"Apa maksudmu?" Tanya Vincent kebingungan.
"Kau tidak perlu berpura-pura seperti itu." Tegas Alessandra kepada Vincent.
Mendengar perkataan itu dari mulut Alessandra, Vincent pun tersenyum.
"Rupanya anda sudah mengetahuinya ya. Kalau begitu sudah tidak ada alasan lagi bagi saya untuk merahasiakannya dari anda. Bagaimana kalau kita berpindah tempat terlebih dahulu? Lagunya pun sudah selesai dimainkan."Tawaran yang diberikan Vincent pun seolah menyiratkan bahwa hal yang akan mereka bicarakan tidak boleh diketahui oleh orang lain.
"...baiklah. Mari kita berpindah ke tempat beristirahat pribadiku. Karena akan lebih aman jika kita membicarakannya di sana." Ucap Alessandra yang dibalas dengan anggukan kepala dari Vincent.
Tepat setelah itu, mereka berdua pun saling memberikan hormat pada satu sama lain yang menandakan bahwa mereka telah selesai berdansa. Lalu mereka berdua pun berjalan berdua sambil bergandengan tangan untuk meninggalkan aula pesta.
********************
""Wahh... Rupanya ruangan pribadi khusus keluarga kekaisaran sangatlah berbeda ya." Cetus Vincent begitu memasuki ruangan.
"Tidak perlu berbasa-basi begitu dan cepatlah duduk." Tegas Alessandra, sebab ia tidak suka jika waktunya yang berharga itu terbuang dengan sia-sia.
"Baiklah, baik." Jawab Vincent patuh sembari duduk di sofa yang berhadapan dengan Alesandra.
"Jadi, jawablah dengan jujur Pangeran Vincent. Apakah benar kedatanganmu hari ini ada kaitannya dengan perjodohan kita?" Tanya Alessandra dengan wajah seriusnya itu.
"Ya, itu benar. Namun, bagaimana anda bisa mengetahuinya? Setahu saya, Yang Mulia Kaisar bahkan belum ingin memberitahukannya pada anda." Jawab Vincent kebigungan sebab hal itu belum dapat dipastikan apakah benar-benar akan dilakukan.
"Kau tidak perlu tahu aku bisa mengetahuinya darimana." Jelas Alessandra dengan tegas agar Vincent tidak bertanya lebih jauh lagi.
"Hm? Begitu ya." Jawab Vincent seolah-olah dia tahu darimana informasi yang didapatkan Alessandra.
"Rupanya kau orang yang sangat patuh ya, sehingga kau tidak bersikeras menanyakannya lebih lanjut." Timpal Alessandra dengan nada agak sedikit menyindir. Karena ia kesal sedari tadi Vincent seolah meremehkan dirinya padahal mereka baru pertama kali bertemu.
"Itu tidak perlu. Karena sepertinya saya sudah mengerti bagaimana anda bisa mengetahuinya." Jelas Vincent dengan penuh percaya diri.
"Ha! Sepertinya aku telah salah menilaimu." Balas Alessandra dengan kesal.
Untuk sesaat, situasi di antara mereka terasa sangat canggung. Sikap Vincent yang terlihat sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan para tuan muda lainnya itu justu membuat Alessandra semakin merasa kesal.
"Jadi, apa yang ingin anda dengarkan dari saya, Tuan Putri Alessandra?" Ucap Vincent sembari menaruh kembali cangkir teh yang baru saja ia minum.
"Ha! Baru sekarang kau memperlakukanku sebagai seorang putri?!" Sindir Alessandra.
"Apa maksud anda Tuan Putri? Saya kan selalu menghormati anda?" Tanya Vincent yang berpura-pura polos.
"Sudahlah, lebih baik cepat kau jelaskan padaku apa yang sedang terjadi sehingga aku harus melakukan perjodohan dengan orang yang menyebalkan seperti dirimu!" Terlihat dengan jelas bahwa emosi Alessandra sudah memuncak. Namun ia tetap berusaha untuk menahannya, karena bagaimanapun juga Vincent adalah seorang Pangeran.
"Hmm... Kalau begitu, saya harus memulainya dari mana ya..." Gumam Vincent sambil berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa menjelaskan semuanya dari awal.
"Sebelumnya, saya ingin bertanya terlebih dahulu pada anda. Apakah Tuan Putri percaya dengan yang namanya ramalan?" Wajah Vincent pun berubah menjadi sangat serius dalam waktu singkat.
"Ramalan? Sejujurnya aku tidak begitu percaya dengan yang namanya ramalan. Karena hal itu belum tentu benar-benar akan terjadi." Jawab Alessandra dengan jujur.
"Anda benar. Namun, kita tidak bisa menghiraukan firman Dewi begitu saja kan? Sebab firman yang diberikan Dewi saat ini sangatlah penting." Jelas Vincent.
"Tunggu. Jadi maksudmu... perjodohan kita ini ada kaitannya dengan firman Dewi?" Tanya Alessandra yang terkejut. Ia tidak percaya jika perjodohan mereka ada sangkut pautnya dengan firman Dewi.
"Rupanya anda sangat peka ya. Namun, Saya tidak dapat memberi tahu anda lebih jauh lagi." Ucap Vincent dengan santainya sambil memakan camilan yang telah disediakan.
"Apa? Kenapa? Bukankah ini hal yang sangat penting?" Tanya Alessandra heran.
"Ah... itu... karena Yang Mulia sendiri yang harus menyampaikannya pada anda. Saya sudah berjanji pada ayah saya untuk tidak memberi tahukannya terlebih dahulu pada anda Tuan Putri." Jelas Vincent pada Alessandra.
"Tapi di sini kan hanya ada kita berdua saja. Aku berjanji tidak akan memberi tahukannya pada siapapun." Ucap Alessanrda bersikeras agar Vincent memberitahukannya lebih jauh lagi.
"Maafkan saya, Tuan Putri. Walaupun anda terus memohon pada saya sekalipun, saya tidak bisa memberi tahu anda lebih jauh lagi." Tegas Vincent agar Alessandra tidak lagi memaksanya untuk membuka mulut.
"Bukankah pada akhirnya kita akan menikah? Namun mengapa kamu tidak mau terbuka padaku?" Ucap Alessandra sambil berpura-pura akan menangis.
"Tuan Putri, tolong mengertilah situasi saya juga." Balas Vincent untuk mempertegas perkataannya sekali lagi.
"Ha! Hahaha! Apa kau tahu alasan para tuan muda lainnya tidak ada yang berani mendekatiku lagi?" Nampaknya Alessandra sudah tidak bisa bersabar lagi. Ia seperti sedang menahan emosinya dibalik wajah tenangnya itu.
"Saya tidak peduli apa yang dikatakan oleh orang lain, karena saya tidak punya hak untuk menilai anda haya dari rumor tak berdasar itu." Jawab Vincent masih dengan wajah tenangnya itu.
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Vincent, membuat Alessandra benar-benar marah. Ia segera beranjak dari kursinya, dan dalam sekejap ia sudah menarik kerah baju Vincent begitu saja.
Tok... Tok... Tok... Ceklek.
"Tuan Put-. A-Apa yang sedang anda lakukan Tuan Putri?" Tanya Benjamin dengan terbata-bata. Ia adalah seorang kepala pelayan di istana kekaisaran. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya begitu ia membuka pintu ruangan tersebut.
"A-Ah... Gawat..." Gumam Alessandra terkejut melihat kedatangan Benjamin.