Para prajurit yang tadi bertanya dan tak juga mendapatkan jawaban dari beta kini saling pandang. Tatapan mereka tertuju pada seorang prajurit yang duduk paling dekat dengan alpha.
Posisi mereka saat ini semuanya duduk bersimpuh mengelilingi alpha, tapi tentu saja tak ada yang duduk di bagian sungai.
Prajurit terdekat dengan alpha itu merasakan sebuah dorongan pelan dari arah kirinya, hal itu membuatnya mau tak mau menoleh ke arah tersebut.
"Ssttt! Coba kau senggol beta, dia sepertinya sedang melamun," bisikan itu membuat prajurit tersebut pun segera melihat ke arah beta.
Rasa ragu masih dirasakan, khawatir juga kalau nanti dianggap tidak sopan pada seseorang yang memiliki pangkat lebih tinggi darinya.
Prajurit itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Beta untuk mengajaknya berbicara. "Beta, apa sebaiknya kita bangunkan alpha?"
Untung saja tak perlu memanggilnya lebih dari sekali ataupun dengan suara yang lebih tinggi, beta sudah tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah prajurit yang mengajaknya berbicara tadi.
"Sebaiknya kita tunggu saja sebentar sampai alpha bangun. Sebelum itu, aku ingin kalian menyebar dan telusuri gua. Jika kalian menemukan seseorang yang mencurigakan, bawa kemari"
Semua prajurit yang mendengar perintah itu semula heran, sebab sejak awal mereka tak melihat adanya wujud satu orang pun di dalam gua yang gelap tersebut.
Tapi karena tak ingin membantah perintah dari Beta, yang notabene memiliki kekuasaan tertinggi setelah alpha, maka meereka memilih untuk menurut.
Dengan cepat semuanya berdiri dan mulai berpencar, meninggalkan Beta bersama dengan Alpha. Menunggunya yang sedang tertidur pulas sambil memperhatikan lagi kalung yang bertengger di leher pemimpinnya tersebut.
Tak berapa lama para prajurit yang tadi berpencar sudah kembali, mereka melaporkan hal yang sama bahwa tak ada satupun orang yang terlihat ataupun mereka temukan di dalam gua itu.
Bahkan mereka juga tak menemukan adanya jejak kaki maupun bau selain dari kelompok mereka yang baru saja masuk ini.
"Lalu siapa?"
Gumaman dari Beta cukup terdengar oleh para prajurit yang dasarnya memiliki pendengaran yang tajam.
Dan karena itulah mereka juga menyadari kalau ada suatu benda asing yang mereka tak pernah tau ada sebelumnya di tubuh alpha sejak sebelum ia berangkat.
"Kalung itu… sepertinya bukan milik alpha. Aku belum pernah melihatnya memakai itu sebelumnya"
Ucapan dari seorang prajurit itu diangguki oleh semua prajurit yang ada di sekitarnya, begitu juga dengan Beta yang mendengarkan denga seksama.
"Kita akan bisa mendapatkan jawabannya setelah alpha terbangun nantinya"
Jawaban logis itu membuat semua prajurit akhirnya duduk lagi seperti sebelumnya, melingkari alpha. Berharap agar alpha segera terbangun dan rasa penasaran itu segera terjawab.
Begitu seksama dan sabarnya mereka menunggu, sampai kedutan di kelopak mata alpha pun mereka menyadarinya. Hingga saat alpha akhirnya membuka mata, semua tatapan tertuju padanya.
Ada rasa terkejut tentunya menyadari bahwa ia tak sendirian lagi di tempat ini, beta menjemputnya sesuai dengan waktu yang ia harapkan dan janjikan saat itu. Bibirnya yang kering bergerak untuk terbuka, tapi rasanya sulit karena ia tak memiliki tenaga.
"Sepertinya alpha terlalu kelelahan hingga ia tak bertenaga. Bisa tolong carikan air dari air hujan dan beberapa makanan yang bisa kalian temukan?"
Beta mengatakan hal itu sambil menatap para prajurit yang dia mintai tolong dan mereka tentu saja langsung memahami hal itu, hingga segera berdiri dan berpencar.
"Hujan?"
