Chereads / savior of lov / Chapter 4 - vokalis utama di band

Chapter 4 - vokalis utama di band

"Alaska!" 

Cewek kuncir satu itu menoleh menatap loli yang berjalan kearahnya. Senyum loli terus mengembang sejak tadi.

"Loli?" Alaska yang tengah mencuci tangan di wastafel pun menghentikan aksinya dan menatap loli. Cewek bule yang memiliki paras cantik dengan gaya rambut yang cukup modern. Rambut nya berwarna hitam namun jika rambutnya menyibak akan muncul blonde hair yang terlihat memukau. Dia pun ikut bersandar pada wastafel dengan menghela nafas panjang.

"mau langsung pulang?" Tanya loli.

Alaska mengangguk kaku. Lagi pula senja sudah terbit sejak 2 jam lalu. Tidak terasa hampir gelap secara menyeluruh.

"Oh iya, bagaimana perasaan mu ketika kakakku mengajakmu bergabung" 

Alaska mengulum senyum paksa, sebenarnya dia memang cukup kaget dengan tindakan El. Tapi lebih dari itu, dia sangat menikmati.

"Cukup kaget si, ternyata El menilai suaraku" ucap Alaska mencoba menahan senyum ketika ia membayangkan sentuhan tangan El di kulit nya.

"Al, kau harus sering kesini, karena sekarang kau adalah vokalis utama di band kita! Ingat, jangan sampai membuat kak El marah!" Ucap loli memperingati Alaska. 

Saat sedang serius begini, wajah loli terlihat sangat mirip dengan El, mereka itu bagai pinang dibelah dua. Sangat mirip.

"Iyaa, aku ngerti!" Alaska melepas senyum yang menular sampai loli pun ikut tersenyum manis.

"Sejak kapan band ini terbentuk, lol?" Tanya Alaska seketika membuat tangannya di pukul loli. "Lol, lol, apaan? Loli..!" Geramnya dengan tatapan nyalang.

"Pffft... Iya maaf, loli!" 

"Band kita sudah ada sejak SMA kelas 1. Belum terlalu lama tapi sudah terkenal di kota bahkan bisa sampai luar kota saking terkenalnya!" Ucap loli bangga.

"Kok bisa? Padahal lagu lagunya kebanyakan nge-cover punya penyanyi lain deh.." gumam Alaska.

"Yaaah, terkenal itu tidak hanya dengan musik atau lagu lagunya, Al. Kalau membernya aja ganteng ganteng ya sudah pasti meledak penggemar nya sampai berbagai kota!" Kata loli.

"Iya juga si, secara kan El tampan apalagi Galang" Alaska mendongak pada langit langit atap. Loli terus memperhatikan cewek yang semula ia pikir adalah pendiam itu.

"Ceritakan sedikit dong, awal mula terbentuknya band ini .. aku hanya ingin tahu sejarah nya saja, kan sekarang aku juga adalah salah satu membernya" 

"Oke, aku bakal ceritakan mulai dari saat kak El ikut audisi Indonesian idol!" Loli manggut manggut kepala.

"Dia gak Lolos pada saat itu, dan karena ngerasa suaranya fine fine aja, dia pun mengajak aku ikut serta dalam video klip yang ia buat dengan lagu dan musiknya sendiri" 

"Keren si menurut ku, gara gara dia aku juga ikut terekspos ke dunia Maya. Banyak yang mengenal ku lewat Internet dan banyak juga yang meminta kami mengcover lagu lagu dari penyanyi pop lainnya" 

"Ide ngebentuk band ini dari siapa?" Celetuk Alaska penasaran.

Cewek itu menunjuk dirinya sendiri dengan tampang datar. Alaska hanya bisa terkejut dalam diam. 

"Waw, kau sangat kreatif," puji Alaska.

"Hmmm, aku tidak sedang menerima pujian" ucapnya datar.

"Lalu, kenapa kalian bisa merekrut Galang juga?" Tanya Alaska kepo. 

"Dia itu juga teman kami, dan walau tidak terlalu pandai bernyanyi dia tetap memiliki suara bagus di saat saat tertentu... Makanya kami memberi dia posisi sebagai drummer saja, soalnya dia cukup ahli di bidang itu" ucap loli. 

Sebenarnya ia ingin menceritakan sisi baik Galang, tapi mengingat Galang suka mengganggunya ia jadi mengurungkan niatnya.

