Chereads / BRIANA ALLEIA ORLANDO / Chapter 11 - BAB 10

Chapter 11 - BAB 10

Riana duduk termenung di dalam ruangannya yang ada di markas, ia mulai berpikir sambil menunggu Edgar yang masih ada di ruang perawatan Daddy nya. Di saat Riana masih merenungi semua hal tiba - tiba saja terdengar ketukan pintu yang membuatnya kembali sadar, ia melihat keberadaan Niel berdiri sambil bersandar pada tiang pintu dan menyilang kedua tangannya di depan dada.

" apa kau sudah melihat tahanan mu? " tanya Edgar dengan santai, sambil melangkah masuk ke dalam ruangan.

" aku akan pergi melihatnya bersama Edgar, dia harus melihat wajah bajingan dari orang yang sudah hampir melenyapkan Daddy nya " jawab Riana dengan nada datar namun tajam.

" oh, pantas saja wajah dan anggota tubuhnya masih mulus " ucap Niel yang duduk di hadapan Riana.

Riana yang mendengar perkataan Niel hanya tersenyum tipis, memang benar ia tidak pernah melepaskan tahanannya barang sejengkal pun. Terbukti dari ia yang menangkap para pekerja yang telah berkhianat kepada ayahnya sepuluh tahun lalu, dari mereka jugalah ia jadi mengetahui siapa dalang dari pembunuhan kedua orang tuanya.

Saat itu para pekerja yang terlibat dengan tragedi sepuluh tahun lalu, hanya di adili dan di masukkan kedalam penjara karena Fritz Orlando telah melimpahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.

Sehingga mereka hanya di jatuhi hukuman penjara seumur hidup, akan tetapi Riana yang saat itu masih berumur delapan tahun dan sudah bisa memikirkan semuanya merasa tidak terima. Baginya tidak ada hukuman yang setimpal bagi para pelaku pembunuh kedua orang tuanya selain nyawa bayar nyawa.

Hingga mulai saat itu Riana berjanji pada dirinya sendiri untuk membalas mereka yang telah membunuh orang tuanya, dan pada saat duduk di bangku kelas satu senior high school Riana bertemu dengan Niel di sebuah panti asuhan, ia mulai mengajak Niel untuk bekerja sama karena Riana melihat potensi yang di miliki oleh Niel dapat berguna untuk dirinya dalam menjalankan balas dendamnya.

" ngomong - ngomong, apa kau akan menjalani pernikahan mu dengan serius, kalau semuanya sudah selesai? " lanjut Niel sambil menatap Riana.

" untuk siapa pertanyaan bodoh mu itu? " jawab Riana tanpa melihat Niel.

" untuk mu, aku hanya ingin memastikan kalau pernikahan mu ini nyata atau tidak, mengingat kau menikah dengan Edgar karena sebuah tujuan " ujar Niel santai.

Riana yang mendengar hal itu menatap malas pada Niel, apa Niel pikir Riana akan mengorbankan masa depannya?, bagi Riana pernikahan adalah sebuah hal terpenting dalam hidupnya.

Menurutnya Ia dan Edgar sudah menikah, terlepas dari pernikahan ini terjadi karena sebuah tujuan, kebohongan atau apapun nyatanya ia dan Edgar adalah sepasang suami istri. Ia tidak ada niatan untuk mempermainkan ikatan suci tersebut.

" Aku tidak ada niatan untuk mempermainkan pernikahan ini, jadi buang jauh - jauh pemikiran bodoh mu itu " balas Riana.

" kalau begitu bagaimana jika Edgar yang pergi darimu?, Mengingat kalian menikah bukan karena dasar cinta "

" kau pikir aku akan menahannya?, Tidak. Aku tidak akan menahan orang yang tidak menginginkan ku "

" dan kau bilang apa tadi? Cinta? Bagaimana bisa kau menjadikan hal tabu seperti itu sebagai fondasi dalam berumah tangga " lanjut Riana.

" jadi menurut mu posisi cinta dalam rumah tangga tidak penting ? " tanya Niel.

" mau ku berikan contoh? " jawab Riana dengan sebuah pertanyaan.

" jika kau pergi berjalan - jalan bersama istrimu, dan tiba - tiba di pertengahan jalan kau tidak sengaja melihat seorang wanita cantik dan kau memujinya, apa kau masih bisa bilang jika kau mencintai istrimu? Sedangkan kau baru saja tidak menghargainya "

" fondasi utama dalam berumah tangga bukanlah cinta, tapi rasa tanggung jawab dan saling menghargai, ibarat sebuah tanaman, rasa tanggung jawab dan saling menghargai adalah bibit yang harus di tanam dan di semai untuk membentuk sebuah akar setelah itu kita harus merawatnya sebaik mungkin dengan cara di ingat dan di terapkan, jika kita sudah terbiasa merawatnya dengan baik tanaman itu akan membuahkan hasil yaitu rasa cinta yang nyata " jelas Riana dengan santai.

