Jantung berdebar tak nyaman, pikiran hanya berpusat pada satu orang sejak beberapa hari. Tapi hari ini perasaan itu jauh lebih kuat.
Khawatir kalau alpha yang merupakan sosok paling kuat di pack mereka itu tak akan bisa bertahan melawan kelaparan dan kelelahan yang teramat sangat.
Ia juga khawatir kalau alpha akan terlalu khusyuk berdoa sampai lupa untuk makan dan minum. Melalaikan kesehatannya sendiri demi seluruh kawanan pack.
Angin yang semula semilir dan terasa panas membelai rambutnya hingga berkibar. Tapi itu tak bertahan lama, karena secara tiba-tiba angin berubah menjadi lebih kencang.
"Lindungi yang sakit!"
"Perhatikan pohon besar!"
Suara lantang dari seorang beta terdengar sampai ke penjuru kawasan dan semua prajurit yang mendengarnya bergerak dengan tangkas.
Meskipun sedang merasakan kelaparan, insting serigala mereka masih begitu tanggap. Beberapa segera mengambil kain besar untuk dibentangkan di atas para pasien, hal itu agar dedaunan maupun debu tidak jatuh ke arah tubuh mereka.
"Beta! Lihat itu!"
Seorang lelaki berambut panjang lurus terurai menunjuk ke satu arah. Bukan hanya beta saja yang melihat ke arah tersebut, tapi semua orang yang mendengar ucapannya.
Tepat dari arah hutan terdengar suara gemuruh dan langit yang mulai menghitam, semakin lama terdengar semakin dekat.
Bau tanah menguar di udara, tanah basah.
Air mata tak terasa sudah membasahi pipi, "Anda sudah berhasil, alpha"
Tanpa menunggu perintah, semua orang yang menyadari kalau suara itu adalah pertanda akan datangnya hujan segera membawa para pasien ke dalam rumah.
Menampung mereka ke rumah siapapun yang terbuka saat ini, tak memperdulikan lagi jika mereka merupakan anggota keluarga atau bukan.
Untuk saat ini yang terpenting adalah melindungi mereka dari hujan yang mungkin akan datang ke pemukin mereka dalam hitungan detik.
Beta masih berdiri di tempatnya, melihat ke arah hujan yang perlahan makin mendekat. Ia menanti itu dan ingin menyambutnya dengan senyum kehangatan dan rasa syukur yang teramat sangat.
"Terimakasih dewi, kau telah mendengar kami," Beta melebarkan kedua lengannya dan merasakan tetesan air hujan mulai membasahi tubuhnya.
"Wah!! Hujan!"
Suara yang ramai terdengar dari sebelah kirinya, tepat di tempat dimana tadi berbaring para pasien dari balai kesehatan yang membeludak.
Disana, saat ini ada banyak sekali anak-anak dan bahkan orang dewasa yang ikut merasakan hujan, berlompatan bahkan berlarian.
Satu hal yang sama dari semua orang yang ada disana, senyum dan tawa. Kebahagiaan yang tak terbendung dan rasa syukur yang tak ada habisnya.
Beberapa prajurit mendekat ke arah beta yang masih memandangi anak kecil yang sedang bermain di bawah hujan.
"Alpha.. bukankah ini berkat alpha?"
"Bukankah ini tanda yang dimaksud?"
"Jadi kita sudah boleh menjemputnya, kan?"
Suara dari para prajurit itu membuat hati beta menghangat. Ternyata memang bukan hanya dia saja yang sejak awal merasa khawatir pada alpha.
"Sekarang kita bisa bersiap untuk mencari alpha, kita harus membawanya pulang"
"Siap!"
Hanya dalam sekejap, semua prajurit yang tadi ada di hadapannya berubah menjadi serigala. Beta yang masih belum berubah menitipkan pesan pada beberapa prajurit yang ada di belakang mereka.
"Untuk kalian, tetaplah berada disini dan jaga pemukiman selama kami pergi. Rawat yang sakit sebisa kalian dan tampung air hujan di wadah yang kalian temui"
"Siap!"