"Kami juga punya satu member lagi,namanya Sintya! Dia bermain piano" 

"Ohh, jadi, Galang seorang drummer, El seorang gitaris dan vokalis juga, Sintya dengan piano, lalu kau apa?" 

"Aku ini juga vokalis band kita, dungu! Sebelum kau masuk, akulah yang memegang posisi itu!" Kata loli.

"Itu artinya, kau dan aku sama sama vokalis!" Girang alaska.

"Baguslah jika kau menggunakan otakmu" ucap loli.

"Kalian berdua, ngapain disitu!" Galang mendekat. Cowok tinggi dengan kulit putih bersih itu berdiri di samping Alaska. Loli mendelik sinis. Keluar sudah sifat buaya daratnya si Galang. Entah mau apa lagi dia.

"Hai, Alaska" sapanya dengan senyum lebar. Puji Tuhan dia memang tampan. Pemilik gummy smile itu meneteskan air dari rambutnya yang masih basah sehabis mandi.

"Pantes harum... Baru mandi" ujar loli dengan sinisnya pada Galang.

"Yee gak mandi juga aku tetap harum, ya gak Alaska?" Galang menatap Alaska lekat. Sementara cewek di sampingnya hanya menelan ludah paksa.

"I-iya" 

"Ssss, itu Alaska nya gak nyaman! Sebaiknya kau enyah dari sini" loli mendorong tubuh kekar Galang berbalut kain tipis kaos oblong.

"Apasih! Orang mau bicara sama Alaska juga!" 

"His terserah kau saja, bicara sampai mulut berbusa sana! Alaska kau harus selamat dari dia maaf aku tidak bisa bantu" loli bergeser dari sana hendak pergi ke mana. Meninggalkan Alaska berduaan dengan Galang di dapur. Alaska canggung namun Galang terus tersenyum tanpa dosa. Memang tampan tapi juga seram, kalau di lihat lihat.

"Sini, ikut sama aku" Galang menarik lengan Alaska membawanya menuju ruang rehat. Dimana tempat itu selalu di gunakan Anggota band untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan alam dari atas sini. Pemandangan alam indah yang penuh dengan embun dan kabut disetiap paginya.

"Duduk disini" titahnya melepas tangan nya dari Alaska. 

Cewek itu sudah seperti anak kecil yang menuruti perintah ayahnya saja.

Dia terduduk di sofa panjang yang sangat lembut bahannya. Sementara Galang dengan kaleng soda di tangan kirinya mendekati pintu full kaca lalu berdiri sambil menyandar.

"Siapa nama lengkap mu" tanya nya datar.

"Ellery Alaska fidelya..." Jawab Alaska.

"Nama yang cantik, dan elegan" puji Galang. Bibirnya mengecup lubang kaleng soda lalu meneguk isinya sampai habis. Saat jakunnya bergerak naik turun, Alaska hanya bergidik menyaksikan itu.

"Kenalkan namaku Galang Pradikta! Panggil saja Galang" 

"Kamu tau kan aku memegang posisi sebagai drummer di band kita. Tapi kau juga perlu tau aku juga seorang wakil ketua gank disekolah" katanya berhasil mengundang kerutan di dahi Alaska.

"Gank?" Cicit cewek itu

"Ya, El Karan sebagai ketuanya" desis Galang.

"Kau harus berhati hati dengan manusia geblek satu itu, dia bisa mematahkan semangat mu menjadi berkeping-keping, jangan kau pikir dia bisa selembut tampangnya!" Kata nya. Untuk apa informasi tidak berguna itu? Apa Galang sudah tahu kalau Alaska menyukai El? Kenapa dia bisa memberitahu kan hal itu.

"Apa kau tertarik dengan El?" Tanya Galang membuat Alaska terkaget di duduknya 

Galang berjalan mendekat lalu terduduk tepat di samping Alaska dan mereka begitu dekat.

"Kenapa kau bertanya? Seperti namamu mungkin kau juga bisa mendikte lebih baik dari dugaan ku"

kata kata Alaska menusuk gendang telinga Galang. Galang bingung dan menunggu sampai Alaska melanjutkan ucapannya.

"bisa jadi kau seorang yang bijaksana makanya El merekrut mu menjadi wakil nya. Dan kau tahu caranya menilai orang yang baru kau kenal, kau tahu caranya membuka isi hati seseorang"

kata kata dengan bahasa yang membingungkan. Memang benar kata Alaska, Galang memang juga seorang bijaksana dengan perkataannya. Lelaki itu selalu memberikan ekspresi dengan puitis dan dramatis. Kenapa Alaska bisa menebaknya.

