Chereads / Alenaa / Chapter 21 - Bagian 21, Tempat Penuh Luka

Chapter 21 - Bagian 21, Tempat Penuh Luka

Bagian 21

Tempat Penuh Luka

Karena ruang yang telah ku buat lebih dulu, Ia telah masuk terlebih dahulu. Ia telah menetap lebih lama, Tatapnya tak pernah terganti seharipun ya aku tau ini semua tentang obsesi sementara yang hanya akan menjadikannya lebur kembali dan tumbuh kembali setelah melihat nya. Obsesi membuat hidup, Namun sekalinya tak melihat nya semuanya tengah hancur. Kali ini logika akan selalu menang di mana pun karena memang logika akan selalu berada depan bahkan logika adalah sebuah kemenangan dari apapun. Logistik.

Ruang itu telah lama tak di huni, Siapapun kapanpun. Tak ada suatu hal pun yang dapat menggantikannya. Karena memang dari awal semua hal telah tidak baik baik saja, Karena semua rasa sakit yang telah aku pahami sekarang sudah berhenti. Kembali menjadi percaya adalah satu satunya jalan untuk memenangkan pikiranku, Karena semua tercipta karena niat. Apa yang aku tunggu tentang Kepulanganmu itu tentang sebuah nyata dalam langit, Langit yang selalu membuat burung selalu terbang, Keindahannya menawan bahkan tak pernah bisa di gengam apalagi di miliki. Karena memang dari awal mereka tengah di miliki oleh orang lain. Setelah kita sedari dari awal ternyata kita tidak berdiri di atap yang sama. Kita tidak menetap pada bangunan yang sama. Kau bisa melihatku tengah kesusahan akan kerusakan rumahku, Namun kau hanya melihatnya dengan wajah manis dan menggemaskan. Iya dam bodohnya aku menolak semua penawaranmu.

Dulunya aku tak pernah sadar akan hal ini, Dulunya aku tetap menutup mataku untukmu, Bahkan hanya ku gunakan telingaku untuk mendengarkan suaramu, Iya itu menyakitkan. Akan ku gunakan lagi suara itu ubtuk mengingatku, Tempat itu dan kejadian yang sangat menyakitkan itu. Aku takut, Semua hal dan tempat yang membuatku benar benar terluka aku merasa tak pernah aman di manapun, Iya di mataku semuanya luka. Semua hal mengingatkanku pada luka, Aku penuh luka. Sadar tak sadar aku menempati pada diri yang tak berguna ini, Aku tetap mendengarkannya, Melihatnya, Bahkan bodohnya aku masih melindunginya. Aku benar benar tak akan pernah bisa menjadi apapun untuk diriku. Aku selalu miminta bahkan memohon untuk semua orang membenciku. Kedengerannya itu adalah hal yang sangat sepele dan wajar, Namun aku menyangkal. Ini sungguh menyakitkan. Aku tak pernah mau lagi berada di tempat itu lagi, Tempat terik panas matahari dan kegagalanku untuk menghargai diriku sendiri. Itu lelah. Mataku, Badanku, Suaraku, Telingaku, Tanganku, Batinku semuanya lelah. Aku hanya ingin semua hal berjalan sesuai kehendakku, Sejak terik panas hari itu, Aku merubah semua hal menjadi semu, Dan tidak akan hidup lagi. Aku akan melepasnya perlahan, mengurangi ekspetasiku dan menerima diriku bahwa memang sampah.