Chereads / The Existence. / Chapter 7 - Penyambutan

Chapter 7 - Penyambutan

"Apa itu benar? Dewi.. ia benar-benar ada?"

 

Menyadari semua tatapan mata melihat ke arahnya, alpha tersenyum kembali saat membayangkan bagaimana sosok dewi yang ia temui. Atau lebih tepatnya menemuinya karena doanya.

 

"Dia bersinar. Rambutnya yang panjang terurai dan lurus berwarna silver, begitu juga dengan matanya. Gaunnya panjang dan ia tak menapak tanah, ia berdiri tinggi di atas sungai," ucap alpha sambil menunjuk sungai yang ada di belakangnya.

 

Semuanya melihat ke atas sungai dan menyadari dalamnya. Kalau sampai alpha melihatnya tak menapak permukaan air, berarti itu jelas bukan manusia.

 

Alpha mendengus, "Apa kalian tau, dewi bilang kalau ia begitu senang mendengarkanku bercerita dan berdoa. Dewi tersenyum senang saat mengatakannya. Dan aku bersyukur karena sudah melakukan hal ini, keajaiban itu datang"

 

Benar. Keajaiban datang karena ia percaya dan mau mencoba hal yang sebenarnya tidak pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Dan juga meyakinkan diri pada sebuah cerita yang dulu hanya sebatas cerita yang diucapkan dari mulut ke mulut saja.

 

"Bagaimana dengan keadaanmu sekarang, alpha? Apakah sudah merasa jauh lebih baik?"

 

Alpha mencoba untuk menggerakkan pergelangan tangan dan juga jemarinya, juga bahu serta kakinya. Merasakan kalau ia sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, berkat makanan dan juga semangat dari orang-orang yang sudah menjemputnya.

 

Kebahagiaan yang mereka rasakan juga bisa ia rasakan. Dan itu sudah cukup untuk menjadi salah satu sumbu penyemangat lagi baginya. Rasa syukur yang tak ada habisnya membuatnya kembali mengingat tentang dewi yang sudah mengunjunginya sebelumnya.

 

Ia juga yakin kalau dewi bulan saat ini pasti sedang melihat ke arah mereka juga dari arah yang tidak ia ketahui.

 

"Terimakasih, dewi"

 

Kalimat yang tak perlu ia ucapkan dengan lantang, karena ia juga tau pasti kalau dewi pasti mendengarnya. Ia akan sering-sering untuk berbincang lagi dengan dewi nantinya.

 

"Kalian juga, cobalah untuk bercerita dan berdoa pada dewi. Ia sangat menyukai saat ada yang bercerita padanya"

 

Semua prajurit yang ada di tempat itu tersenyum mengangguk, berkat hal ini keyakinan mereka pada dewi pun menjadi semakin kuat.

 

"Ayo pulang, semua orang sudah menunggu," alpha mencoba untuk berdiri sendiri.

 

Namun baru saja ia berdiri, tubuhnya limbung ke samping dan membuat semua prajurit refleks maju untuk membantunya berdiri.

 

"Sepertinya anda masih belum cukup kuat untuk berjalan dalam jarak yang jauh. Ijinkan kami untuk membantumu"

 

Hal itu tentu saja diangguki oleh alpha meski ia tak ingin merepotkan siapapun saat ini. Tapi kalau ia memaksakan diri pasti itu akan lebih menyusahkan lagi bagi yang lainnya.

 

Beta menyangga tubuh alpha di sebelah kanannya, sedangkan beberapa prajurit mencoba untuk membersihkan tanah berlumut yang ada di depannya agar tidak terlalu licin dan membuat mereka terpeleset nantinya.

 

Alpha memperhatikan sekitarnya, benar saja semuanya berubah menjadi lebih indah daripada sebelumnya.

 

Setiap kali ia melangkah, kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri. Bagian manapun yang ia lewati tampak begitu berbeda dan terlihat lebih segar.

 

Beberapa binatang yang sebelumnya tak ia temui saat ia masuk juga kini ada disana, kunang-kunang yang membantu mereka sampai ke pintu masuk gua.

 

Cahayanya yang silau membuatnya sampai memejamkan mata, mencoba membuka mata perlahan ketika gerakan langkah mereka melambat dan mulai berhenti.

