Di kediaman keluarga Victor Lee, lebih tepatnya di sebuah ruangan kerja milik Victor terlihat dua orang pria beda generasi sedang mendiskusikan tentang sesuatu rencana yang serius.
" Darren, mulai sekarang Daddy ingin kau belajar dengan serius, lihatlah kemarin Edgar sudah menunjukan kemampuannya di sekolah " Ucap Victor sambil menatap Darren yang duduk di depannya dengan serius.
" Dad, Edgar memang seperti itu, dia memang terkenal karena kecerdasannya di sekolah. Tapi Daddy tenang saja murid - murid di sekolah memaklumi hal itu sebagai bentuk balas Budi karena keluarga Lee sudah mengangkatnya menjadi bagian dari keluarga ini " ujar Darren dengan nada menghina.
" akan sangat memalukan jika dia sampai tidak bisa membalas jasa keluarga ini " lanjut Darren.
" tapi biar bagaimana pun kau harus tetap belajar untuk menaikkan nilai mu, dan belajarlah bersama Edgar mengenai perusahaan secara pelan - pelan "
Memang benar karena kecerdasannya dalam berpikir, Victor mulai menyuruh Edgar untuk terjun dan terlibat langsung ke dalam perusahaannya, ia berpikir ke jeniusan Edgar sangat membantunya dalam mengembangkan perusahaannya. Itulah sebabnya ia menahan Edgar di sisinya sampai saat ini.
" Daddy akan mewarisi VL company pada mu Darren, jadi turuti mau Daddy. Berhenti bermain - main, apa kau paham? " tanya Victor dengan nada tajam.
" baiklah Dad, aku paham " jawab Darren dengan kepala menunduk secara tiba - tiba.
Darren sangat tau jika sang Ayah sedang berbicara serius padanya, sehingga ia merasa sedikit terintimidasi oleh tatapan Victor yang tajam.
.
Pembahasan Ayah dan anak itu terus berlanjut hingga waktu menunjukan pukul dua belas malam. Darren keluar dari ruang kerja Ayahnya dengan berjalan santai menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu, saat berjalan Darren tidak sengaja melewati kamar Edgar yang tertutup rapat dengan lampu kamar yang di matikan.
Darren yakin kalau sang pemilik kamar belum kembali sejak tadi pagi Edgar pergi ke sekolah, ia pun mulai bertanya - tanya apakah Edgar menginap di luar dan tidak pulang ke rumah?, Darren yang sedang asik berpikir di depan kamar Edgar tiba - tiba saja di kaget oleh suara perempuan yang datang depannya.
" kau sedang apa? " tanya Wanda yang memperhatikan sang Kakak sambil memegang botol minum.
" ya ampun, kau mengagetkan ku Wanda " jawab Darren sambil mengelus dadanya.
Wanda yang melihat reaksi kaget dari sang kakak hanya bisa terkekeh.
" aku tanya, kau sedang apa di depan pintu kamar Edgar? " jelas Wanda mengulangi pertanyaan nya.
" oh, aku hanya ingin mengecek anak pungut itu sudah pulang atau belum " ujar Darren dengan nada sinis.
" Darren, aku sudah memperingatkan mu untuk tidak memanggilnya seperti itu " ucap Wanda dengan tatapan tidak sukanya kepada sang kakak.
Darren yang mendengar perkataan sang Adik sangat mengetahui jika Wanda memiliki perasaan kepada Edgar sejak lama. Hal itu terbukti bagaimana selama ini ia melihat Wanda menjadi seseorang yang bodoh dan over protektif saat mengejar dan mendekati Edgar yang sama sekali tidak memperdulikan keberadaannya, contohnya seperti kejadian tadi pagi.
" Dasar bodoh " balas Darren dengan berlalu pergi meninggalkan Wanda yang masih berdiri disana.
Wanda yang melihat kepergian Edgar hanya menatapnya dengan tatapan kesal, ia tau kalau Darren sangat membenci Edgar, sejak lelaki itu datang menginjakkan kaki di rumah ini. Ia merasa benci kepada Edgar, karena ia dan Darren merasa Edgar adalah anak dari sang ayah bersama selingkuhannya. Tapi hal itu terbantahkan oleh perlakuan sang Ayah kepada Edgar selama ini.
Ia melihat selama ini Victor tidak pernah menganggap keberadaan Edgar di rumah ini, bahkan ia menyuruh asisten rumah tangga untuk menyingkirkan kursi untuk Edgar yang ada di meja makan, itulah mengapa Edgar tidak pernah ikut sarapan ataupun makan malam bersama mereka karena faktanya Edgar tidak pernah benar - benar di terima di keluarganya.
Ia pernah bertanya kepada sang ayah mengenai hal ini, akan tetapi ayahnya tidak pernah menjawabnya dan menutup rapat mengenai alasannya mengangkat Edgar sebagai anak angkat nya di depan publik. Dan melihat Edgar yang di perlakukan seperti itu selama tinggal di rumah keluarga Lee, membuat Wanda merasa kasihan. Rasa kasihan itulah yang perlahan - lahan berubah dan berkembang menjadi rasa suka yang dalam terhadap Edgar.
