Acara pernikahan Gayatri dengan anak Kepala Desa yang bernama Irawan Pamungkas itu, cukup meriah. Dengan begitu banyak undangan. Diiringi musik keyboard pada siang hari sampai sore. Malam hari berganti dengan group jaipongan. Tidak hanya tamu undangan di kampung Sukajadi saja yang hadir. Warga kampung lain pun, banyak yang diundang. Bahkan ada yang dari luar daerah.
Dari pukul 10.00 pagi setelah selesai akad nikah, sampai menjelang malam tamu undangan tiada henti berdatangan. Maklum, Ayah Irawan yaitu Pak Burhanudin adalah orang yang terpandang dan kaya raya di kampungnya. Ibunya pun seorang perawat di sebuah instalasi kesehatan. Sementara Ayah Gayatri adalah seorang juragan getah karet dan pembuatan batako di kampung tersebut. Ibunya hanyalah seorang dukun beranak.
Gayatri dan Irawan yang bak Raja dan Ratu semalam itu, sampai kewalahan melayani berjabat tangan para tamu undangan. Akan tetapi kedua pasangan pengantin baru tersebut, harus tetap bertahan. Jangan sampai pingsan karena kelelahan. Kedua orang tua mereka pun yang mendampingi terlihat bahagia dengan senyum terus merekah meski kelelahan yang tiada terkira.
Dengan latar belakang adat Sunda dan Jawa tema baju pengantin yang dikenakan pasangan itu serta pelaminan yang di dekorasi begitu indah dan mewah, penuh bunga-bunga. Sang mempelai wanita yang cantik jelita begitu serasi dengan kebaya brokat berwarna kuning keemasan dipadu kain batik bercorak cerah. Rambutnya di sanggul indah dengan hiasan bunga melati. Wajahnya terpancar penuh pesona. Sorot matanya tajam berbinar indah setiap memandang tamu undangan.
Begitu juga dengan mempelai prianya. Irawan adalah pemuda paling tampan di kampung Sukajadi. Selain itu dia anak Pak Kades. Baru menyelesaikan kuliahnya di Bandung. Kini bergelar Sarjana Ekonomi. Malam itu dia semakin tampan dan gagah dengan stelan jas yang berwarna sama dengan istrinya. Memakai kopiah dengan warna yang senada.
Kedua mempelai itu kini duduk santai di pelaminan dengan memandang ke arah panggung yang sedang digelar acara tari jaipongan. Sang penari jaipong begitu lincah di atas panggung, memancing banyak para tamu undangan untuk menyawer. Khususnya Bapak-bapak. Gayatri tampak tersenyum dikulum menyaksikan sinden penari jaipong itu. Hatinya seperti ingin turut menari juga. Apalagi musiknya terdengar enak di telinga dengan gendang yang bertalu-talu.
Tapi pandangannya terusik oleh kehadiran seorang pria yang mendekati Gayatri. Dan ia kenal pemuda itu. Dia adalah Kang Asep, mantan pacarnya waktu sekolah. Pemuda yang bernama Asep tersebut menyalami tangan putih Gayatri lalu menciumnya pelan dengan penuh perasaan. Kontan Irawan mendelik. Begitu pun halnya dengan orang tua masing-masing yang duduk di samping kanan kiri mempelai, terkejut dengan kemunculan Asep yang hanya seorang anak dari Ibunya yang mantan Sinden.
Tapi Irawan sadar, toh dia telah merebut Gayatri dari tangan Asep. Maka dibiarkan saja walaupun hatinya panas membara, terlihat dari dadanya yang naik turun tak beraturan.
Gayatri terharu. Hatinya menjadi tidak karuan, dia tidak menyangka bila Kang Asep Dhani Saputra itu akan datang ke pesta pernikahannya. Matanya mulai berkaca-kaca, teringat kenangan bersama dia dan juga perseteruannya dengan Irawan yang kini resmi' menjadi suaminya. Bagaimana waktu itu kedua pemuda tampan tersebut berkelahi memperebutkan Gayatri yang sebagai kembang desa.
"Selamat menempuh hidup baru ya, Neng. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Warahmah," ucapnya sendu.
