Chereads / Jadi Pocong? / Chapter 4 - Begal

Chapter 4 - Begal

Dan untuk yang ke-11 kalinya gue di tolak.

Mungkin bukan di tolak, hanya gue yang terlalu berharap. Namanya tufa, gue baru kenal dia tiga bulan. Malam itu, gue hadir di acara pesta ulang tahunnya.

"Gila, pesta semewah ini habis berapa duit, ya?" Tanya hati gue. Dan malam puncak dari pesta ulang tahun wanita yang gue taksir pun tiba.

"Baik lah, kita persilahkan teman kita, sahabat kita, untuk memotong kue pertama ulang tahunnya. Lalu, berikan potongan kue itu untuk orang yang paling di sayang," Ucap MC dan tamu yang hadir pun mulai bertepuk tangan. Setelah kue ulang tahun itu di potong, gue gak nyangka, ternyata potongan kue itu di berikan ke gue.

"Buat loe, Ka!"

"Makasih, ya Tuf," Gue tersipu malu.

"Iya, Ka,"

"Tuf, loe mau gak jadi pacar gue?" Para tamu yang hadir matanya langsung tertuju melihat aksi gue. Dan gue yakin 100%, kalau cinta gue pasti di terima.

"Maaf, Ka. Gue gak bisa jadi pacar loe?"

"Kenapa, Tuf? Loe sudah ngasih kue ini. Berarti loe sayang sama gue,"

"Gue memang sayang sama loe. Tapi,"

"Tapi kenapa?"

"Dia sudah saya jodohkan," Ucap seseorang. Setelah gue menoleh, tenyata itu bokapnya si Tufa.

"Dia sudah saya jodohkan dengan salah satu anggota pemuda Pancasila. Sedangkan kamu, ke sini pasti hanya numpang makan gratis aja,"

"Hehe, Kok tahu," Celetuk gue.

Dan untuk yang ke-12 kalinya gue di tolak.

Namanya, Lulu. Gue baru kenal dia tiga bulan. Setiap waktu, gue selalu ada untuk dia. Mulai dari antar jemput kuliah, bahkan sampai mau jajan online pun gue yang antarkan.

Siang itu, cuacanya sangat panas.

"Ka, kita mampir ke rumah teman gue dulu ya, sebentar aja,"

Sesampai di rumah yang di maksud.

"Gue masuk dulu ya, loe jangan balik, gue sebentar, kok,"

"Oh ya, Lu. Kita sudah tiga bulan berteman, gue bahkan rela antar jemput loe setiap hari, gue rela jadi ojol buat loe. Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Gimana, ya. Nanti aja gue jawabnya, teman gue sudah nunggu di dalam rumah," Dia pun langsung masuk ke dalam rumah itu ninggalin gue yang sedang dehidrasi.

1 menit, 5 menit, 10 menit, bahkan sampai satu jam lebih gue nunggu dia. Tapi, masih belum ada kabar. Gue telepon gak di angkat-angkat. Gue WA, ceklis satu. Tiba-tiba, dari dalam rumah keluar anak kecil kisaran umur 6 tahun yang hendak mau pergi ke warung.

"Dek, mau nanya, kakak wanita yang tadi masuk ke dalam rumah lagi ngapain ya, kakak di sini sudah nunggu satu jam lebih,"

"Kurang tahu, om. Tadi, saya lihat. Kakak wanita yang om antar masuk kamar kakak saya. Sekarang saya di suruh beli shampo. Oh ya, satu lagi, Om. Ini uang dari kakak wanita yang Om antar. Katanya, kembaliannya ambil aja dan dia nitip pesan, cinta om di tolak,"

Dan untuk yang ke-13 kalinya gue di tolak.

Siang itu gue, lagi berbincang-bincang di kantinĀ  dengan teman gue si Bayu.

"Enak, yu. Pacaran sama si Indri?"

"Gue sudah putus,"

"Kenapa loe putusin?"

"Gue yang di putusin, katanya gue selalu minta hotspot terus,"

"Mangkanya, modal dikit, kuota paling berapa duit, sih," Namun saat itu juga, gue melihat satu wanita sedang duduk seorang diri di kantin. Namanya, April. Gue baru kenal dia tiga bulan.

"Yu, misalnya gue nembak si April. Kira-kira, gue di terima gak ya?"

"Mana gue tahu, loe coba aja, Ka,"

"Ya sudah, temenin gue, Yu. Gue mau nembak si April," Gue dan si Bayu pun langsung menghampiri si April.

"Sendiri aja, Ril?"

"Iya, Ka,"

"Gue berdua boleh gabung, gak?"

"Boleh, kok," Gue dan si Bayu pun duduk di bangku kosong tepat di hadapannya.

"Ril, kita kan sudah berteman lama, gue juga sering bertukar cerita sama loe. Gue sudah merasa nyaman. Loe mau gak, jadi pacar gue?"

"Gue mau kok, jadi pacar loe," Sumpah, gue senang banget dengarnya, ternyata ada juga wanita yang mau nerima cinta gue.

"Loe serius, mau jadi pacar gue?"

