Chapter 5 - Part 4

Tik... Tik... Tik...

Hanya  terdengar bunyi jam dinding pada keheningan malam yang begitu sejuk dan dingin.

Seorang pria tengah berbaring di atas kasur empuk dan mewah yang terbalut seprai berwarna hitam, pria itu sembari mengingat masa lalunya yang sangat sedih.

Sejak dia menginjak usia 15 tahun kedua orangtuanya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya dan ia hanya diurus oleh pembantunya yang bernama bi yanti, bi yanti adalah pembantu keluarga besar william papanya william kevin alvaro.

Flashback

"Kevin, ayo nak bangun."

Terdengar suara wanita paruh baya memanggilnya di depan pintu kamar sambil mengetuk pintu kamarnya.

Kevin pun terbangun dari tidurnya lalu ia berdiri dan berjalan ke pintu kamarnya dan langsung membuka pintu kamarnya.

"Ayo makan nak." ucap mamanya sambil mengelus lembut kepala anaknya.

"Iya ma." ucapnya dengan mata masih mengantuk.

Lalu ia dan mamanya pun turun kebawah ke ruang meja makan. ruang meja makan yang begitu megah dan luas dengan hiasan lampu berwarna putih di atasnya. sesampainya di ruang meja makan, kevin dan mamanya pun duduk di kursi meja makan.

"Papa mana ma? kok nggak ada papa?" tanyanya sambil melihat kiri dan kanan.

"Ada nak, papa kamu lagi mandi," jawab mamanya.

"Nak, papa dan mama mau pergi ke luar kota, kamu sama bi yanti ya di rumah," mata mamanya melihat anaknya dengan dalam.

"Ngapain sih ma pergi ke luar kota?" tanya kevin dengan raut wajah bingung.

"Papa dan mama ada urusan bisnis di luar kota vin." jawab mamanya.

"Kamu baik-baik ya di rumah sama bi yanti." mamanya sangat tidak tega meninggalkan anaknya di rumah tetapi ia dan suaminya ada urusan bisnis di luar kota jadi ia dan suaminya tidak bisa membatalkannya.

"Jangan ma, papa dan mama jangan ninggalin kevin sendirian di rumah," ucap kevin dengan raut wajah sedih.

"Bukan hanya bi yanti aja kan ada vino juga di rumah, jadi kamu nggak sendirian kok sayang," ucap mamanya sambil tersenyum. "Papa dan mama cuma satu minggu ke luar kota." lanjut mamanya.

"Pokoknya papa dan mama jangan pergi, kalau kalian pergi kevin nggak mau makan," ucap kevin dengan raut wajah cemberut.

Mamanya pun menghela napas pelan dan ia berkata, "Jangan bilang begitu ya sayang, papa dan mama cuma sebentar aja ke luar kota setelah selesai urusan bisnis kami langsung pulang."

Tidak tahu mau bilang apa lagi kevin pun pasrah bahwa papa dan mamanya mau pergi ke luar kota. entah kenapa ia tiba-tiba merasakan firasat buruk dan di dalam hatinya juga berkata kalau papa dan mamanya akan pergi jauh darinya dan meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Tidak biasanya kevin sangat memikirkan kedua orangtuanya selama ini kedua orangtuanya selalu pergi ke luar kota ia hanya biasa saja tetapi kenapa kali ini beda seakan ia dan kedua orangtuanya akan berpisah dan tidak akan bisa bersama lagi.

Kevin menghela napas panjang dan ia mengangguk. "Iya ma, tapi janji ya langsung pulang, jangan ninggalin kevin sendirian disini."

Mamanya tersenyum dan mengelus lembut kepala anaknya, "Iya sayang, ngapain juga kami lama-lama di luar kota, kami kan nggak bisa jauh dari pangeran ini."

Raut wajah kevin yang dari tadi tampak sedih kini berubah menjadi tersenyum. mamanya melihat anaknya tersenyum ia sangat senang dan ia sudah berhasil membuat anaknya tidak sedih lagi.

Papa kevin pun keluar dari kamar sambil membawa koper besar, "Ayo ma kita ke bandara nanti kita ketinggalan pesawat."

Mamanya kevin pun mengangguk dan ia langsung melihat anaknya, "Kamu baik-baik ya di rumah, papa dan mama mau pergi dulu."

"Iya ma, hati-hati ya," kini kevin kembali sedih bahwa papa dan mamanya mau pergi.

