Setelah mendengar cerita Pico, Nico kemudian mengajukan pertemanan pada Pico agar dirinya bisa menghubungi Pico dengan mudah. setelah Pico menerima permintaan dari Nico, Nico memeriksa kembali status milik Pico dengan Beta Vision miliknya.
<System>
Nama : Pico Fohren
Level : 8
Job : Tidak ada
Title : Golden Spoon
Strength(D+), Endurance(D), Dexterity(E++), Intelligence(B), Luck(C).
Skill: Hand of Midas(S)
'basic statusnya masih sama'ucap Nico sambil mengusap dagunya berulang-ulang kali untuk memikirkan metode yang cocok untuk Pico.
Sementara Nico yang sedang memikirkan sesuatu, Pico menatap layar system dengan memasang wajah yang terkejut didepannya dan mata Pico tertuju pada '..level 1'.
'ini serius dia level 1?'Tanya Pico didalam hari sembari melihat Nico yang masih mengusap dagunya.
'yah mau bagaimana lagi aku sudah menerima tawarannya'Pico pun menetapkan hatinya untuk tetap mempercayai Nico karena hanya dengan cara ini dirinya bisa terbebas dari masalahnya.
"Ahhaa"Ucap Nico sambil menepuk kedua tangannya.
"Ikuti aku!"Ucap Nico kepada Pico, Lalu Nico berlari kearah hutan sembari diikuti Pico dibelakangnya yang bingung kemana Nico akan pergi.
Nico dan Pico berjalan melewati pepohonan dan cahaya matahari yang menembus dedauanan menyentuh badan mereka berdua serta angin sepoi-sepoi hangat menyentuh mereka.
Kemudian mereka berdua bersembunyi dibalik semak-semak. "Master, apa yang akan kita lakukan?"Tanya Pico kepada Nico penasaran. Nico kemudian menunjuk kearah luar semak-semak dengan telunjuk tangan kanannya memberikan Pico petunjuk.
Diluar semak-semak Pico melihat ada 6 goblin bersenjata lengkap sedang duduk sambil membakar ikan diatas api unggun yang mereka buat dengan rantin-ranting kayu.
"Kau akan melawan mereka"Ucap Nico dengan santai sambil tersenyum kepada Pico.
"Master apa kamu seriuss!!"Ucap Pico tidak percaya.
"Ingat aturannya"Ucap Nico tersenyum sambil mengangkat baju Pico dengan tangannya dan melempar Pico keluar semak-semak menuju gerombolan goblin itu hingga Pico pun jatuh tersungkur.
"!"Para Goblin itu langsung melihat kearah Pico dengan refleks yang cepat mengambil senjata mereka masing-masing dan memasang posisi siap. Pico yang tersadar dilempar oleh Nico hanya bisa mengutuk Nico didalam hati.
Pico bersiap-siap dan menggunakan Hand of Midas berjaga-jaga dengan serangan dari para goblin didepannya. Goblin yang melihat Pico sebagai ancaman berlari sambli melempar makanan yang hendak dimasukin kedalam mulut mereka dan berlari kearah Pico sambil memengang pedang bermata satu dengan bilah besi berwarna perak yang terlihat sudah agak tumpul namun pedang itu masih bisa digunakan untuk menebas daging segar.
Wajah Pico terlihat panik setelah melihat 6 goblin menuju Pico secara bersama-bersama. Salah satu goblin melompat kearah depan Pico dengan cepat dan mengayunkan pedangnya secara horizontal menebas leher Pico. Pico yang merasakan bahaya menundukan badannya dan berlari kearah kiri menghindari ke-6 goblin itu namun ke-5 goblin yang lain tidak memberikan Pico kesempatan untuk menghindar lantas mereka melancarkan serangan secara bergantian.
Pico hanya bisa menghindar saja karena Pico tidak memiliki skill untuk bertarung dan Pico bahkan tidak tahu bagaimana caranya menggunakan Hand of Midas untuk bertarung, karena Pico pikir trait Hand of Midas hanya skill tinggi yang tidak berguna.
Serangan-tiap serangan Pico berhasil hindari namun serangan salah satu goblin berhasil melukai mata kaki Pico hingga Pico merasakan rasa sakit dan membuat Pico tidak bisa berlari.
Salah satu goblin melihat peluang ini dan menyerang Pico. Pico melihat goblin berlari kearah dirinya dengan cepat, pandangan Pico terlihat pasrah dan wajahnya mulai pucat karena melihat ajalnya akan mendekat sebentar lagi. saat goblin itu berada didepan Pico, Pico melihat goblin itu tersenyum dan tidak membunuh Pico melainkan menebas dada Pico menembus wajahnya meninggalkan sayatan horizontal berwarna merah akibat darah yang keluar.
