Chereads / Jadi Pocong? / Chapter 5 - Razia

Chapter 5 - Razia

Dan untuk yang ke-16 kalinya gue di tolak.

Namanya Tia, gue kenal mungkin baru tiga bulan. Malam itu gue baru selesai pulang dari pasar malam.

Sesampai di rumahnya.

"Malam Minggu besok, kita jalan lagi ya?"

"Iya, Ka?"

"Oh ya, Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Pacar?"

"Iya, Pacar,"

"Gue jawabnya lewat WA aja, ya. Sekarang sudah malam, lagi pula rumah loe kan jauh, Ka. Pasti lelah,"

"Ya sudah, gue balik dulu ya. Jangan lupa mimpi indah," Ucap gue yang langsung pamit pulang.

Sesampainya di rumah, baru gue mau rebahan, datang notifikasi WA dari si Tia.

"Besok-besok gak usah ke rumah gue lagi ya. Oh ya, gue gak mau jadi pacar loe. Soalnya loe pakai motor Supra, gue barusan jadian sama tetangga gue, dia motornya Aerox" Ucap si Tia.

Sial benar nasib gue, gara-gara motor gue di begal sama si Rahma, gue minjam motor Supra kakek gue, beginilah hasilnya.

Dan untuk yang ke-17 kalinya gue di tolak.

Gue sudah berkorban banyak, pikiran maupun materi. Namanya Adel, gue baru kenal dia tiga bulan.

Siang itu gue lagi jalan sama dia di salah satu mall.

"Ka, tas nya bagus banget,"

"Ambil aja, ntar gue yang bayar," Gue pun langsung belikan dia tas itu.

"Ka, bajunya bagus banget."

"Ambil aja, ntar gue yang bayar," Gue pun langsung belikan dia baju itu.

"Ka, celana jeans nya bagus banget."

"Ambil aja, ntar gue yang bayar," Gue pun langsung belikan dia celana jeans itu.

"Ka, sepatu nya bagus banget."

"Ambil aja, ntar gue yang bayar," Gue pun langsung belikan dia sepatu itu.

"Ka, skincare goddesskinnya lagi promo."

"Ambil aja, ntar gue yang bayar." Gue pun langsung belikan dia skincare itu.

"Ka, iPhone 15 nya bagus banget."

"Ambil aja, ntar Loe yang bayar, masa gue yang bayar, yang benar aja, rugi dong,"

"Yah!" Ujar Adel kecewa. Setelah banyak yang di beli, gue pun langsung membayar semua pesanan itu. Total semua pesanan sampai 3 juta dan gue bingung, seminggu ke depan gue makan apa.

Sesampai di parkiran mall.

"Oh ya, Del. Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Ambil motor aja dulu, Ka."

"Ya sudah, tunggu bentar ya," Gue pun langsung menuju parkiran. Setelah motor gue ambil.

"Si Adel, kemana ya?" Gue benar-benar bingung, sudah gue cari kemana-mana, tetap aja si Adel gak ada. Tiba-tiba, ada notifikasi WA dari handphone gue.

"Ka, makasih ya sudah traktir gue. Gue gak bisa jadi pacar, loe. Besok gue mau nikah."

Ternyata, gue cuma di manfaatin, benar-benar perih. Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakhir.

Dan untuk yang ke-18 kalinya gue di tolak.

Wanita yang lagi dekat sama gue, namanya Linda, baru tiga bulan gue kenal dia.

Siang itu gue lagi makan di saung Sunda sama dia.

"Gimana, Lin. Enak kan' makanan di sini?"

"Iya, Ka. Ternyata enak, loe pintar banget kalau nyari tempat makanan yang enak-enak,"

"Kan, hobi gue makan, Lin. Hehe. Oh ya Lin, Loe mau gak jadi pacar gue. Jujur dalam tiga bulan terakhir ini, loe bikin hati gue nyaman,"

"Gimana ya, Ka?" Sebelum gue dapat jawabannya, ada seseorang yang nelepon si Linda.

"Gue tinggal dulu ya, bentar," Dia pun menjauh untuk mengangkat telepon itu. Gak lama menunggu.

"Siapa yang nelepon, Lin?"

"Bukan siapa-siapa, kok. Oh ya, antar gue yu, Ka?"

"Kemana, Lin?"

"Nanti aja gue kasih tahu,"

"Loe belum jawab pertanyaan gue."

"Iya, nanti gue jawab, kalau sudah sampai di lokasi," Gue pun langsung mengantarnya ke lokasi yang dia mau. Sesampainya di sana,  ternyata itu KUA.

"Loe mau ngapain ke sini, Lin?"

"Makasih ya, Ka. Gue belum bisa jdi pacar loe. Sekarang gue mau nikah siri sama bos gue," Dia pun langsung pergi ninggalin gue gitu aja. Sungguh membagongkan.

Dan untuk yang ke-19 kalinya gue di tolak.

Mungkin bukan ditolak. Tapi, gue kurang hoki aja. Siang itu, gue lagi di kantin kampus sama si Bayu.

"Gimana yu, enak pacaran sama si April?"

"Gue sudah putus, Ka,"

"Lah, kenapa loe putusin?"

"Gue yang di putusin, katanya gue bau ketek,"

"Mangkanya kalau kemana-mana itu pakai deodoran,"  Di saat gue sedang asyik berbincang-bincang, wanita yang gue taksir sedang berada di kantin juga. Namanya Tata. Kurang lebih baru tiga bulan gue kenal dia.

"Yu, kira-kira kalau gue nembak si Tata, gue di terima gak, ya?"

"Ya, coba aja, Ka!"

"Gak, ah. Gue malu, soalnya gue kenalnya belum lama,"

"Jadi cowok lemah banget loe. Ikut gue,"

"Mau kemana, yu?"