"Bukan loe, Ka. Tapi, gue mau jadi pacarnya si Bayu," Saat itu juga si April langsung pergi ngajak si Bayu ninggalin gue sendiri.

"Gue tinggal ya, Ka. Rejeki anak Soleh," Ucap si Bayu. Yang nembak siapa, yang di terima siapa. Tuhan kirimkan lah aku, kekasih yang baik hati, yang mencintai aku, apa adanya.

Dan untuk yang ke-14 kalinya gue di tolak.

Bukannya di tolak, kali ini cinta gue benar-benar di terima.

Waktu itu pukul 23.00 wib, gue habis pulang dari rumah si Bayu. Di dalam perjalanan, motor yang gue kendarai tiba- tiba mogok.

"Kenapa nih, motor. Perasaan baru seminggu di servis, bensin juga masih full,"

"Kenapa, mas?"

"Motor saya mogok," Setelah gue menoleh ke asal suara itu. Ternyata wanita cantik.

"Serius, Mas. Coba nyalahin lagi, deh," Dan pas gue coba, anehnya motor gue hidup kembali.

"Kok, aneh sih. Perasaan, dari tadi susah banget hidup nya,"

"Tuh, kan Mas. Motornya hidup,"

"Iya, neng. Ngomong-ngomong, neng mau kemana?"

"Saya mau pulang, Mas," Malam itu gue pun kenalan. Nama wanita cantik itu, Rara.

"Mau gue antar pulang, Ra?"

"Boleh Ka?" Gue pun langsung mengantarnya pulang. Semenjak perkenalan itu, gue pun semakin dekat. Kurang lebih, sudah tiga bulan gue berteman dengan si Rara. Tapi, anehnya setiap gue ajak jalan di pagi hari atau pun sore hari, si Rara selalu menolak. Bisa nya selalu malam atau pun dini hari.

Malam itu, gue baru selesai jalan sama si Rara. Sebelum dia masuk kedalam rumah.

"Oh ya, Ra. Jangan masuk dulu, gue mau bicara sesuatu,"

"Ya sudah bicara aja, Ka?''

"Kita kan sudah berteman lama, loe mau gak jadi pacar gue?"

"Iya, gue mau,"

"Loe serius, mau jadi pacar gue, Ra?"

"Iya, gue serius!" Dia pun langsung menutup pintu rumahnya. Malam itu gue benar-benar senang. Tapi, karena gue terlalu lelah, gue mutusin duduk sejenak di bangku teras rumah dan tapa sadar, gue pun ketiduran.

Keesokan paginya.

Di saat gue membuka mata, gue benar-benar kaget, ternyata gue tertidur di teras rumah kosong yang terbengkalai.

"Kok, gue disini?" Tanya gue heran. Gue masih kayak orang linglung.

"Perasaan, gue ketiduran di rumahnya si Rara. Kenapa gue tidur rumah kosong terbengkalai gini. Jangan-jangan, selama ini yang sering gue ajak jalan itu setan. Pantas aja, tiap gue ajakin jalan di pagi hari atau pun sore hari dia selalu nolak,"

Gue pun langsung pergi ninggalin rumah kosong yang terbengkalai itu dan besoknya, gue sakit selama seminggu.

Dan untuk yang ke-15 kalinya gue di tolak.

Waktu itu, gue kenalan sama seorang wanita lewat sosial media, namanya Rahma. Selama tiga bulan, gue hanya berkomunikasi lewat sosial media aja. Meskipun hanya lewat sosial media, hati gak bisa di bohongi. Gue sudah jatuh cinta hanya melihat fotonya aja. Karena, fotonya cantik.

Malam itu pukul 00.00 wib, gue mendapat chat WA dari si Rahma.

"Ka, malam ini kita ketemuan yu?"

"Sekarang sudah malam, Ma,"

"Gak, apa-apa, Ka. Gue mau banget ketemuan sama loe,"

"Gimana ya, Ma. Sekarang sudah terlalu malam,"

"Ayolah, Ka." Dengan terpaksa malam itu gue pun janjian dengannya di suatu jalan. Sesampai di jalan yang di maksud, ternyata jalan itu sangat sepi.

"Sepi banget, kalau ada begal, ngeri juga," Ujar hati gue.

Gue pun dengan sabar menunggunya, Setelah lumayan lama menunggu, si Rahma datang seorang diri menggunakan motor Mio.

"Dika, yah?"

"Loe, Rahma ya?" Sumpah, ternyata yang aslinya lebih cantik dari pada yang ada di foto. Malam itu gue pun basa basi di atas motor membicarakan kedekatan yang terjalin selama ini hanya lewat WA.

"Oh ya, Ma. Seandainya malam ini gue nembak loe, loe mau gak jadi pacar gue?"

"Iya, Ka. Gue mau?"

"Loe serius mau?"

"Iya gue, mau. Gue mau loe serahin hp sama motor loe!" Ucap si Rahma yang langsung mengambil sebuah pisau dari dalam tasnya.

"Maksudnya, apa Ma?""

"Cepat, keluar. Gue sudah dapat mangsa!" Tiba-tiba, ada dua orang keluar dari semak-semak yang langsung merampas handphone dan motor gue. Ternyata, si Rahma salah satu anggota sindikat begal.