Pertarungan mereka berdua masih berlangsung. Kota Singgasana Faore dan beberapa desa di bawah mereka terbakar dan rusak akibat pertarungan mereka. Nerville dan Maria, kedua dewa tersebut saling beradu serangan.
"Untungnya ayah memberiku ini." Nerville menarik sesuatu dari sebuah portal. "Longinus, ini bisa melukaimu."
"Sama." Maria membuka portal dan mengambil sebuah sabit. "Ini Miasma."
Nerville melempar tombak sucinya ke arah Maria dengan cepat. Tiba-tiba 999 menarikku keluar dan memberiku perisaiku. "Tahanlah untukku Thomas. Jangan khawatir, selama jiwamu belum kucabut kamu tidak akan mati."
"Sekarang Haziel, Theodora!" Nerville membuka sebuah portal.
"Halo Argiel, sekarang kamu akan kembali kepada kami." sapa Haziel dan memegang pundakku.
Tombak tersebut mengenai diriku yang tidak berdaya. Rasa sakit yang luar biasa kuterima. Aku lihat poin nyawamu bertahan di 1 saja. 999 tersenyum dan menggunakan kesempatan ini menyerang Haziel dan Theodora.
"Ketemu."
Sabit Miasma dari 999 menebas mereka berdua. Mereka berdua melepaskanku dan terjatuh ke bawah. Serangan berikutnya memutus tangan Nerville. 999 menyabit leher Nerville, tubuh Nerville mencair dan tubuh aslinya muncul di belakang 999.
"Bagaimana kalau kita berdamai?" tawar Nerville. "Kamu tidak kasihan subjekmu menderita kah? Aku lupa kamu dewa kematian. Semakin banyak keributan dan kekacauan, kematian kamu akan senang."
"Kedua utusan kita terluka parah. Bisa-bisa mereka tidak bisa bertarung nanti saat turnamen utusan di hadapan X." Katanya.
"Aku akan menerimanya bila kamu mau bergabung denganku dalam mengalahkan X." 999 meletakkan sabitnya.
Melihat percakapan mereka, aku bangkit dan mencoba duduk. Theodora dan Haziel mendekatiku, "Hai Argiel."
"A-aku Thomas! Bukan Argiel," balasku. "Me-menyingkir dariku."
Kuti muncul dan menjauhkanku dari mereka. "Pergi dari kekasihku. Ayo sayang, lukamu tambah parah."
Kuti mencabut tombak milik Nerville dan membopongku pergi. Romanova dan Atmaja akhirnya menyusul kami. Atmaja membantu Kuti untuk membawaku. "Lukamu parah sekali. Begitu juga denganku."
"Apa y-yang terjadi padaku?" tanyaku. "Saat aku ditangkap oleh mereka?"
"Ceritanya panjang sekali." Jawab Atmaja.
999 muncul di hadapan kami berempat. "Ah ya. Mulai sekarang kita akan berteman dengan Dewa 111. Kalian harus secepatnya pulang ke Ludanes. Karena Majagada masih mengepung Ludanes."
"Dua minggu sudah lewat ya." Kataku. "M-maaf teman-teman."
Nerville, Theodora, Haziel kini muncul di hadapan kami. "Oke. Karena aku menepati janjiku. Aku akan menyembuhkan kalian seperti semula."
"Lalu kamu harus berterima kasih kepadaku Maria. Utusanmu sebentar lagi bisa sampai ke tingkat kedewaan berkat aku. Dia akan menjadi dewa baru." Nerville menjilati tanganku. "Aku iri sekali kamu disayangi oleh X. Tapi pada akhirnya kamu ingin membunuhnya."
"Mau ikut bersamaku Argiel?" tanya Nerville.
"Dia Thomas bukan Argiel." Jawab Kuti dan mengeluarkan belatinya.
"Cuh. Sudahlah, sampai bertemu di lain hari." Nerville dan kedua utusannya menghilang.
Kami menghabiskan waktu 2 hari di sini untuk memperbaiki Pulau Faore. Para siren menjadi jinak dan membantu kami memperbaiki kota. 111 dan 999 muncul dan memerintahkan para warga untuk memperbaiki pulau ini.
Mereka berdua juga membantu dengan sihir mereka untuk mempercepat perbaikan kota. Para fanatik tidak mau bercampur dengan warga yang ingin memuja 999 pun dibuatkan pemukiman sendiri. Kedua belah pihak sama-sama sepakat untuk berdamai dan membuang semua senjata mereka dan melarang penggunaan senjata untuk bertempur. Sebagai gantinya bila Pulau Faore dalam bahaya, salah satu utusan akan muncul dan menghilangkan bahaya tersebut.