Neil yang mendengar penjelasan Riana hanya bisa membenarkan sambil merasa kagum atas pola pikir Riana soal pernikahan.

" woah, Riana kau... " ucap Niel yang terputus, karena tiba - tiba terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu.

Riana yang juga mendengar suara ketukan pintu segera menoleh dan mendapati Edgar yang berdiri disana dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

****

" kau sudah selesai bertemu dengan Ayah mertua? " tanya Riana sambil berdiri dari duduknya dan segera menghampiri Edgar yang berdiri disana.

" hm " jawab Edgar sambil mengangguk.

Riana menatap wajah Edgar dengan tatapan mata yang dalam, begitupun dengan Edgar. Mereka saling menatap satu sama lain tanpa menyadari jika Niel masih berada di sana.

" apa kalian sedang menjadi patung? " tanya Niel, mulai risih dengan kelakuan mereka.

Edgar dan Riana yang kaget mendengar perkataan Niel segera memutuskan pandangan satu sama lain, dan menoleh ke arah Niel dengan tatapan datar. Sedangkan Niel yang mendapatkan tatapan Seperti itu dari mereka merasa salah tingkah dan takut.

Edgar segera melihat ke arah Riana, karena ingin membicarakan sesuatu kepada sang istri, dan Riana yang merasa jika Edgar menatapnya segera menyuruhnya untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu.

" masuk dan duduklah disana " perintah Riana kepada Edgar.

Edgar yang mendengar perintah dari Riana segera masuk dan duduk di di tempat yang di tunjuk Riana, tanpa berbicara apapun lagi.

Sedangkan Niel yang masih ada di dalam ruangan tersebut masih duduk santai sambil menunggu perintah selanjutnya dari sang nona muda, karena ia merasa sebentar lagi Riana pasti akan menyuruh nya melakukan sesuatu.

" Niel, beritahu pengawal untuk mengeluarkan Blue dari sarangnya. Aku akan bermain dengannya hari ini " perintah Riana kepada Niel.

" Oke " ucap Niel sambil berlalu pergi meninggalkan pasangan suami istri tersebut, yang sebenarnya membutuhkan waktu berdua.

Setelah kepergian Niel, Riana mulai berjalan menghampiri Edgar yang duduk di sofa, ia segera mengambil tempat di dekat sang suami yang mulai menatapnya ingin memulai pembicaraan.

" bagaimana kau melakukannya? " tanya Edgar memulai pembicaraan.

" apanya? " Tanya Riana dengan santai.

" kau tau maksudku Riana " jawab Edgar dengan tatapan sendu.

Riana yang melihat tatapan Edgar yang begitu sendu menatapnya, tiba - tiba saja merasakan perasaan aneh yang hinggap di hatinya.

" apa kau benar - benar ingin tau? " tanya Riana memastikan.

" Iya, aku ingin tau semua yang terjadi " jawab Edgar dengan penuh keyakinan.

****

Flashback...

Tiga tahun lalu...

Di sebuah restoran private room terlihat Riana dan Niel tengah makan siang bersama tanpa berbicara sama sekali, bahkan ruangan tersebut tampak hening hanya suara dentingan sendok yang mulai beradu dengan piring yang terdengar.

" Niel, aku akan memberikan tugas pertama untuk mu " ucap Riana memecah keheningan dalam ruangan tersebut.

" Baiklah, apa tugas pertamaku " jawab Niel, dengan sangat antusias.

" aku ingin kau mencari semua data mengenai Levin Sanchez, mulai dari data pribadi maupun pekerjaannya hingga ia di kabarkan meninggal dunia, semuanya tanpa kurang satu apapun "

" oke, aku akan memberikan yang terbaik untuk tugas ini, kau tenang saja "

" aku akan memberikanmu waktu satu Minggu untuk menyelesaikan tugas ini "

" baiklah "

Dan setelah seminggu berlalu, Riana mendapatkan laporan yang ia inginkan dari Niel, bahkan ada laporan tambahan yang membuatnya sangat terkejut, di dalam laporan tersebut Niel melaporkan bahwa Levin Sanchez tidak meninggal dalam kecelakaan yang terjadi dan hal itu di dukung oleh sebuah rekaman cctv jalan yang memperlihatkan Levin terlempar keluar saat akan mobilnya akan meledak.

