Pada sunyinya malam, cahaya bulanlah yang menerangi penginapan tua itu. Di dalam penginapan tua itu, masih ada satu kamar dengan cahaya lampu yang menyala terang. Di dalam kamar itu, ada Wise yang sedang duduk di kursi dan berteleponan dengan Kuroto.
"Bagaimana kau bisa sangat yakin bahwa itu adalah orang yang sama?" tanya Wise.
"Aku melihat langsung kartu-kartu aneh yang keluar dari junoi dari misi terakhirku. Energi LYNK dari kartu itu sangat mirip dengan energi LYNK yang kita temukan pada 'waktu itu'," jawab Kuroto di dalam telepon.
"Kita masih belum mengetahui orang di balik kartu itu," ujar Wise.
"Ya, aku sudah membicakan ini dengan Gren, Haruki, dan Pak Baloyskie," ujar Kuroto.
"Hmm kita bakal repot akhir-akhir ini. Jika sudah tidak ada yang dibahas lagi, aku tutup telepon-nya. Semoga misimu sukses," ujar Wise.
"Ya kau juga. Hmm~ roti bakar di tempatku menjalankan misi enak juga. Mau kubawakan?" tanya Kuroto.
"Tidak usah," jawab Wise langsung menutup telepon.
***
Keesokan paginya, Zaka bangun menguap dan meregangkan badan. Zaka menoleh ke arah kasur Aruta dan melihat Aruta yang gemetaran di kasur.
"Kau kenapa?" tanya Zaka.
"Kita harus pulang. Tempat ini akan membunuh kita," jawab Aruta gemetaran.
"Kau habis mabuk apa gimana?" tanya Zaka. "Kita kan memang sudah tugasnya berurusan dengan hal seperti itu," ujar Zaka.
"Oh, iya juga ya," ujar Aruta mulai lebih tenang.
"Haduh. Daripada kamu ngelindur terus, ayo siap-siap sambil menunggu sarapan datang," ujar Zaka.
"Baiklah," jawab Aruta.
Tidak lama kemudian, ada seseorang mengetuk pintu kamar. Aruta membuka pintu dan melihat Wise.
"Ah Pak Wise, selamat pagi. Ada apa ke kamar kami?" tanya Aruta.
"Pagi. Selesai sarapan kita berkumpul di depan penginapan," ujar Wise.
"Baik pak," ujar Aruta dan Zaka.
***
Setelah sarapan, Aruta dan Zaka mengenakan pin penyihir juntoshi mereka dan langsung menuju depan penginapan. Di depan penginapan, sudah ada Wise yang menunggu. Zaka langsung membuka bungkus lolipop dan memasukkannya ke mulut. Tidak lama kemudian, Raven juga datang bergabung dengan mereka. Tiba-tiba, mata Aruta terfokus dengan pemandangan suatu kota dari jauh. Aruta dapat melihat pemandangan kota itu dari penginapan. Kota itu tampak tua dan tak terawat.
"Apa itu Kota Vector?" tanya Aruta menunjuk kota itu.
"Hmm?" Wise menoleh ke arah yang ditunjuk Aruta. "Benar, kota itu adalah Kota Vector," jawab Wise.
"Aku sudah dengar tentang tragedi brutal di kota itu. Tapi aku masih bingung tentang apa yang terjadi," ujar Aruta.
"Hmm aku juga cukup penasaran. Aku pernah dengar Pak Wise sempat datang ke Kota itu ketika terjadi insiden bersama Pak Kuroto dan yang lain," ujar Zaka.
Raven ada di sebelah Zaka dengan matanya yang terpejam dan sedikit tertidur.
"Kalian begitu penasaran ya. Tapi maaf, sepertinya Pak Wise tidak bisa terlalu memuaskan rasa penasaran kalian. Insiden di kota itu pada saat itu adalah insiden yang aneh, sangat aneh jika bapak bilang," ujar Wise.
"Sangat aneh?" tanya Zaka.
"Ketika para polisi, Bapak, dan yang lain datang, Pemandangan kota itu hanya berisi dengan mayat-mayat yang bergeletakan di mana-mana. Fisik dari mayat itu juga dipenuhi dengan luka kekerasan eksternal. Sudah ada beberapa kemungkinan yang diambil entah itu pembantaian, atau yang lain. Berbagai penyelidikan dilakukan namun hasilnya nihil. Tidak ada saksi hidup dari insiden itu yang bisa jadikan sumber informasi," jelas Wise.
"Tapi untuk sekarang, ayo kita fokus dengan misi kali ini," ujar Wise.