Papanya melihat bahwa anak kesayangannnya lagi sedih lalu ia berjalan menghampiri anaknya. "Kok anak papa sedih sih kan anak papa kuat. jangan sedih ya sayang, papa dan mama cuma sebentar aja ke luar kota."

"Iya sudah, papa dan mama pergi dulu ya sayang," ucap mamanya. lalu papa dan mamanya mencium kening anaknya.

"Iya ma." balasnya.

"Dadah sayang kami pergi dulu ya." ucap kedua orangtuanya sambil melambaikan tangannya lalu kedua orangtuanya pun berjalan menghampiri mobil kemudian masuk dalam mobil dan pergi ke tempat tujuannya.

Kedua orangtuanya telah pergi tetapi kevin masih berdiri melihat kedua orangtuanya yang telah pergi.

"Tuan kevinnn"

Terdengar suara dari belakang ada yang memanggilnya dan ia langsung membalikkan badannya ke belakang.

"Tuan jangan sedih ya, kan ada bibi sama vino disini untuk menemani tuan," ucap bi yanti sambil tersenyum.

"Iya bi. bi, kevin ke kamar dulu ya," ucap kevin.

"Iya tuan." balas bi yanti.

Dan kevin pun langsung berjalan ke atas menuju ke kamarnya tidak tahu kenapa hari ini ia sangat memikirkan kedua orangtuanya.

1 jam kemudian...

Kring kring kring

Bunyi telepon rumahnya berbunyi.

bi yanti mendengar kalau ada telepon yang berbunyi dan ia bergegas menghampiri dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo siapa ini!" ucap bi yanti.

"Apakah benar ini rumahnya william sanjaya?" tanya seseorang dari balik telepon.

"Iya benar, memangnya kenapa ya?" balas bi yanti.

"Kami dari pihak polisi, ingin memberitahui bahwa mobil yang bermerek A**i, plat B **** WS dan berwarna hitam mengalami kecelakaan dan korbannya kami langsung bawa ke rumah sakit." ucap seseorang tersebut.

"Astagfirullahalazim"

Hanya satu kata keluar dari mulut bi yanti ia sangat kaget bahwa ciri-ciri mobil yang disebut oleh seseorang tersebut adalah punya majikannya dan ia langsung menjatuhkan telepon yang dipegangnya dengan cepat ia berjalan ke atas menuju ke kamar kevin ia sangat ingin memberitahui kalau kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dan akhirnya ia sudah sampai di depan pintu kamar kevin tetapi ia ragu untuk mengetuknya nanti tuan mudanya kaget dan sedih tapi harus bagaimana lagi kalau kedua orangtuanya mengalami kecelakaan ia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tuannya.

"Tuannn" pangil bi yanti di depan pintu kamar sambil mengetuk pintu kamar tuannya.

Kevin mendengar kalau bi yanti memanggilnya di depan pintu kamar dan ia langsung berjalan ke pintu kamarnya dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa bi?" tanyanya.

"Tuan, ayo kita ke rumah sakit sekarang," jawab bi yanti.

"Ke rumah sakit? ngapain bi ke rumah sakit?" tanyanya lagi dengan raut wajah bingung melihat bi yanti mengajaknya ke rumah sakit.

Dengan menghela napas panjang bi yanti pun mengatakan jujur kepada kevin, "Papa dan mama kamu mengalami kecelakaan tuan."

"Apa?"

Ia sangat kaget mendengar perkataan dari bi yanti bahwa kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dan ia pun langsung berjalan ke bawah menuju ke garasi mobil untuk pergi ke rumah sakit.

"Tuan mau kemana?" tanya bi yanti melihat tuannya berjalan dengan tergesa-gesa.

"Ke rumah sakit bi." jawab kevin.

"Bibi ikut ya tuan ke rumah sakit, bibi juga mau lihat keadaan tuan dan nyonya," ucap bi yanti.

"Iya sudah, ayo bi," teriak kevin dari bawah.

Kevin dan bi yanti pun langsung berlari ke garasi mobil untuk pergi ke rumah sakit dan ada salah satu bodyguardnya yang selalu menjaga kevin dimanapun ia pergi sedang duduk di garasi mobil.

Ia melihat tuan mudanya dan bi yanti berlari dengan tergesa-gesa menghampirinya lalu ia berdiri melihat tuannya menghampirinya.

"Tuan mau kemana?" tanya bodyguardnya.