Aku melihat sesuatu hal yang berubah dari Atmaja. Dia tidak lagi mengenakan lencana ordo kesatrianya. "Di-di mana lencana Ordo Kesatriamu?"
"Aku buang. Aku tidak ingin lagi bertempur untuk Ordo Kesatria." Jawab Atmaja. Dia menaruh beberapa papan kayu yang ia bawa dan meregangkan badannya. "Lebih baik aku ikut berpetualangan bersama kalian."
"Berduel denganmu saat melihatmu dikendalikan oleh Dewa 111 membuatku sadar. Aku tidak akan berkembang bersama Ordo Kesatria." Atmaja mendekat kepadaku. "Juga melihat banyak keburukan dari Ordo Kesatria aku memutuskan untuk tidak lagi bergabung."
"Tapi ketika aku pulang ke Ludanes. Pasti grandmaster dan lainnya akan menghukum gantung diriku." Atmaja mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku. "Bagaimana, kamu mengijinkanku untuk ikut denganmu kan?"
"Terima saja!" teriak Kuti dari kejauhan. Tampak dia sedang membantu para penduduk perempuan Faore memasak di dapur umum.
"Baik-la, Baiklah. Aku juga senan-senang mendapat anggota tambahan." Aku menerima jabatan tangannya.
Setelah berpisah dengan para warga. Kami berangkat menuju pelabuhan lagi. Tidak ada kapal berlabuh di sana. Sebuah portal terbuka dan muncul 999 di hadapan kami. "Kalian butuh tumpangan. Di luar pohon suci, banyak warga dan anggota Ordo Kesatria meminta bantuan kalian untuk mengalahkan Majagada. Lalu Nerville bodoh dan mesum itu memberikan ini."
999 memberiku tas dan semua peralatanku kembali. Senang sekali aku bisa menggunakan peralatanku kembali. "Masukklah ke dalam portalku."
Kami berempat memasuki portal yang dibuat oleh 999. Seketika juga kami berempat berjalan melalui dimensi lain. 999 ikut berjalan bersama kami.
"Kamu kan Dewa? Kamu tidak punya kekuatan langsung untuk membawa kami sampai langsung?" tanya Kuti.
"Tidak. Konsep portal ini hanya mempersingkat jarak. Setiap 1 km di sini setara 40km di dunia." Jawab 999. "Lagipula aku ingin berjalan dengan para utusanku."
"Jadi kamu harus memberitahu kami yang sebenarnya 999. Ini bukan dunia game kan?" tanya Kuti kepada 999.
"Nanti kujelaskan saat kalian berdua saja." Jawab 999 mengelak. "Romanova dan Atmaja tidak terlibat."
"Bagaimana dengan Dahlan dan Rosa?" tanya Kuti.
"Nanti saja." jawab 999. "Kita sudah sampai."
999 membuka portal dan kami berempat tiba di dalam kuil. Kami berempat menarik napas lega. Atmaja langsung duduk di kursi berdoa kuil. Romanova langsung terduduk di atas altar. Kuti dan Aku langsung menuju lantai dua dan melihat di luar.
Di luar para warga berdemo dan berusaka merusak gerbang besi yang berada di kedua ujung jembatan untuk ke sini. 999 muncul di hadapan kami, "Yah. Kalau sesuai rencana kalian bisa kabur dari sini sih. Tapi karena 111 kalian jadi menghabiskan banyak waktu di Faore."
"Di luar tembok kota ada apa?" tanya Kuti.
"Pasukan Majagada mengepung semua akses ke kota ini. Pasukan Ordo Kesatria dari kota lain tertahan di luar sana." Jawab 999.
"Aku meminta kalian untuk dari dalam mengalahkan prajurit Ordo Kesatria dan membuka gerbang bagi mereka." kata 999.
"Kami masih capek." Ucap Kuti.
"Jangan khawatir." Nerville muncul di samping 999. Dia merapal suatu mantra kepadaku dan Kuti. "Sekarang kalian sudah segar kembali dan pulih."
"Ayo bantai mereka semua." Nerville memegang daguku.
"Jangan sentuh kekasihku." Kuti menurunkan tangan Nerville. "Kamu seorang dewa tidak seharusnya punya hubungan dengan manusia."
"Eh? Tapi tanpa aku kamu tidak akan bercinta dan memiliki nafsu dan nyawa." Dewa 111 tertawa.
"Kuti keluarlah. Ini penting bagi Thomas untuk mendapatkan kekuatan baru lagi." perintah 999.
"Kalau kamu yang meminta baiklah. Tapi jaga dia dari dewa cabul ini." Kuti meninggalkan ruangan ini dengan marah.