"Ikut aja!" Gue di ajak si bayu nyamperin si Tata. Sesampainya di sana, gue dan si Bayu pun duduk di bangku kosong yang berada tepat di mejanya.

"Hai, Ta!"

"Siapa ya?"

"Gue Bayu, temannya si Dika,"

"Oh, teman loe, Ka,"

"Iya, Ta. Dia teman gue,"

"Oh ya, Ta. Si Dika pingin nembak loe.Tapi, dia malu. Kira-kira, loe mau gak jadi pacarnya si Dika?"

"Gak, ah. Dia lemah, masa nembak aja harus di wakilkan. Mending gue jadi pacar loe aja. Loe pemberani," Akhirnya si Tata pun pergi sama si Bayu ninggalin gue.

"Sorry, Ka. Rejeki anak Soleh!"

Lagi-lagi si bayu yang hoki Mulu. Gue kapan hokinya.

Dan untuk yang ke-20 kalinya gue di tolak.

Namanya Sasa, gue baru kenal dia seumur jagung, kira-kira tiga bulan.

Siang itu gue lagi di jalan sehabis nonton bioskop. Dalam perjalanan pulang, motor yang gue bawa dalam keadaan otomatis, soalnya pikiran gue lagi kemana-mana.

"Sa, loe mau gak jadi pacar gue?"

"Gue gak denger!"

"Loe mau gak, jadi pacar gue?" Teriak gue.

"Iya, gue mau," Jawab Sasa. Sumpah, gue senang banget, akhirnya ada yang mau nerima cinta gue. Baru kali ini gue nembak sambil bawa motor. Namun, tanpa gue duga, jalan yang gue lalui satu-satunya ada operasi zebra besar besaran. Alhasil, gue pun di stop sama pak polisi, karena si Sasa gak pakai helm.

"SIM sama STNK nya mana?" Tanya pak polisi, untungnya gue bawa SIM sama STNK.

"Kenapa dia gak pakai helm?"

"Saya buru-buru Pak,"

"Kalau kemana-mana itu harus safety. Oh ya. Kamu pacarnya?" Tanya pak polisi ke si Sasa.

"Bukan pak, saya cuma teman," Mendengar pernyataan si Sasa gue syok banget.

"Bukannya barusan kita jadian, Sa?"

"Jadian, kapan?"

"Tadi, kan di motor gue nanya, loe mau gak jadi pacar gue, terus loe bilang mau."

"Oh itu, yang gue dengar, loe ngajakin makan, ya gue mau," Seketika itu juga ada pengendara motor ninja R menghampiri si Sasa.

"Loe ngapain disini, Sa?" Tanya pengendara motor Ninja R.

"Kalau dia, beneran pacar saya pak polisi," Si Sasa pun langsung naik ke motor ninja R itu dan pergi gitu aja.

"Pak mau jadi pacar saya gak?"

"Stres!"

Dan untuk yang ke-21 kalinya gue di tolak.

Namanya Bella, gue kenal kemungkinan baru jalan tiga bulan.

Waktu itu gue  lagi  main ke alun-alun kota Bogor sama dia.

"Tempat nya indah banget, Bell,"

"Iya, Ka,"

"Tapi, tempat ini gak kalah indah sama kecantikan loe, Bell,"

"Dasar gombal,"

"Gue serius. Oh ya, Bell loe mau gak jadi pacar gue?"

"Pacar?"

"Iya, pacar!"

"Jawabannya nanti aja ya, di rumah. Kita pulang yu, sudah sore," Oh ya, motor yang gue pakai ini motornya si Bella. Soalnya, motor gue lenyap di bawa Kabur sama si Rahma.

Setelah satu jam perjalanan pulang, saat melewati persimpangan jalan. Lagi-lagi dari kejauhan gue melihat ada operasi zebra. Gue pun menepi sejenak di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti, Ka?"

"Didepan ada razia, Bell,"

"Memang kenapa?"

"Loe kan gak pakai helm, Bell. STNK juga gak di bawa, yang ada kena tilang,"

"Terus gimana?"

"Loe bawa motor sendiri ya, gue jalan kaki. Nanti loe tunggu gue kalau sudah ngelewatin polisi itu,"

"Gue gak bisa bawa motor, Ka,"

"Ya sudah, loe naik angkot, ya,"

"Gue gak mau,"

"Di sini gak ada jalan tikus, Bell,"

"Terserah, intinya gue gak mau naik angkot,"

"Naik kereta aja, ya. Kebetulan stasiun dari sini cuma 5 menit, kalau di paksain yang ada nanti motor loe di sita sama pak polisi,"

"Ya sudah deh, mau gimana lagi," Si Bella pun terpaksa pulang dengan naik kereta. Sedangkan gue melanjutkan perjalanan dan beruntung nya gue gak di berhentikan sama pak polisi.

Sesampai gue di rumah si Bella. Ternyata dompet si Bella ada di dashboard motor.

"Kalau dompet nya di sini, dia bayar ongkosnya pakai apa?" Tanya hati gue.

"Kok, sendirian, Ka. Bella nya, kemana?"

"Bella naik kereta, Bu. Ceritanya panjang." gue langsung inisiatif neleponnya. Tapi, handphone nya gak aktif sama sekali.

Setelah menunggu kurang lebih 5 jam, si Bella pun sampai di rumahnya dan seluruh badannya sudah basah di penuhi dengan keringat.

"Gue gak mau jadi pacar loe!" Gue langsung di gambar dan Dia langsung masuk kedalam rumah dan  menutup pintu rumahnya dengan sekeras mungkin. Tuhan, dimana jodoh ku berada.