"Langsung ke intinya saja" seloroh Galang.

"Yeah, langsung ke intinya saja. Kau mau bicara apa denganku??" Alaska menatap nya dengan senyum yang sulit di artikan oleh Galang. Lelaki itu hanya diam dengan wajah datar kemudian mengerti dengan apa yang dikatakan Alaska. 

"Khhh.... Kau ini lucu juga ya, bisa membalas pertanyaan ku yang belibet dengan cara yang sama. Kau hebat" puji Galang. Dirinya terkekeh pelan menanggapi cewek yang duduk di sampingnya dengan senyum polos.

"Tapi kau tidak mendengar apa kata kata terakhir ku..?" Galang menggoda dengan cara nya menatap wajah Alaska.

"Hah?" 

"Biar ku ulangi... Apa kau tertarik dengan El?" Tanya Galang lagi menahan tawanya.

"Hey, biar ku perjelas! Jangan menanyakan itu jika kau sudah tahu jawabannya" terang Alaska sontak membuat Galang tersedak Suara tawanya sendiri.

"Uhuk! Ja-jadi, kau benar benar tertarik pada si geblek itu?" Kaget Galang. Sebenarnya ia sudah menduga Alaska akan berkata demikian. Terbesit di hatinya ia ingin mengoreksi sedikit isi hati Alaska.

"Apa yang membuatmu suka padanya? Apa karena dia tampan? Atau keren? Atau cinta pada pandangan pertama?" Galang menyerbunya dengan banyak pertanyaan. Alaska menghela nafas panjang, pantas saja loli benci ketika berurusan dengan Galang. Habitual lelaki ini saja sudah menjengkelkan begini.

"Galang, jangan tanya kenapa aku suka sama El. Harusnya kau punya inisiatif untuk mengoreksi diri sendiri agar kau tahu dimana letak kekurangan mu dari pada El. Sehingga aku dapat tertarik padanya!" Kata kata menusuk hati. Galang yang mendengar nya seolah tertancap duri tajam. Kurang ajar cewek itu, dia baru saja bilang kalau dirinya jelek dari El. Ini sebuah penghinaan

"Alasan mu tidak masuk akal, tapi aku sedikit mengerti kenapa." 

"Semua wanita sama saja! Heuhh" 

Galang melengos pergi dengan desis kecil. Lelaki jangkung itu ngambek. Tanpa alasan.

Semua wanita yang ia temui sama seperti Alaska. Sama sama suka dengan yang lebih tampan padahal Galang tidak kalah menawannya

Alaska kembali ke ruang tengah untuk segera berpamitan kepada loli, El dan Galang. Ia sudah harus pulang karena malam sudah menunjukkan wujudnya.

Loli dan El berjalan mendekat kemudian berdiri didepan Alaska.

"Udah malam Al. Mau pulang?" Tanya loli.

Alaska mengangguk pelan. Tak berani menatap wajah bengis El.

"Yasudah, kak El yang antar pulang" putus loli melirik El disampingnya. Cowok itu hanya mendesah pelan tapi tidak menolak.

Alaska paham El mungkin keberatan, tapi tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

"Gak! Gak akan! Alaska aku yang antar pulang!"

Terobos Galang dari arah tangga. Mengapa lelaki puitis itu belum pulang juga? Apa dia tinggal serumah dengan kedua kakak beradik ini.

"El kau tidak usah capek capek antar Alaska pulang, biar aku saja!" Lelaki itu turun dari tangga segera berdiri dengan angkuh di samping Alaska. Tampangnya sudah seperti mengajak El berantem.

"Alaska, ayo pulang" dia menarik lengan Alaska dan tanpa penolakan Alaska mengikuti sementara El mendengus kasar.

Keduanya berjalan pelan kearah pintu dan El tiba tiba kesal.

"Heh sapu lidi!" 

Galang membalik tubuh menatap tajam pada El yang sedang berdiri dengan tangan di kedua saku celananya.

"Biar aku yang antar dia pulang, kau lupa kau belum menyelesaikan tugas fisika mu? Jangan berlagak seperti Hero deh!" Ucap El dengan nada mengejek. Galang benci fisika, mendengar kata itu dari mulut El membuatnya harus menggigit gigi.

"Mulutmu ku sumbal, ya! Tugas fisika ku sudah selesai dan sekarang aku bebas berbuat apa saja!" 

"Lepas tangannya!" Titah El melirik tangan mereka berdua. