BRAKK!!! Seseorang membuka pintu kamar Alessandra dengan sangat kencang.
"Tuan Putri!! Ayo cepat bangun! Kita harus segera bersiap-siap." Teriak perempuan itu begitu memasuki kamar Alessandra. Ia juga langsung membuka selimut yang menyelimuti tubuh Alessandra.
"Ughh. Tenanglah Adeline, ini kan masih terlalu pagi." Jawab Alessandra yang baru terbangun dari tidurnya itu.
"Tidak bisa Tuan Putri! Jika Tuan Putri tidak segera bangun, maka Tuan Putri bisa terlambat. Ini kan hari yang sangat penting bagi Tuan Putri dan seluruh rakyat kekaisaran ini!" Timpal Adeline dengan tegas sambil mempersiapkan kebutuhan Alessandra hari ini.
"Hahh... Ya, ya baiklah. Mari kita segera bersiap-siap." Sambung Alessandra sembari bangun dari tempat tidurnya.
"Baiklah. Akan saya dandani anda agar anda terlihat paling bersinar di antara para lady lainnya!" Adeline pun langsung membersihkan tubuh Alessandra dan meriasnya agar Alessandra dapat menjadi orang yang paling bersinar di pesta hari itu.
"Wahh!! Tuan Putri, anda terlihat sangat cantik! Pasti akan ada banyak tuan muda yang ingin mendekati Tuan Putri." Ucap Adeline bangga melihat Alessandra yang ia dandani itu terlihat sangat menawan.
"Hahaha. Tentu saja! Berbanggalah kalian atas kecantikanku ini." Jawab Alessandra dengan sombongnya karena merasa tidak akan ada yang menyaingi kecantikannya itu.
"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang!" Ucap Alessandra dengan penuh percaya diri.
**********
"Tuan Putri Alessandra Eloise Windsor memasuki ruangan!" Teriak salah satu penjaga untuk memberitahukan kedatangan Alessandra kepada para tamu undangan.
Seluruh tamu undangan pun membungkukkan badan mereka untuk memberi hormat pada Alessandra. Di saat yang sama, Alessandra berjalan menghampiri sang ayah yang duduk di takhtanya. Dan Alessandra pun segera duduk di kursinya yang berada tepat di sebelah ayah dan adik laki-lakinya.
"Terima kasih karena kalian semua sudah meluangkan waktu kalian untuk menghadiri pesta ulang tahun putriku ini. Mari kita mulai pestanya dan selamat bersenang-senang!" Sambutan singkat Leonardo sebagai seorang ayah sekaligus kaisar.
"Alessandra, ini hadiah dari ayah dan ibu untukmu. Selamat ulang tahun ya sayang." Ucap sang ayah sambil memberikan hadiah yang telah disiapkannya.
"Wah!! Bolehkah aku buka hadiahnya sekarang?" Tanya Alessandra dengan mata berbinar-binar setelah menerima hadiahnya itu.
"Tentu saja! Bukalah." Jawab Valentina, ibu Alessandra sembari tersenyum.
Mendengar jawaban itu dari sang ibu, Alessandra pun segera membuka hadiahnya dengan sangat girang.
"Wah, kak! Kalungnya cantik sekali! Cocok sekali dengan kakak karena warna permata itu mirip dengan warna mata kakak." Ucap Raphael, adik dari Alessandra.
"Kau benar, Raphael. Terima kasih banyak ayah ibu, aku sangat menyukai hadiahnya." Sambung Alessandra yang tersenyum kepada orang tuanya.
Setelah itu pun, Alessandra melanjutkan kegiatannya untuk menerima berbagai hadiah yang diberikan oleh para keluarga bangsawan lainnya. Satu per satu ia buka hadiahnya, namun tidak ada satupun hadiah yang menarik perhatiannya.
"Permisi, Tuan Putri. Maukah anda berdansa dengan saya?" Ucap seorang anak laki-laki yang secara tiba-tiba menghampiri Alessandra.
"Aku baru pertama kali melihatmu. Siapakah kamu sampai dengan beraninya mengajakku berdansa?" Tanya Alessandra dengan nada ketus.
"Ah! Mohon maafkan saya karena tidak memperkenalkan diri dengan baik, Tuan Putri. Saya Vincent Nash Habsburg, putra ketiga Raja Theodore dari Habsburg." Ucap Vincent memperkenalkan dirinya.
"Oh... Rupanya kau putra dari Raja Theodore ya. Tidak biasanya beliau membawa putranya ke tempat seperti ini." Timpal Alessandra tak acuh.
"Benar, Tuan Putri. Sebenarnya, alasan saya datang kemari juga karena ada kaitannya dengan anda." Sambung Vincent menjelaskan situasinya.
"Denganku? Memangnya ada urusan apa kau denganku?" Tanya Alessandra sambil menatap tajam ke arah Vincent.
"Jika anda benar-benar penasaran akan hal itu, bagaimana kalau kita membicarakannya sambil berdansa? Hanya untuk satu lagu saja, Tuan Putri." Jawab Vincent dengan cepat. Nampaknya ia tidak mau memberitahukannya pada Alessandra begitu saja.
"Huh? Hanya satu lagu saja kan? Baiklah." Jawab Alessandra tetap dengan nada ketusnya. Namun sepertinya, Alessandra sudah benar-benar terpancing dengan topik pembicaraan yang dibuat Vincent.
"Terima kasih banyak, Tuan Putri." Dengan segera, Vincent pun menawarkan tangannya untuk saling bergandengan tangan dengan Alessandra yang langsung di sambut oleh gadis itu.
Mereka berdua pun berjalan menuju ke tengah-tengah aula dan saling memberi hormat yang menandakan bahwa mereka berdua adalah pasangan dansa yang akan berdansa saat itu juga.
"Tidak saya sangka bahwa Tuan Putri sangat pandai dalam berdansa." Cetus Vincent begitu mereka mulai berdansa.
"Apa maksudmu, Pangeran Vincent? Bukankah itu hal yang sudah jelas?" Tanya Alessandra kebingungan mendengar perkataan Vincent yang tiba-tiba itu.
"Saya dengar, anda tidak pernah mau menerima tawaran berdansa dari para tuan muda lainnya. Dan mereka bilang, anda hanya akan berdansa jika pasangan dansa anda adalah Yang Mulia Kaisar ataupun Pangeran Raphael. Semua orang curiga bahwa kemampuan berdansa anda buruk sampai harus ditutupi oleh kemampuan berdansa Kaisar dan Pangeran." Jelas Vincent dengan terus terang.
Mendengar hal itu, jelas saja jika Alessandra merasa sangat kesal. Ia yang selama ini dipuji-puji atas kecantikan dan kejeniusannya, tiba-tiba mendengar bahwa orang-orang meragukan kemampuan berdansanya.
"Hei! Siapa yang dengan beraninya mengatakan hal itu padamu?" Tanya Alessandra dengan sorot matanya yang tajam. Nampaknya, ia benar-benar marah hingga tidak bisa lagi mengontrol ekspresi wajahnya.
"Eh? Ah... Hal itu bukanlah hal yang penting saat ini Tuan Putri. Bukankah sekarang ada hal yang lebih penting yang ingin anda tanyakan pada saya?" Jawab Vincent yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
"Wah... Setelah dengan beraninya kau mengajakku berdansa, sekarang kau juga berani mengalihkan pembicaraan di hadapanku?" Timpal Alessandra dengan tatapan dinginnya.
"Bagaimana mungkin saya berani melakukan hal seperti itu." Jawab Vincent dengan senyumannya seolah-olah dia tidak mengetahui apapun.
"Hahh... Baiklah, jawab dengan jujur. Apakah kau datang kemari karena hal itu?" Setelah menanyakan hal itu, terlihat dengan sangat jelas ekspresi Alessandra yang serius seolah dia sedang berusaha menebak-nebak apakah yang dipikirkannya saat itu adalah benar.