan Niel. Tanpa memperhatikan tatapan Edgar, Riana mulai berjalan beriringan dengan Niel yang berada di sampingnya.
Sementara itu Edgar masih memperhatikan Riana dan Niel yang pergi menjauh untuk membicarakan suatu hal, saat Edgar masih fokus melihat ke arah Riana yang menghilang ia kembali di kejutkan oleh perkataan Marine Orlando.
" mereka tidak memiliki hubungan apapun nak " ujar Marine
" iya benar, jadi kau tidak perlu takut " balas Fritz Orlando menimpali ucapan sang istri.
Setelah perkataan itu Edgar mulai menoleh sesaat kearah tempat Riana menghilang.
****
" apa yang ingin kau sampaikan? " tanya Riana datar dan to do point.
" Aron Glay sudah ada di tangan kita, aku sudah membawanya ke markas "
" Seperi biasa, kau bertindak cepat"
Flash back....
Di sebuah mobil Mercedes Benz, Terlihat Aron yang sedang melamun menghadap kearah jalanan sehingga tidak sadar dengan keberadaannya saat ini. Tiba - tiba saja, sang sopir yang sedang mengemudikan mobil yang ia bawa menawarkan sebotol minuman. Untuk menenangkan Aron yang terlihat sangat berantakan.
Aron pun segera meminum habis air minum yang ada di botol itu, hingga beberapa menit ia mulai jatuh tertidur. Sopir yang melihat Aron sudah tertidur pulas pun hanya bisa tersenyum jahat dan segera membawanya ke markas, seperti perintah bosnya.
" tahan si brengsek itu sampai aku datang "
baik " jawab Niel.
Saat Riana mulai berbalik dan melangkah, langkahnya terhenti akibat dari pertanyaan.Niel
" apa kau akan membawanya juga? " tanya Neil kepada Riana.
" tentu, aku tidak akan menutupi apapun darinya, bahkan aku berencana untuk mempertemukan dia dan ayahnya hari ini"
" oke " balas Neil.
****
Saat Edgar masih berbincang bersama keluarga Fritz, ia tidak sengaja melihat Riana datang untuk berbicara padanya.
" apa kau bisa ikut dengan ku? "
" kemana? "
" ke suatu tempat "
" baiklah, aku akan ikut denganmu "
Setelah Riana dan Edgar meminta izin kepada Fritz Orlando untuk pergi ke suatu tempat, sepasang suami istri itu akhirnya melangkah pergi untuk ke markas Riana. Beberapa menit perjalan di tempuh keduanya akhirnya Edgar Yang membawa mobil sang istri akhirnya sampai di tujuan.
Cara akses jalan ke markas Riana sama dengan akses jalan yang sering ia gunakan setiap kali mau ke markas. Saat Edgar mulai masuk kedalam markas Riana ia mulai terheran - terheran.
" kau membangun tempat ini? "
" hm "
" untuk apa? "
" untuk bersenang - senang "
Setelah pembicaraan itu Riana dan Edgar mulai saling diam hingga beberapa menit lamanya,
" ikut aku " ucap Riana datar.
" mau kemana "
" bertemu seseorang "
Tidak lama Riana dan Edgar berjalan menyusuri lorong hingga berdiri di depan pintu yang di jaga oleh seorang pengawal.
" apa dokter sudah datang '' tanya Riana datar.
" sudah nona muda, dokter datang tadi pagi "
Tanpa membalas perkataan pengawal tersebut Riana dan Edgar berjalan melewati, Riana mulai membuka pintu secara perlahan - lahan, hingga terbuka dengan lebar. Edgar mulai melihat seseorang yang ada di dalam ruangan itu yang sedang terbaring koma dan setelah mengamati lebih lama, betapa kaget Edgar melihat wajah orang itu dengan jelas, hingga tanpa di duga sekujur tubuhnya kaku.
Edgar berusaha dengan jelas untuk menyebut orang yang ada di depannya itu.
" Ayah... "