" Aku pasti akan mendapatkannya, hanya aku yang boleh bersama Edgar " batin Wanda sambil melihat punggung Darren yang menghilang di balik pintu kamarnya.
****
Di dalam ruang kerjanya, Victor masih duduk termenung di kursi kerjanya sambil menatap beberapa foto yang di pegangnya. Terlihat foto candid seorang wanita cantik yang sedang tertawa riang di dalam foto tersebut.
Wanita di dalam foto tersebut sangatlah cantik dengan rambut coklat bergelombang nya yang terikat ekor kuda serta jas laboratorium yang melekat di tubuhnya terlihat sangat cantik. Tidak terasa sebutir Air mata jatuh diatas foto tersebut.
" Aku merindukanmu, Alleia... " ucap Victor dengan sangat lirih, matanya mulai memerah memancarkan kesedihan yang teramat sangat.
" sampai akhir pun, kau tidak menjadikan ku pilihan " ujar Victor dengan air mata yang jatuh mulai deras.
Victor mulai bersandar di kursi kerjanya dengan rasa lelah yang ada dalam pikirannya, matanya terpejam mengingat memori masa lalu bersama wanita yang ia cintai.
****
Flashback on...
Orlando Science University
Di sebuah ruangan laboratorium fakultas sains, terlihat seorang pria yang sedang memandang kagum kearah wanita yang tengah serius mencampurkan berbagai cairan kimia ke dalam beaker dengan teliti.
" cantik " batin sang pria, masih menatap ke arah sang wanita dengan tersenyum.
" Vic, tolong campurkan ini ke cairan yang berwarna hijau " pinta sang wanita dengan memberikan beaker yang telah terisi dengan cairan bening.
" Vic?, Victor? "Sentak wanita cantik itu.
Victor yang di panggil dengan nada sedikit tinggi tersebut merasa terkejut, ia mulai menyadarkan dirinya dan menatap wanita yang ada di depannya.
" iya, Alleia? " tanya Victor gelagapan.
" bagaimana bisa kau melamun di saat seperti ini " ucap Alleia dengan menghentikan pekerjaannya sejenak.
" maafkan aku "
" jangan melamun Vic, kita sedang berhadapan dengan hal yang berbahaya, tolong fokuslah "
" iya maafkan aku Alleia, ini tidak akan terjadi lagi "
" apa yang kau pikirkan sedari tadi? "
" tidak ada " jawab Victor dengan tersenyum.
" baiklah, ayo kita lanjutkan, jangan melamun lagi " peringat Alleia dengan tersenyum cerah kearah Victor.
Victor yang mendapatkan senyuman dari wanita yang sangat ia cintai ini merasa deg degan, perasaannya mulai menghangat hanya karena mendapatkan senyuman manis dan cerah itu.
Setelah beberapa jam berada di dalam ruangan laboratorium Victor dan Alleia memutuskan untuk menyudahi pekerjaan mereka, mereka memutuskan untuk melanjutkannya esok hari untuk menyelesaikan yang tersisa.
Saat mereka keluar dari ruangan laboratorium ternyata langit sudah sore, Victor melihat jam yang ada di tangan yang menunjukan pukul lima sore, pantas saja matahari sudah tidak terlihat. Ia dan Alleia mulai berjalan menyusuri lorong kampus untuk menuju ke parkiran.
" Ayo aku antar " ucap Victor menawarkan diri mengantarkan Alleia pulang, saat mereka berada di parkiran kampus.
" Aku... "
" sayang... " ucap seseorang di belakang Alleia secara tiba - tiba.
Mendengar panggilan itu sontak membuat Alleia dan Victor menoleh kearah suara.
" sayang, kamu ada disini? " tanya Alleia sambil berjalan kecil menuju pria tersebut.
Victor yang melihat kedatangan pria itu hanya tersenyum tipis.
" hai Vic " sapa pria itu dengan santai.
" hai Nicho " balas Victor kepada Nicho.
Ia dan Nicho kenal dari SMA, mereka berdua sama - sama alumni dari Orlando High School. Akan tetapi mereka berdua bukan sahabat atau teman dekat, mereka berdua hanya bertegur sapa biasa. Dan sekarang ia dan Nicho juga berada di kampus yang sama namun dengan jurusan yang berbeda. Ia mengambil jurusan Biokimia sedangkan Nicho mengambil jurusan Ekonomi bisnis.
" Vic aku akan pulang bersama Nicho, soal kita akan malam bersama, tidak apa - apa kan? " tanya Alleia merasa tidak enak.
" it's ok " jawab Victor sambil melihat kemesraan antara Alleia dan Nicho yang tersaji di depan matanya.
" oh, ok kamu pulangnya hati - hati, terima kasih untuk hari ini " ujar Alleia sambil tersenyum dan memegang lengan Nicho.
" kita pulang duluan Vic " pamit Nicho dengan tersenyum tipis.
" ok " balas Victor dengan tersenyum.
Ketika pasangan itu masuk kedalam mobil dan melaju meninggalkan parkiran, Victor berdiri dengan diam, Victor melihat wanita yang ia cintai telah pergi bersama kekasihnya, meninggalkan ia dengan pandangan hampa menatap kepergiannya.