"I-Ini tidak seperti yang kau bayangkan Benjamin! Percayalah padaku!" Teriakan Alessandra yang memenuhi ruangan itu karena saking paniknya.
"Tenang saja Tuan Putri, saya akan merahasiakan hal ini dari Yang Mulia Kaisar." Jawab Benjamin yang rupanya masih salah paham dengan kejadian itu.
"Ti-tidak... bukan begitu... Hei! Bantulah aku." Sambung Alessandra dengan nada lirih sambil memohon agar Vincent dapat menjelaskannya dengan baik.
Melihat reaksi Alessandra yang seperti itu, justru membuat Vincent ingin menjahilinya. Ia diam-diam membuat rencana liciknya agar Benjamin semakin salah paham dengan kejadian itu.
"...Kepala pelayan... terima kasih sudah mau mengerti. Karena sepertinya Tuan Putri masih malu untuk mengakui perasaannya pada saya." Jawab Vincent tersenyum sambil menggenggam tangan Alessandra.
Alessandra sangat terkejut mendengar jawaban yang Vincent berikan. Ia merasa sudah dipermainkan olehnya.
"Hohoho... Tidak masalah Pangeran. Saya senang karena ternyata Tuan Putri bisa menyukai seseorang." Timpal Benjamin yang secara tiba-tiba langsung akrab dengan Vincent.
"Hei... Apa kalian tidak mendengar perkataanku? Hah... Sudahlah, ada apa kau datang kemari Benjamin?" Tanya Alessandra dengan pasrah.
"Oh iya! Hampir saja saya lupa. Yang Mulia Kaisar mencari anda Tuan Putri." Jelas Benjamin.
"Mencariku? Memangnya ada apa?" Tanya Alessandra lagi.
"Beliau bilang, ada hal yang ingin disampaikan pada anda." Benjamin pun kembali menjelaskannya.
Setelah mendengar jawaban itu, entah apa alasannya Alessandra merasa akan ada hal yang kurang menyenangkan yang akan ayahnya sampaikan padanya. Alessandra pun saling bertatap mata cukup lama dengan Vincent hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pergi menemui Kaisar bersama.
***************
Tok... Tok... Tok...
"Yang Mulia, Tuan Putri Alessandra dan Pangeran Vincent telah tiba." Ucap Benjamin begitu mereka sampai di depan ruang kerja Kaisar.
"Masuklah." Jawab Leonardo dari dalam ruangan.
"Ayahanda, saya dengar anda memanggil saya." Ucap Alessandra begitu memasuki ruangan.
"Benar. Ayah memanggilmu kemari karena ada hal yang harus ayah sampaikan padamu, putriku. Tapi, sejak kapan kalian akrab?" Tanya Leonardo pada putrinya sambil melihat ke arah Vincent.
"Salam saya kepada sang matahari kekaisaran. Saya Vincent Nash Habsburg, sebuah kehormatan bagi saya dapat berjumpa langsung dengan anda." Ucap Vincent memberi salam sambil memperkenalkan dirinya.
"Kami baru saja kenal satu sama lain, Yang Mulia." Sambung Vincent dengan sopan.
"Begitu ya. Mari duduk terlebih dahulu, Tuan Kardinal sudah menunggu kalian." Ajak Leonardo pada Alessandra dan juga Vincent.
"Jadi, hal apa yang ingin ayahanda sampaikan padaku sehingga Kardinal pun ada di sini?" Tanya Alessandra langsung pada intinya.
"Alessandra, putriku. Ini mungkin terdengar sedikit mendadak, namun ayah sudah lama mempertimbangkannya. Pergilah ke kuil suci Bourbon bersama Pangeran Vincent. Kardinal dan juga Benjamin akan menemani kalian selama di perjalanan. Jadi, jangan khawatirkan apapun dan pergilah dengan nyaman lalu pulanglah dengan selamat." Ucap Leonardo dengan wajah serius sekaligus sedih karena ia tidak akan bisa melihat putrinya untuk beberapa waktu.