Setelah ia mengamati lebih jeli ternyata setelah ledakan mobil, ia melihat ada seseorang yang menggendong Levin di punggungnya dan membawanya pergi. Melihat rekaman itu Riana segera memberi perintah kepada Niel untuk mencari keberadaan Levin, namun sebelum perintah itu ia ucapkan tiba - tiba saja ponselnya berdering sehingga mengganggu fokusnya.

Riana pun mengambil ponselnya dan melihat nomor si penelpon yang tidak di ketahui, ia pun segera mengangkat panggilan itu. Dan betapa kagetnya Riana yang mendengar perintah dari si penelpon, di penelpon menyuruh Riana untuk segera datang mengambil Levin di rumah sakit xx.

Setelah si penelpon berbicara seperti itu, telepon seluler yang di gunakan Riana sudah tidak tersambung oleh si penelpon atau di matikan secara sepihak. Tanpa membuang waktu Riana segera beranjak keluar dari markas untuk pergi ke rumah sakit xx untuk menjemput Levin, sedangkan Edgar setia mengekori langkah Riana.

Hingga di depan pintu, Riana kembali memberikan perintahnya kepada Neil, untuk mengubah ruangan kosong menjadi tempat ruang rawat untuk Levin dan semuanya sudah harus selesai hari ini juga.

Riana segera masuk kedalam mobil dan menancap gas dengan kecepatan tinggi untuk cepat sampai ke rumah sakit, ia tidak ingin membuang banyak waktu. Karena menurutnya Levin adalah satu - satunya orang yang mengetahui semua hal tentang masalah ini.

Di pertengahan jalan menuju rumah sakit, Riana menelpon sang Kakek untuk membantunya mengambil Levin secara baik - baik tanpa menimbulkan keributan ia tidak ingin gegabah dalam hal in. Dan untungnya Fritz Orlando mau membantunya dengan memberitahukan pihak rumah sakit kalau sang cucu akan datang untuk mengambil pasien uang bernama Levin Sanchez.

Dengan nama besar keluarga Orlando, semua akan menjadi mudah di kerjakan termasuk hal ini. Riana sampai di rumah sakit xx dengan cepat ia sempat melihat keberadaan Alec di sana pengawal pribadi sang kakek, ia sedang berdiri disana menunggu kedatangan Riana.

" Apa kakek yang menyuruh mu? " tanya Riana dengan dingin.

" iya nona muda, saya akan membantu anda untuk membawa tuan Levin menggunakan ambulans " jawab Alec dengan sopan.

" baiklah " Riana hanya pasrah mengikuti aturan dari sang kakek.

Ketika semua urusannya di rumah sakit xx Riana dan Alec langsung pergi membawa Levin dengan mobil yang berbeda Alec dengan ambulans dan Riana dengan mobil pribadi. Sampai di markas Niel sudah mempersiapkan semuanya mulai dari dokter pribadi Hingga ruang rawat di dalam markas semua sudah siap.

Ketika Levin sudah di letakan di dalam ruang rawat yang ada di dalam markas, dokter pribadi segera melakukan pengecekan secara menyeluruh. Setelah selesai ia segera memberi taukan hasil pengecekan nya.

" Nona muda Tuan Levin sedang koma, saya memperkirakan beliau koma sejak lama, sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu " jelas dokter pribadi.

Riana yang mendengar hal itu mulai memejamkan matanya secara perlahan, merasa marah ia merasa ingin menghancurkan semua orang sekarang juga. Riana pun mulai keluar dari ruang rawat Levin meninggalkan semua orang yang ada di sana.

Niel yang melihat Riana keluar segera menyusulnya, saat berjalan di belakang Riana. Ia mendengar Riana memberikannya perintah.

" Niel, cari tahu keberadaan Edgar Sanchez " perintah Riana dengan wajah yang penuh kemarahan.

" baik " jawab Niel dengan tegas.

Flashback end...

****

Edgar yang mendengar penjelasan Riana, tidak bisa berbicara apa - apa lagi, ia di buat bungkam seketika. Ia sangat bersyukur Riana bergerak cepat untuk membawa sang Daddy sebelum di temukan oleh Victor Lee dan antek - anteknya.

Lamunan Edgar dibuyarkan oleh perkataan sang istri.

" kau mau ikut?, bertemu Aron Glay, kau tau siapa dia kan? " ucap Riana yang sudah berdiri dari duduknya.

Edgar yang mendengar itu hanya mengangguk setuju oleh ajakan Riana.