Chereads / A Story in A New World! / Chapter 19 - Bab 8: Dewa Melawan Dewa

Chapter 19 - Bab 8: Dewa Melawan Dewa

Aku melihat diriku memiliki beberapa kemampuan sihir tingkat tinggi. Kapasitas sihirku meningkat drastis dan tanpa batas. Nerville merangkulku dan mengigit leherku dengan mesra. "Hei Dora, kamu tidak apa-apa kan bila aku meminjamnya sebentar?"

"Uh, sebenarnya aku tidak ingin." Theodora merengut. "Tapi bila dewaku menginginkannya. Tidak apa-apa lah. Kembalikan padaku nanti."

"Aku kembalikan kok." Nerville tersenyum. Dia menuntunku untuk mengikutinya. Dia mengajakku untuk berbaring di bukit dekat desa. Aku diajaknya terbang menuju ke sana.

"Whoa aku bisa terbang!" aku senang merasa tubuhku merasa ringan.

"Semua orang juga bisa di sini." Balas Nerville.

Para warga di bawah bersujud begitu melihat Nerville terbang di atas mereka. Kami mendarat dengan sempurna di puncak bukit. Nerville memperlihatkan kepadaku pemandangan indah Pulau Faore dari atas sini.

"Thomas? Sadarlah! Kami ini temanmu!" ucap suara laki-laki yang familiar.

Thomas? Siapa itu? Aku ini Argiel. Aku membuka kedua mataku dan melihat situasi yang mengerikan. Para siren melawan para prajurit.

"Argiel! Awas!" Dora meluncur dan menendang pria yang tadi mencoba membangunkanku.

"Kak Dora? Aku di mana? Bukannya tadi kita ada di desa?" tanyaku pada Dora dan mencoba berdiri. Tubuhku terasa kelelahan, kuambil tongkat sihirku dan berdiri di balik Theodora. "Mana Nerville?"

"Thomas! Aku Atmaja! Kuti dan Romanova mencarimu!" seru pria berbaju zirah memegang tombak itu.

"Thomas siapa? Aku Argiel!" kataku.

"Sayang!" teriak seorang wanita berambut sebahu hitam menggunakan panah. "Kamu! Kamu apakan dia!"

"Ku ... ti?" Eh, nama siapa itu. Kepalaku mulai sakit lagi.

"Kamu ini Argiel," Kak Dora berusaha menciumku. Tapi aku menolaknya, di dalam diriku ada dua buah suara. Yang satu lagi mengatakan aku ini Thomas satunya lagi mengatakan aku ini Argiel.

Pria berbaju zirah itu maju menerobos kepungan siren yang menyerangnya dan mengayunkan tombaknya untuk melukai Kak Dora. Dora berhasil menangkisnya dan menggendongku pergi.

"Ayo Argiel," kata Dora. Dia melompat dari satu atap ke atap bangunan yang lain.

"Ini dia, utusanku yang dicuri." Terdengar suara menggelegar dari sebuah bola mata hitam di atas langit. "Nerville, jangan jadi pengecut dan keluarlah menghadapiku. Bergabunglah denganku untuk mengalahkan dewa tua."

Sebuah sabit muncul dan menyabit kepala Dora. Namun Dora yang kehilangan kepalanya itu mencair dan meleleh. Sialnya kami saat ini sedang terbang, aku terjatuh dengan keras ke tanah. Para siren mengerumuniku dan membawaku pergi.

Namun ribuan panah dari langit membunuh mereka semua. Seorang wanita datang dan memelukku. "Thomas!"

"Kuti, berikan padaku sebentar. Aku akan membersihkannya dari pengaruh dewa gila itu."

"Oh kejamnya kamu memanggilku seperti itu Maria, padahal aku kakakmu." Nerville muncul dan menyerang Kuti dengan sihirnya. "Hei kamu! Dia milikku, dia bernama Argiel, bukan Thomas lagi."

Gadis bernama Kuti ini menyeretku untuk masuk ke dalam rumah warga. "Thomas! Kamu itu Thomas! Argiel hanyalah buatan dari Dewa 111!"

"Enyah dari hadapanku kau!" aku menamparnya dan mencoba berdiri. Semua tubuhku terasa sakit. "Kak Dora?"