Pico merasakan sakit didadanya namun tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali akibat rasa takut yang luar biasa, goblin didepan Pico terlihat meremehkan sambil tersenyum senang karena melihat mangsanya sudah tidak berdaya. Pico yang melihat dirinya direndahkan oleh monster hijau didepannya merasa bahwa dirinya berada pada titik terendah dalam hidupnya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dan Pico melihat ke 5 goblin yang lain terlihat diikat oleh rantai hitam yang mengikat tubuh mereka. Seketika Pico melihat kepala dari ke goblin itu terbang dan terjatuh, rantai hitam itu menghilang dan tubuh ke 5 goblin itu terjatuh.
Goblin yang berdiri didepan Pico menjadi marah dan mengamuk, dari arah 5 goblin itu muncul Nico sembari memegang sebuah pedang ditangan kanannya yang berjalan menghampiri mereka berdua. Goblin itu berlari kearah Nico dan menyerah Nico dengan membabi buta namun dengan satu tebasan diagonal tubuh Goblin itu terbelah menjadi dua bagian dan memperlihatkan organ dalam goblin yang tercecer akibat tebasan Nico yang merobek perut Goblin itu menjadi 2.
Pico melihat Nico seperti melihat dewa yang sangat kuat karena melihat goblin itu mati hanya dengan sekali tebasan. Nico menghampiri Pico sambil membawa pedangnya dan mellihat Pico dengan tatapan menyedihkan.
"Hahh.. bagaimana kamu bisa sampai kelantai ini dengan kemampuan mu yang seperti itu"Nico menghela nafas melihat Pico hanya berlari menghindari goblin-goblin itu. Mendengar perkataan Nico, Pico hanya bisa tertunduk malu.
Nico mengarahkan tangannya kearah Pico dan menyembuhkan luka pada tubuh Pico dengan menggunakan plausability. Pico merasakan rasa hangat pada tubuhnya dan Pico melihat luka pada tubuhnya menghilang dengan cepat dan rasa sakit yang ia rasakan sebelumnya sudah menghilang.
Nico kemudian berjongkok sambil menatap Pico, "aku akan melatih mu dari 0"Ucap Nico karena tujuan Nico membiarkan Pico bertarung dengan 6 goblin ingin melihat bagaimana cara bertarung Pico dan bagaimana cara Pico memanfaatkan Hand of Midas ditengah pertarungan, namun hasilnya tidak seperti yang Nico harapkan.
Kemudian Nico berdiri "Ikuti aku"Ucap Nico yang berjalan melewati goblin namun Nico sadar kalau Pico tidak mengikuti dirinya dan melihat Pico masih murung karena kecewa pada dirinya sendiri.
"Hey bodoh berhenti membuat wajah murung dan ikuti aku!"Teriak Nico kepada Pico, namun teriatakn Nico seperti tidak masuk kedalam kuping Pico hingga membuat Nico merasa kesal.
Nico kembali lagi kearah Pico dan mengangkat tubuh Pico seperti membawa barang bawaan.
...
Mereka berdua sampai dipinggir sungai dan duduk disana ditemani dengan suara sungai yang mengalir dengan deras.
"Pertama aku akan memberikan mu latihan fisik untuk membuat fondasi pada tubuhmu, lalu aku akan memberikan bagaimana caranya menggunakan trait mu untuk bertarung"
Sesi latihan fisik Pico pun dimulai dimana Pico melakukan beberapa latihan fisik normal seperti push up dan sit up atas instruksi dari Nico. Latihan fisik ini Pico lakukan hingga malam pun tiba.
Pergantian waktu dimenara sama seperti dibumi yaitu adanya pagi, siang, sore dan malam. namun perbedaannya hanya ada pada jamnya saja yang dimana waktu didalam menara berjalan lebih lambat ketimbang diluar menara.
Wajah Pico terlihat sangat pucat akibat latihan fisik yang ekstrim yang diberikan oleh Nico namun dengan latihan seperti ini akan membuat pondasi yang sangat bagus pada Pico. Nico kemudian menyuruh Pico untuk menangkap ikan disungai dengan kedua tangannya sedangkan Nico duduk bersantai dipinggir sungai sambil melihat Pico yang berusaha menangkap ikan dengan tangannya.
"akhirnya aku dapatttt!!!!"Teriak Pico dengan senang sambil mengangkat ikan yang ia tangkap dengan sangat tinggi.
Nico yang melihat ini memberikan tepuk tangan selamat kepada Pico dan mendekati Pico dan meminta ikan yang telah Pico tangkap. Namun saat ikan itu hendak beralih tangan ikan itu terlepas dari genggaman Nico. Pico terdiam melihat hal ini sebelum akhirnya Pico teriak dengan sangat kuat "Tidakkkk!!!!!!!" Teriak Pico sambil mengeluarkan air mata.
"ups maaf ikannya sangat licin..."Ucap Nico dengan santai sambil tersenyum kearah Pico.
"....selamat mencari ikan lagi"Ucap Nico sambil pergi ketempat dimana dia duduk sebelumnya dan memandangi Pico yang mencari ikan dengan wajah kesal.