Dari tempatnya berbaring, alpha bisa melihat rintik air hujan yang turun dan masuk ke dalam gua melalui celah di langit-langit yang tadinya merupakan jalan masuk dari cahaya matahari.
"Alpha... kau berhasil"
Beta tak bisa menghentikan air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk matanya. Ia sama sekali tak mengira kalau orang yang begitu ia hormati ini akan bisa melakukan hal yang paling mustahil.
Seorang prajurit yang bertugas untuk mengambil air telah kembali dengan sebuah daun yang telah dilipat dan berisi air hujan. Bukan dari rembesan di langit-langit gua, tapi yang turun dari langit langsung. Itu sebabnya ia berjalan keluar bersama dengan beberapa prajurit yang tadi bertugas untuk mencari makanan.
Tapi karena tugasnya hanyalah mengambil air, maka ia lah yang duluan kembali. Berjalan dengan lebih berhati-hati agar air yang sudah ia kumpulkan tidak tumpah.
Ngomong-ngomong, dia bukanlah satu-satunya yang mencari air. Itu karena ditakutkan kalau air yang dibawanya nanti tumpah, maka harus ada penggantinya.
Beta yang sedang menunggu pun tidak memintanya untuk bergegas, ia lebih fokus pada alpha. Ia membantunya untuk duduk agar makanan dan minuman tidak menyangkut di tenggorokannya.
Semua prajurit yang tadi berada di luar pun kini sudah kembali dengan membawa beberapa makanan yang bisa mereka temukan di luar gua.
Tak perlu banyak karena hanya untuk satu orang saja, jadi mereka mengambil beberapa buah dan dedaunan yang bisa dimakan saat itu juga.
Terlalu lama jika mereka harus pergi berburu di tempat yang jarang terdapat hewan berukuran besar. Apalagi, hewan memerlukan pengerjaan ekstra seperti menguliti dan memanggangnya.
Semua tanaman yang dibawa sudah dibasahi dengan air hujan sebelumnya, sehingga sudah aman untuk dimakan oleh alpha.
"Makanlah alpha"
Semua prajurit yang membawa makanan duduk di samping beta dan menyodorkan makanannya satu per satu.
Beta lah yang bertugas untuk menyuapi alpha, dan yang pertama kali ia lakukan adalah memberinya minuman lebih dulu agar tenggorokannya tidak kering.
Alpha hanya makan beberapa saja, hanya sebagian kecil dari apa yang tadi sudah dibawakan.
"Kalian makanlah juga, aku sudah kenyang. Aku yakin kalian tadi sudah bergegas pergi kesini tanpa makan lebih dulu. Jadi makanlah juga agar kuat dalam perjalanan pulang nantinya"
Seperti yang diinginkan oleh alpha, beta beserta para prajurit pun makan. Sedangkan sang alpha saat ini sudah duduk berbalik menghadap mereka, tersenyum senang saat melihat para anggotanya bisa makan dengan lahap.
Ia juga berharap agar ke depannya mereka tidak perlu lagi merasakan kesulitan, kelaparaan dan rasa sakit. Hatinya terasa sangat sakit saat ia melihat semua penderitaan itu dan tak ada yang bisa dilakukan olehnya.
"Beta, apakah hujan hanya sampai di depan gua saja?"
Beta yang sudah selesai makan dan minum pun berbalik ke arah alpha, "Tidak, alpha. Hujan sudah sampai ke pemukiman dan semua orang bergembira. Karena itulah kita segera datang kemari sesuai dengan petunjuk darimu. Tapi alpha, kalau boleh tau sebenarnya dari mana kalung yang saat ini sedang kau pakai?"
Bukan langsung menjawabnya, alpha hanya tersenyum saat itu. "Aku menemukannya. Aku berhasil berbicara dengannya dan mendapatkan berkah darinya. Dewi benar-benar mengunjungiku saat itu"
Bukan hanya beta saja yang terdiam, tapi juga semua prajurit yang baru selesai makan disana. Pertanyaan yang sejak tadi ingin mereka tanyakan sudah terjawab dengan singkat dan jelas.
"Dewi? Ia benar-benar ada?"
*****
Bersambung