Begitu selesai mengucapkan itu, beta beserta yang lainnya langsung masuk ke dalam hutan. Penciuman mereka yang tajam pastinya akan membantu selama pencarian.
Beta sebenarnya pernah pergi ke gua itu sekali dulu, itupun alpha yang membawanya karena ingin memperlihatkan tempat yang pernah menjadi favoritnya.
Semoga ingatannya tak luntur karena sudah menjadi tua, ia juga berharap agar alpha tidak pergi ke tempat lain selain ke gua yang di maksud.
Langkah mereka sedikit melambat karena terkejut, ada penampakan yang jelas berbeda dari yang terakhir ketika melewati tempat yang sama.
Tanah yang ditutupi rerumputan tipis, hingga warnanya tak lagi cokelat melainkan hijau rata. Bahkan dedaunan dari pohon yang ada di sekitarnya sudah tidak menguning lagi, semuanya menjadi hijau segar.
Ada juga beberapa bunga kecil yang tumbuh di sela tanaman liar dan jamur di antara bebatuan. Hujan masih turun dan membuat tanah mengeluarkan aromanya.
Beta bersyukur setidaknya bau jejak dari alphanya masih samar tercium berada disana, mengarahkan mereka ke tempat gua itu berada.
"Alpha berada di dalam sini"
Pintu gua yang masih terlihat terang menunjukkan beberapa bagian tanah yang membentuk sebuah jalan yang jelas ke bagian dalam yang gelap.
"Setengah dari kalian berjaga di luar gua dan sisanya ikut denganku masuk"
Masih dengan tampilan serigalanya, mereka masuk ke dalam gua yang gelap, mata juga sudah mulai menyesuaikan dengan cahaya yang mulai pudar.
Tapi lagi-lagi gerakan mereka terhenti sebentar, karena dari balik bebatuan dan stalagtit muncul kunang-kunang.
Dan berkat barnyaknya kunang-kunang itulah jalan menjadi lebih mudah, keindahan yang ada di dalam gua juga makin terlihat.
"Astaga! Apa kita memang masih ada di sisi bumi yang sama?"
Komentar dari salah satu prajuritnya membuat yang lain mengangguk, belum mampu menjawab karena terlalu fokus menikmati pemandangan di depan mereka.
Sedangkan beta mencoba fokus dengan bau alpha yang semakin tajam, menandakan kalau alpha berada tak jauh darinya.
Bagian dalam gua yang seharusnya gelap justru terlihat begitu terang karena berkas cahaya yang masuk dari langit-langit gua yang terbuka.
Dan tepat lurus dari cahaya yang masuk itu ada seseorang yang berbaring di bawahnya. Tidur terlentang dengan kaki yang berada di bagian sungai dan mata yang terpejam.
"Alpha!"
Suara lantang dari beta itu menggema di dalam gua, membuat semua pasukan yang tadi ada bersamanya dan sibuk mengagumi pemandangan gua yang indah kini mengalihkan pandangannya.
"Alpha!!"
Semuanya kini memanggil sang alpha yang tak bergerak meski sudah dipanggil dengan nada tinggi dan oleh banyak orang sekaligus.
Langkah kaki lebih cepat daripada proses di otak, semuanya kini sudah berjalan cepat mendekati alpha yang masih berbaring.
Tak bisa lari karena lumut membuatnya licin hingga rawan terjatuh. Beberapa bahkan sampai terbentur stalagtit karena asal berlari di tempat yang lumayan gelap.
Beta yang sampai lebih dulu kini duduk berlutut di samping alpha yang setelah di dekati tampak seperti sedang tertidur lelap.
Dadanya yang naik turun menandakan bahwa ia masih bernafas, hal itu tentu membuat rasa tegang di pundak mereka jadi menghilang dan berganti dengan kelegaan yang luar biasa.
"Syukurlah, sepertinya alpha baik-baik saja"
"Apa kita harus membangunkannya atau menunggunya terbangun?"
Dua kalimat itu tak terdengar sama sekali di telinga beta, matanya begitu terfokus pada kalung yang saat ini bertengger di leher alphanya.
*****
Bersambung