'Dasar master bodoh kalau saja dia tidak sengaja melepas ikannya'Ucap sedih Pico didalam hati.
'Tunggu bagaimana kalau aku menggunakan trait ku untuk menangkap ikan?'tiba-tiba Pico terpikir untuk menggunakan traitnya.
Pico kemudian mengaktifkan traitnya untuk tangan kanannya, saat mata Pico melihat ikan yang lewat dengan cepat Pico meraih ikan itu dengan tangan kananya namun karena Pico masih ragu-ragu ikan itu masih berhasil lolos. Pico merasakan perbedaan ketika sebelum menggunakan trait dan setelah menggunakan traitnya, Pico melihat harapan dan melakukannya sekali lagi.
Mata Pico melihat ikan lagi dan tanpa ragu-ragu Pico menangkap ikan itu dengan kedua tangannya. Pico mengangkat tangannya keatas sambil memegang ikan yang berhasil ia tangkap, dengan wajah yang senang Pico sambil memegang ikan ditangannya.
Nico yang sedang duduk kemudian menatap Pico yang berhasil menangkap ikan kedua kalinya. "dia berhasil akhirnya"Ucap Nico setelah melihat Pico berhasil menangkap ikan dengan menggunakan traitnya.
Pico kemudian beranjak pergi dari sungai dan menuju Nico yang sedang duduk sambil menunjukan ikan yang berhasil ia tangkap untuk kedua kalinya.
"bagaimana rasanya memanfaatkan traitmu untuk menangkap ikan?"tanya Nico terhadap Pico yang menunjukan ikan yang berhasil ia tangkap. Pico kaget karena Nico tahu bahwa Pico menangkap ikan dengan menggunakan traitnya.
"bagaimana master tau?"tanya Pico.
"apa kamu meragukan master mu sendiri"Ucap Pico dengan percaya diri.
"Sekarang berikan aku ikannya dan tugas selanjutnya adalah pergi mencari kayu bakar disekitar sini"Ucap Nico memberikan instruksi selanjutnya kepada Pico.
"Tapikan sekarang sudah malam master bagaimana kalau ada monster lagi?"Pico mempertanyakan instruksi Nico karena Pico masih takut ketika berhadapan dengan monster.
"Tidak akan ada monster disini jadi cepat pergi mencari kayu bakar!"Nico kemudian mengambil ikan ditangan Pico dengan paksa dan menyuruh Pico untuk cepat mencari kayu bakar.
Sambil berusaha menegapkan hatinya Pico berjalan masuk kedalam hutan.
....
Beberapa menit berlalu Pico berhasil mengambil beberapa kayu bakar dari hutan dan kembali kepada Nico. Pico kaget setelah sampai karena melihat tumpukan ikan dihadapan Nico yang sedang duduk santai.
Pico menghampiri Nico dan bertanya "Master dari mana semua ikan ini" Tanya Pico.
"Tentu saja dari sungai dasar bodoh"Ucap Nico memaki Pico karena pertanyaan yang bodoh dari Pico. Nico kemudian melihat kayu bakar yang dibawa pico "Kau sudah mendapatkan kayu bakarnya"Ucap Nico setelah melihat pico membawa kayu bakar.
Mereka berdua pun membuat api unggun dan membakar ikan yang telah mereka tangkap dan menyantapnya dengan cepat hingga akhirnya semua ikan itu habis hanya menyisakan tulangnya saja.
"Master apa kita akan pergi ke lantai 3 untuk menginap?"Tanya Pico karena melihat waktu yang sudah malam dan mengingat kalau Nico bilang kepadanya untuk selama pelatihan awaln ini dirinya tidak diperbolehkan untuk keluar dari tower.
"Tidak kita akan tidur disini"Ucap Nico memberitahukan Pico.
"Master serius?"Tanya Pico karena merasa ucapan Nico terlalu gila.
"Jangan lupa aturannya"Ucap Nico mengingatkan Pico kembali. Mendengar hal ini membuat Pico hanya terdiam nunduk dan mengiyakan perkataan masternya.
Ketika mereka berdua tertidur tanpa Nico sangka yang pada awalnya Pico menolah untuk tidur disitu namun sekarang malahan dirinya lah yang tertidur lebih dulu.
"Sudah saatnya aku yang berlatih"Ucap Nico yang melihat sekitar sambil mengaktifkan beta vision untuk mencari keberadaan monster disekitar, dan ketika Nico berhasil menemukannya Nico dengan cepat menghabisi mosnter itu untuk memperoleh plausability dan corruption essense dengan sesekali melihat kondisi sekitar Pico untuk memastikan tidak ada monster yang mengganggu.
Pagi pun tiba dengan kicauan burung meramaikan hutan yang sebelumnya sunyi dengan sinar cahaya pagi yang menembus sungai memperlihatkan bebatuan yang tersusun pada dasar sungai.
Pico terbangun dan melihat sekitar. Pico menyadari bahwa disekitarnya tidak ada Nico sama sekali.
"Master?"