Atap rumah ini ditembus, Theodora datang dan bertarung dengan Kuti. "Jangan ambil kekasihku! Minggir kamu dan biarkan kami pulang!"

"Tidak!" jawab Kuti.

Mereka berdua beradu serangan dan beladiri dengan belati mereka. Dora mengayunkan belatinya ke arah pundak kanan Kuti. Tetapi Kuti menghindari dan menendang perut Dora. Kemudian menjegalnya dan hendak menusuk Dora dengan belatinya.

Tapi sebuah akar muncul dan menghalau tindakannya. Haziel muncul dan melemparkan Kuti untuk mundur. "Argiel, kamu terluka parah sekali. Ayo kita pulang."

"Minumlah ini." Haziel mendekatiku dan memberikan botol minuman berisi cairan aneh. "Ini untuk mengobati luka-lukamu. Begitu kamu bangun nanti, kamu sudah akan ada di rumah lagi."

Kuti melemparkan belatinya dan menghancurkan botol kaca ini. Sebuah lingkaran sihir muncul dari bawah lantai. Haziel menggendongku dan melompat keluar dari rumah ini melalui atap yang hancur.

Sebuah cahaya sihir mengenai kaki Haziel. Dora menangkapku kembali, "Eits. Hampir saja, Kak Haziel, kloningmu yang satu ini telah terbunuh."

"Kamu adalah Thomas. Bukan Argiel, sadarlah."

Suara siapa itu? Aku melihat bibir Dora dia tampak tidak bicara sama sekali. "Turunkan aku kakak. Aku bisa berjalan sendiri."

"Berjalan tidak akan membantu. Kapasitas sihirku sudah capai batasannya. Saat ini kita perlu mundur dan menyaksikan Nerville beradu kekuatan dengan 999." Jawab Dora.

Sebuah panah melesat dan mengenai kepala Dora. Tubuh Dora menjadi lendir dan mengurungku ke dalam bola lendir. Aku terjatuh lagi ke tanah dan terpental dengan aman. Kuti berlari mendekatiku dan menggendongku.

"Aku dapat dia! Apa yang harus kulakukan?" tanya Kuti.

"Diam sebentar Kuti. Aku akan berpindah tempat ke sana." Jawab 999.

Sesosok berjubah muncul di hadapanku. Dia mengeluarkan sabit besarnya dan mengarahkannya kepadaku. Rasa sakit yang luar biasa menerpaku. Tubuhku seperti dibelah menjadi dua.

"Siapa namamu?" tanya 999 padaku.

"A-Aku Thomas." Jawabku. "Aku ada di mana? Kenapa tubuhku babak belur begini?"

"Akhirnya. Kuti pegangan erat. Aku akan membawa kalian dan membantuku memenangkan pertarungan dengan 111." 999 memegang pundakku dan pundak Kuti.

Seekor naga berkepala 9 muncul di langit Faore bersama dengan sesosok putri duyung raksasa bersayap. Kami berdua berpindah tempat ke atas bola mata 999. Sebuah lubang terbuka dan kami berdua tersedot masuk ke dalamnya.

Kami menyaksikan pertempuran yang dahsyat. Naga berkepala 9 tersebut mencoba melilit kami. Tapi setiap mendekat semua kepalanya terputus dan muncul lagi tanpa henti.

"Kamu tidak akan bisa mengalahkanku Nerville. Karena kehidupan yang kamu ciptakan. Aku akan mengambilnya dan memakannya." Kata 999. "Aku bahkan tidak perlu berubah sepenuhnya. Kamu sudah separuh kalah."

"Apa rencanamu memerangi para dewa? Kamu mau merusak keseimbangan dunia tua?" tanya Nerville.

"Aku merahasiakannya. Aku perlu membunuh semua dewa di sini dan memakannya untuk bisa ke tujuanku selanjutnya." Jawab 999. "Bisakah kamu diam dan membiarkanku membunuhmu begitu saja?"

"Mustahil, X menciptakan kita untuk saling bersama mengontrol dunia tua. Apa kamu ingin bertemu X lagi?" tanya Nerville. "Untuk apa kamu ingin bertemu ayah?"