"Antar kami ke rumah sakit." jawabnya.

"Baik tuan, silakan," ucap bodyguardnya sambil membuka pintu mobil.

"Ayo bi." ucapnya dan bi yanti pun mengangguk lalu kevin dan bi yanti masuk dalam mobil.

50 menit kemudian...

Akhirnya kevin, bi yanti dan bodyguardnya sudah sampai di depan rumah sakit.

Kevin pun langsung keluar dari mobil dan ia langsung berlari ke dalam rumah sakit lalu ia bertanya kepada suster, ia sangat panik dan takut kalau kedua orangtuanya kenapa-napa.

Bi yanti dan bodyguardnya pun ikut juga keluar dari mobil dan hanya ikut saja tuannya di belakangnya.

"Suster, mana ruangan korban kecelakaan tadi?" ucapnya dengan cepat.

"Kamu anaknya ya?" tanya suster itu.

"Iya suster, saya anaknya," jawabnya.

"Itu ruangannya." ucap suster itu sambil menunjuk ke arah ruangan tersebut.

"Terima kasih sus." ucapnya.

Dengan cepat kevin berlari ke ruangan tersebut, ia terus berlari dengan tergesa-gesa dan akhirnya ia sudah sampai di depan pintu ruangan tersebut yang terbuka dan di dalam ruangan tersebut ada dokter.

Bi yanti dan bodyguardnya hanya mengikuti tuannya di belakangnya.

"Papa mamaaa" kevin sangat terkejut melihat kedua orangtuanya sudah tertutup dengan seprai putih.

Lalu ia masuk dan berjalan menghampiri kedua orangtuanya yang sudah tertutup dengan seprai putih kemudian ia bertanya ke dokter di depanya.

"Dok, papa dan mama saya kenapa kok di tutup seprai putih?"

"Kedua orangtua kamu sudah meninggal nak." jawab dokter di depannya yang membuat kevin sangat terkejut mendengar perkataan dari dokter itu bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal.

Betapa hancurnya hati seorang anak melihat kedua orangtuanya sudah tiada dari kecil sampai sekarang kedua orangtuanya lah selalu merawat dan membesarkannya dan selalu menyayanginya tetapi dikala ini juga ia harus ikhlas menerima semua ini bahwa kedua orangtuanya sudah tiada.

Ia pun langsung memeluk badan kedua orangtuanya yang sudah tertutup dengan seprai putih dan air matanya sudah banyak mengeluarkan dan membasahi pipinya.

"Papa mamaaa, kenapa kalian ninggalin kevin sendirian?" ucapnya yang masih memeluk badan kedua orangtuanya.

Bi yanti dan bodyguardnya ikut menangis karena melihat tuannya memeluk badan kedua orangtuanya untuk terlahir kali lalu bi yanti menghampiri tuannya yang lagi memeluk badan kedua orangtuanya.

"Sudahlah tuan jangan sedih kan ada bibi sama vino menemani tuan." ucap bi yanti sambil memegang pundak tuannya.

Bi yanti sangat menyayangi kevin, ia sudah menganggap kevin adalah anaknya sendiri sudah lama ia mengurus kevin dari berusia 10 tahun, ia pun ikut juga sedih dan menangis melihat tuannya ditinggal oleh kedua orangtuanya untuk selama-lamanya.

1 tahun kemudian...

Semenjak kedua orangtuanya sudah meninggal kevin suka melamun dan merenung sendirian di kamar atau di balkon kamarnya, ia masih belum bisa menerima bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal dan ia masih sedih bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan.

"Papa mamaaa, kevin kangen banget sama kalian." ucapnya dengan menangis tersedu-sedu di balkon kamarnya.

Sudah beberapa jam ia hanya melihat langit sambil memegang foto kedua orangtuanya, ia sangat kehilangan kedua orangtuanya yang telah sayang kepadanya dan ia akan selalu ingat pesan papanya. "Kalau papa dan mama sudah tiada kamu adalah penerus kami merawat dan menjaga perusahaan kami ya."

Kevin pun menghapus air matanya dan matanya tertuju melihat foto kedua orangtuanya yang ia pegang.

"Baiklah pa, kevin akan merawat dan menjaga perusahaan kalian," ucapnya lalu ia memeluk foto kedua orangtuanya. "aku harus bangkit di dalam kesedihan ini dan bisa merawat dan menjaga perusahaan kalian." lanjutnya.