"Pak Wise! Saya dan Zaka menemukan beberapa informasi kemarin!" ujar Aruta.
"Katakan," suruh Wise.
Aruta dan Zaka pun menceritakan apa yang dikatakan nenek penjual bolu kemarin.
"Pasar pinggiran desa ya. Hmm baiklah. Ayo kita menuju pasar itu," perintah Wise.
***
Setiba di pasar pinggiran desa, Wise, Aruta, Zaka, dan Raven mulai berjalan berkeliling pasar. Tidak lama kemudian, mereka menemui pertigaan besar di pasar itu.
"Pasar ini cukup besar. Ayo kita berpencar. Bapak akan belok kiri, kalian ambil jalan kanan," perintah Wise.
"Baik pak," jawab Aruta bersemangat, Zaka biasa saja, dan Raven yang tidak menjawab sama sekali.
Aruta, Zaka, dan Raven terus berjalan mengikuti jalan pasar. Tiba-tiba mata Aruta tertuju dengan seorang penjual yang menggunakan kostum penyihir. Aruta tanpa pikir panjang pun langsung menghampiri kios orang itu. Zaka dan Raven tidak menahan Aruta dan hanya mengikutinya.
"Hoho! Ayo uji keberuntunganmu di bola ajaib! Jika ada orang yang mendapat bola emas, selamat kalian akan mendapatkan satu konsol keluaran terbaru yang hanya berjumlah seratus di seluruh dunia! Jangan kelewatan, hanya membayar sangat sedikit kalian bisa langsung membawa pulang konsol ini jika beruntung. Namun jika kalian mendapat bola hitam, sayang sekali kalian tidak mendapat apa-apa," teriak "penyihir" yang menjaga kios itu.
"W-W-W-W-W-WOAH!! konsol keluaran terbaru yang hanya ada seratus di dunia itu! Aku mau coba!" ujar Aruta kepada "penyihir" itu dengan penuh semangat.
"Hoho silahkan anak muda! Biarkan energi sihir keberuntungan mengalir di darahmu!" ujar "penyihir" itu.
"Hmm! Hmm!! Aku mau tes kegacoranku!" ujar Aruta bersemangat.
Beberapa saat itu Aruta sudah mencoba sebanyak 50 kali namun tidak mendapatkan bola emas. Tidak hanya itu, Aruta terus mendapat bola hitam dan tidak mendapatkan bola lain yang masih berhadiah. Aruta pun tidak mendapatkan apa-apa.
"SIALAN!!" Teriak Aruta.
"Ada yang rungkad nih," ujar Raven yang membuka matanya sebentar sebelum akhirnya tidur lagi.
"Ohoho sepertinya kamu kurang beruntung hari ini. Semoga kau lebih beruntung di lain waktu," ujar "penyihir" itu. "Aku memang tidak menaruh bola emas sama sekali. Tapi aku masih menaruh bola-bola lain yang berhadiah. Habis kualat atau gimana dia? Ya semoga saja dia bisa sedikit beruntung di lain waktu," gumam "penyihir" itu.
"Sepertinya orang yang berpura pura menjadi penyihir berhasil 'menyihir' penyihir asli," gumam Zaka sembari menjilati es krim miliknya. "Apa kau sudah selesai? Lama sekali. Sampai bisa kutinggal beli es krim loh," ujar Zaka kepada Aruta.
Zaka, Raven, dan Aruta pun berjalan pergi dari kios itu. Zaka membawa Aruta yang masih merengek menuju tempat duduk yang ada di pasar itu.
"Aku bangkrut~," rengek Aruta.
Tidak lama kemudian, Raven yang ada di sebelah Zaka tiba-tiba terbangun. Matanya terbuka dan menoleh ke kanan dan kiri.
"Oh uh. *Oahhh* aku mengantuk sekali," ujar Raven mulai memejamkan matanya lagi. Namun tiba-tiba, mata Raven terfokus kepada seseorang berjubah coklat yang sedang berkeliling di area itu. Tidak lama kemudian, angin berhembus dan memperlihatkan lambang aneh di sabuk belakang orang itu. Raven langsung menarik-narik lengan baju Zaka. Zaka menoleh ke arah Raven dan melihat Raven yang menunjuk sesuatu. Zaka pun melihat orang yang Raven lihat tadi.
"Hey Aruta, lepaskan pin (penyihir juntoshi) milikmu sekarang juga," perintah Zaka kepada Aruta dengan nada yang serius.
"Huh? Ada apa?" tanya Aruta.
"Sepertinya kita akan menemukan sesuatu yang penting," ujar Zaka.