"Iya, Kang terima kasih banyak sudah mau datang ke pesta Neng dan Kang Irawan." Gayatri tersenyum manis, walau dari sudut matanya tersirat kesedihan yang mendalam. Mereka cukup lama saling berjabat tangan, dengan pandangan terus beradu.
'"Ehem!" Irawan mendehem agar keduanya tidak berlarut. Gayatri buru-buru melepaskan tangannya.
Asep mendesah dalam. Kemudian menyalami mempelai pria, tapi tiada terduga Asep memeluk Irawan.
"Selamat menjadi suaminya, ya? Kau memang pantas jadi pemenangnya. Aku titipkan dia kepadamu. Jangan coba sakiti dan sia-sia kan dia." Asep berbisik dekat telinga Irawan. Saat mulut Irawan ingin berucap, Asep menepuk-nepuk punggungnya lalu bergegas menyalami kedua orang tua Irawan. Setelah itu dia menghilang di tengah keramaian warga yang menonton Jaipongan.
*******
Acara pesta belum selesai, namun kedua mempelai memutuskan untuk beristirahat di kamar pengantin. Waktu pun sudah hampir tengah malam. Dalam kamar yang disulap bak kamar kerajaan, kedua pasangan pengantin baru itu justru bertengkar. Gara-gara kedatangan Asep yang tak diundang itu.
"Kenapa kau mengundang dia, hah!? Sudah tahu aku membencinya. Dasar perempuan gatel!" Bentak Irawan membuat hati Gayatri menjadi sakit dan sedih.
"Sumpah, Kang! Aku tidak mengundang dia." Gayatri mencoba meyakinkan.
"Alah! Dasar Sundel! Kalau enggak diundang mengapa berani sekali dia datang ke pestaku!? Sudah berani bohong, kau!"
Plakk
Di tamparnya pipi Gayatri dengan penuh emosi. Irawan jadi murka bila ingat ucapan Asep di atas pelaminan tadi. Sok perhatian segala. Gayatri pun tidak menyangka jika mendapatkan tamparan di malam pertama pernikahannya. Ia cuma menangis meratapi diri sambil memegang pipi yang ditampar tadi.
"Berarti kau masih mencintai dia, ya?" tanya suaminya berapi-api. Gayatri tersedu di bibir ranjang pengantin.
"E-eng-gak, Kang," katanya lirih sambil sesenggukan. Dia tidak menyangka lelaki yang kini menjadi suaminya baru berapa jam saja sudah berubah. Apa dia tidak ingat kemarin, mati-matian memperebutkan cintanya. Tapi sekarang malah diperlakukan kasar.
Irawan menatap tajam pada Gayatri, ingin rasanya mengajar jika tidak ingat ini malam pengantin. Akhirnya dia keluar dari kamar untuk menenangkan hati. Gayatri menangis semakin kencang dengan membenamkan wajahnya ke bantal.
Dini hari, saat bubar acara Irawan masuk kembali dengan sempoyongan. Rupanya di luar tadi ia ikut nimbrung bersama teman-temannya untuk menikmati minuman arak. Kini dia dalam keadaan setengah mabuk. Mendekati Gayatri yang tengah tidur membelakangi.
Dengan kasar ia membalikkan tubuh molek itu agar menghadapnya. Gayatri membuka mata lebar, ia terkejut dengan kemunculan suaminya yang begitu agresif. Irawan dengan penuh nafsu mencumbui isterinya. Sungguh tidak ada kelembutan sama sekali. Ingin rasanya wanita itu berteriak, namun sadar kembali ini malam pertamanya.
Sedikit memperkosa Gayatri dengan melepas baju pengantin yang dikenakan secara paksa. Begitupun kainnya sampai ada yang sobek, kini tubuh istrinya terbuka bebas. Tentu wanita itu ketakutan tapi terpaksa harus melayani suaminya yang mabuk. Irawan pun melepas satu persatu pakaiannya. Setelah itu ia menerkam tubuh Gayatri. Ketika keduanya tengah memadu cinta karena terpaksa, tanpa di duga saat ingin menyelami lebih dalam tubuh istrinya, Irawan menjerit sekencangnya dengan memegangi alat vitalnya.
"Aaarrgghh!"
Jeritan Irawan tidak hanya mengejutkan Gayatri akan tetapi orang-orang yang berada di luar kamar.
****