 

Tanah gersang yang ia lihat saat ia memasuki gua kini telah dipenuhi dengan rerumputan tipis rata yang menyebar ke seluruh penjuru tempat. Terlihat seperti hamparan karpet hijau yang indah, bahkan dengan beberapa bunga kecil yang berwarna warni di bawah setiap pohon besar yang ada di depannya.

 

Matanya terbuka lebar, ingin merekam semua hal yang ada di depan matanya saat ini juga dan memperlihatkannya kepada istri serta seluruh warga yang sedang menunggu dirinya di pemukiman.

 

"Bukankah semua ini terlihat begitu indah, alpha?"

 

Tak ada jawaban dari yang bersangkutan sama sekali, tapi hal itu tak membuat beta merasa marah ataupun kesal. Ia justru merasa senang karena melihat senyum dari alpha yang terlihat begitu tulus dan berbahagia.

 

Untuk saat ini, perasaan yang biasanya tersimpan rapi dan terlihat wibawa serta kuat ketika terluka sudah menghilang. Hanya ada ketulusan dan perasaan yang benar-benar transparan.

 

"Kurasa tempat ini menjadi yang paling terlihat berbeda dan subur karena di tempat inilah doa itu dikabulkan, dan juga tempat dewi memunculkan diri"

 

Alpha melihat ke arah beta setelah ucapan beta barusan, "Selama perjalanan kalian kemari, apakah ada keanehan lain selain hujan dan perubahan dari lingkungan?"

 

Kerutan di keningnya tampak karena ia berusaha untuk mengingat apa saja yang sudah dilewati olehnya saat pergi tadi.

 

Tapi karena terburu-buru dan perasaan senang, ia tergesa pergi tanpa memperhatikan sekitar. Untung saja ia tadi sempat memerintahkan beberapa prajurit untuk tinggal di pack.

 

Setidaknya ada yang akan mengawasi sekitar jika memang sesuatu terlihat mencurigakan. Lagipula semua prajurit itu merupakan orang yang sudah melakukan latihan keras, jadi tentu mereka akan bisa menghadapi musuh jika memang ada.

 

Ketiadaan alpha dan beta secara bersamaan dari sebuah pack merupakan kesempatan emas bagi musuh ataupun rogue untuk masuk dan menyerang.

 

Karena itu mereka tidak bisa terlalu lama lagi menghabiskan waktu di tempat ini. Sebisa mungkin mereka harus kembali sebelum matahari terbenam.

 

Didesak oleh waktu, akhirnya mereka tak memiliki pilihan lain selain membuat alpha menunggangi salah satu prajurit yang melakukan transformasi.

 

Dan meskipun mereka melaju dengan cepat, alpha dengan penglihatannya yang tajam masih dapat melihat sekitarnya dengan baik. Termasuk perubahan kecil pada tanah dan juga tanaman, begitu juga dengan kondisi udara yang baik hingga memudahkannya untuk bernafas.

 

Dari jauh juga ia sudah bisa melihat gapura besar yang merupakan pintu masuk menuju ke pemukiman mereka. Tapi ia justru melihat banyaknya orang yang berjajar di bagian pintu masuknya.

 

"Alpha!"

 

"Terimakasih, alpha!"

 

Kalimat-kalimat yang senada terucap dari semua warga yang menunggu di pintu gerbang pemukiman mereka.

 

Tetesan hujan masih membasahi bumi, aroma tanah juga masih tercium dengan jelas di hidungnya yang tajam. Bahkan tetesan hujan itu juga membuat rambut serta tubuhnya basah.

 

"Kenapa.. kalian semua ada disini? Hujan masih turun, sebaiknya kalian segera masuk ke dalam rumah"

 

Perintah dari alpha itu justru hanya dibalas dengan kekehan saja oleh mereka yang menunggu, kebahagiaan yang membuncah membuat mereka tak bisa meredam hal itu dan tak ingin untuk sekedar berdiam diri saja.

 

Beberapa di antara mereka ada juga yang menangis, tapi air mata mereka tak terlihat jelas karena berbaur dengan hujan yang sudah jatuh di pipi.

 

"Terimakasih juga karena mau bersabar dan juga berusaha bersama untuk pack kita ini. Tapi jangan terlalu lama di bawah hujan, kalian bisa sakit nanti"

 

Dan benar saja, esoknya ada begitu banyak pasien yang mengantri di balai kesehatan.

 

*****

 

Bersambung