"Apa? Mengapa aku harus pergi ke kuil suci Bourbon ayah?" Tanya Alessandra yang masih kebingungan. Sebab, jarak antara istana kekaisaran dengan kuil suci Bourbon sangatlah jauh. Mereka harus melewati setidaknya 10 hari di dalam kereta kuda.
"Alessandra, firman Dewi telah turun. Di dalam firman tersebut, disebutkan bahwa hanya kalian berdualah yang dapat menyelamatkan kekaisaran ini. Dan untuk memastikan hal itu, kalian berdua harus pergi menemui Sri Paus secara langsung." Jelas Leonardo sambil memegang kedua tangan putrinya.
Alessandra pun hanya bisa terdiam, karena ia tidak bisa melawan firman Dewi. Dan sebagai putri kaisar, ia juga punya kewajiban untuk melindungi kekaisaran ini.
"Siapa namamu?" Tanya Alessandra pada Kardinal yang duduk di hadapannya.
"Saya Kye, Tuan Putri." Jawab Kardinal dengan hormat.
"Jadi, kapan kita akan berangkat?" Tanya Alessandra lagi.
"Dua hari lagi kita akan berangkat. Anda harus sampai di kuil suci Bourbon secepat mungkin." Jawab Kye dengan sopan sambil tersenyum.
"Baiklah. Jika tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi, saya pamit ayahanda." Ucap Alessandra yang merasa dirinya lemas sekali setelah mendengar hal yang disampaikan ayahnya.
****************
Di malam harinya setelah pesta ulang tahun Alessandra selesai, Valentina pun datang berkunjung ke kamar Alessandra.
"Alessandra, ini ibu." Panggil Valentina dari balik pintu kamar Alessandra.
"Ibu? Masuklah bu." Jawab Alessandra dengan cepat.
"Putriku sedang apa?" Tanya Valentina dengan lembut.
"Hanya sedang membereskan barang-barangku kok bu." Jawab Alessandra dengan lirih.
"Mengapa tidak menyuruh Adeline saja?" Valentina terlihat sangat heran dengan sikap putrinya. Tidak biasanya Alessandra menyiapkan barang-barangnya sendiri.
"Tidak apa-apa bu. Aku hanya ingin melakukannya sendiri saja." Alessandra pun tersenyum kecut. Di dalam hatinya, ia masih belum bisa menerima kenyataan jika pada akhirnya ia akan dijodohkan dengan Vincent.
"Putriku, jika kamu memang tidak menginginkannya kamu bisa menolaknya. Jangan khawatirkan hal lain dan fokuslah pada kebahagiaanmu sendiri. Bagi ibu, kebahagiaanmu adalah yang terpenting." Ucap Valentina yang berusaha menghibur putri kesayangannya itu. Ia tidak bisa berbuat banyak sebab itu adalah firman Dewi untuk menyelamatkan rakyatnya di masa depan. Namun ia juga tidak tega jika putrinya lah yang harus menanggung semua bebannya.
"Walaupun aku memang tidak menginginkan hal ini, tapi bukankah ini sudah jadi tugasku untuk melindungi kekaisaran ini? Jika memang hanya aku yang bisa melakukannya, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula, menurutku setidaknya Vincent adalah orang yang baik." Jawab Alessandra sambil menahan kesedihannya di pelukan ibunya itu.
"Putri ibu sudah besar rupanya. Namun sayang, ingatlah satu hal ini. Jika suatu saat nanti kamu sudah tidak bisa menyanggupinya, janganlah dipendam sendiri dan ceritakanlah pada kami. Kami akan selalu ada untukmu." Jelas Valentina agar putrinya tidak merasa kesepian akibat beban yang ia pikul sangatlah besar.
"Sekarang tidurlah, ini sudah larut malam." Sambung Valentina sambil menyelimuti dan mencium kening Alessandra.
"Baik, bu. Selamat malam" Jawab Alessandra sambil memejamkan kedua matanya.
"Selamat tidur juga putriku." Timpal Valentina sembari mematikan lampu kamar Alessandra dan pergi meninggalkan kamar itu.