Chereads / Suami Terbaikku / Chapter 2 - Pengantin Baru

Chapter 2 - Pengantin Baru

Acara pernikahan yang dilaksanakan selama 3 hari sudah selesai. Saatnya Alby pulang ke Malang. Tapi, kali itu dia pulang dengan membawa seorang wanita cantik yang sudah sah menjadi istrinya.

Saat sedang tenang mengemudi, tiba-tiba seekor kucing keluar dari gang menuju rumah Alby, membuatnya harus berhenti mendadak. Shafa yang sedang bersandar, terbentur kaca lumayan kencang.

"Aduh!"

"Shaf, kamu enggak apa-apa?" tanya Alby yang tangannya segera mengelus kening istrinya.

"Sedikit sakit. Kamu enggak tabrak kucingnya, 'kan?"

"Kayaknya enggak. Coba aku liat dulu." Alby keluar dari mobil untuk mengecek. Ternyata, semua baik-baik saja. "Aman."

"Syukurlah. Rumah kamu masih jauh?"

"Enggak. Sebentar lagi sampai, kok."

Shafa tercengang saat sampai di rumah yang lumayan besar, rapi, dan bersih. Baru saja sampai, seorang wanita yang merupakan tetangga samping kiri rumah menyapa mereka.

"Mas Alby, apa kabar? Udah hampir seminggu lebih enggak pulang?"

Wanita itu terlihat seksi dan berpenampilan lebih fashionable dari pada Shafa. "Dia siapa?" bisik Shafa pada Alby.

"Iya, Mbak Jelita. Soalnya, saya ambil cuti kerja untuk acara menikah." Alby masih menggandeng Shafa dengan erat.

"Jadi, itu istrinya Mas Alby? Saya kira, kalian baru pacaran. Istrinya kelihatan lebih muda, ya?"

"Namanya Shafa. Dia cantik, 'kan, Mbak? Itu yang bikin saya jatuh cinta sama dia. Selain itu, ketulusan hatinya yang buat saya mau segera nikahi5 dia." Apa yang Alby katakan, sudah jelas suatu kebohongan. Bagaimana mungkin, mereka saja menikah karena dijodohkan, 'kan?

"Saya emang enggak salah mengagumi Mas Alby. Kamu itu benar-benar pria yang luar biasa. Saya enggak beruntung, karena enggak bisa menjadi milik Mas Alby."

"Maaf, kita masuk dulu, ya?" 

Sudah cukup. Shafa sudah merasa jijik dengan wanita itu. Tangan Alby ditarik menuju pintu untuk segera masuk dan menjauh dari Jelita.

"Kok, dia kayak lagi godain kamu, sih?" ucap Shafa pelan saat Alby sedang membuka kunci pintu.

"Iya, dia emang suka godain aku. Seumuran sama aku. Dia janda anak 1."

"Terus, kamu suka kalau dia godain kamu? Sana, tinggal aja sama dia!" Shafa langsung masuk saat pintu sudah terbuka dan Alby hanya tersenyum melihat tingkah istrinya.

"Kamu usir aku? Ini, 'kan, rumah aku?"

Shafa menghentikan langkahnya dan berkata, "Oh benar juga. Jadi, aku yang harusnya pergi. Iya, 'kan?"

Kesal dan malu bercampur aduk di pikir Shafa. Saat tangannya berhasil meraih gagang pintu, Alby segera menggendongnya dan mencium bibir istrinya itu.

***

Malam itu adalah malam pertama untuk Shafa dan Alby tinggal di satu rumah. Setelah selesai merapikan baju, Shafa segera turun ke dapur untuk membuat makan malam. sayangnya, dia lupa kalau belum sempat membeli makanan apapun. Di kulkas, Alby hanya menyimpan sosis, sebutir telur, dan beberapa minuman soda.

"Mas, kamu mau makan apa?"

"Emangnya kamu udah belanja?"

"Belum. Di kulkas, cuma ada sosis sama telur." Shafa masih melihat-lihat isi kulkas tersebut.

"Gimana kalau kita makan di warung pinggir jalan?"

"Sekarang lagi hujan. Aku malas keluar."

"Kalau gitu, pesan makanan online?"

"Enggak! Kasihan ojek online yang antar, lagi hujan deras kayak gini."

"Kalau gitu, masak aja yang ada."

Shafa pergi ke dapur dan mulai mengocok sebutir telur yang ditambahkan sedikit garam. Lalu, dia memotong 3 sosis dan mulai menggorengnya. Alby melihatnya dari ruang tengah. Masih belum menyangka kalau dia telah menikah dengan wanita yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Shafa?"

"Iya?"

"Mau aku bantu?"

"Enggak usah. Cuma goreng doang," jawab Shafa yang masih sibuk menggoreng sosis.

"Jadi, tugas aku cuma makan aja, ya?"

"Makan dan cuci piring."

Apa yang Shafa ucapkan, membuat mereka tertawa. Tidak tahan lagi hanya berdiam diri, Alby berlari memeluk Shafa dari belakang. Berkali-kali Shafa mencoba melepaskannya, namun Alby malah semakin erat memeluknya.

"Malam ini, ya, Shaf?"

"Apa?"

"Aku mau malam ini."

"Secepat itu?"

"Emangnya kenapa? Kamu enggak mau?"

"Bukannya gitu. Aku masih cape kalau harus malam ini."

"Tapi, aku mau malam ini."

Wajah tampan Alby berada di pundak Shafa. Mencoba merayu dengan cara mencium pipi sang istri berkali-kali. Tapi, Shafa tetap menggelengkan kepala.

"Permisi, Mas Alby?" teriak seorang wanita dari luar.

"Siapa, tuh?" tanya Shafa.

Jelita rela datang ke rumah Alby saat hujan deras. Ditambah, dia sengaja membawakan makanan untuk Alby yang statusnya sudah jadi suami orang, sudah ada yang mengurusnya.

"Biar aku aja yang temuin."

Walau menggunakan payung, Jelita tetap kehujanan karena bajunya terlihat basah kuyup. Dia membawa semangkuk soto ayam yang terlihat masih panas.

"Ada apa, ya?"

"Mas Alby ada? Saya mau kasih soto ayam kesukaan dia."

"Maaf, Mbak, tolong jangan bertingkah berlebihan ke suami saya. Apalagi di depan saya."

"Loh, kenapa kamu marah?"

"Saya enggak marah, kok."

"Kalau gitu, tolong kasih ini ke Mas Alby. SaA yakin dia bakal suka kayak biasanya."

Melihat Jelita sudah keluar dari rumahnya, Jelita yang sedari tadi geram mengatakan, "Dasar enggak tau malu!"

***

Alby mengaku sudah sering memakan masakan yang Jelita berikan. Walau dia adalah wanita yang cantik dan masih muda, tapi Alby tidak pernah sedikitpun memiliki perasaan suka terhadap Jelita.

"Pasti kamu pernah sempat suka sama dia?"

"Aku enggak pernah sedikitpun suka suka sama dia."

"Entah kenapa aku enggak percaya. Kalau dilihat-lihat, lebih cantik dia daripada aku."

Mereka sedang berada di atas kasur dan tertidur berhadapan. Alby mendekatkan tubuhnya ke Shafa. Memeluk dan mencium pucuk kepala istrinya berkali-kali.

"Intinya, aku enggak pernah suka sama Mbak Jelita. Lagi pula, sekarang kamu istri aku."

"Tapi, kamu belum cinta sama aku."

"Sekarang aku udah cinta sama kamu." Alby semakin erat memeluknya sembari memejamkan mata.

Shafa merasa sangat disayangi. Awalnya, dia sempat takut kalau Alby akan sulit menerima keberadaannya. Tapi ternyata, Alby sangat menyayanginya.

"Kamu beneran enggak mau sekarang?" tanya Alby lagi.

"I-iya. Maaf, ya?"

"Iya, enggak apa-apa."

Tubuh Alby yang kekar dan tidak terbalut baju, membuat Shafa sedikit malu berdekatan dengannya. Baru saja ingin tidur dan menikmati malam pertama mereka tidur bersama, Jelita kembali datang memanggil Alby. Padahal, itu sudah hampir tengah malam.

"Mas Alby?! Tolong saya, dong!"

Shafa membuka matanya. Namun, dia tidak bisa bergerak karena Alby memeluknya sangat erat. "Alby, janda itu panggil kamu lagi."

"Saya tau kalau Mas Alby belum tidur! Tolong saya dulu, dong!" teriak Jelita lagi.

"Tuh, dia minta tolong."

Alby meregangkan pelukannya. "Emangnya enggak apa-apa aku temuin dia malam-malam gini?"

"Mungkin aja penting."

Baru saja turun dari kasur dan hendak membuka pintu, Shafa berkata, "Kamu selalu temuin dia kayak gitu, ya?"

"Apa?"

"Tanpa baju dan cuma pakai celana pendek? Pantas aja dia sering datangin kamu malam-malam."

"Enggak, kok. Aku enggak pernah temuin dia kalau malam. Shafa, sini, deh."

"Ada apa?"

Shafa mendekat dan Alby langsung menggendongnya seperti bayi. Dia sengaja melakukannya agar tubuhnya tertutupi. Selama menuruni anak tangga, Alby terus mencium bibir sang istri.

"Mas Alby? Tolong, dong!" teriak Jelita lagi.

Alby membuka pintu dengan susah payah dan berkata, "Ada apa?"

"K-kalian kenapa kayak gitu?" tanya Jelita dengan terkejut.

"Emangnya enggak boleh? Aku, 'kan, istrinya?" jawab Shafa yang membelakangi Jelita.

"Mbak Jelita butuh bantuan saya?"

"O-oh, enggak jadi."

***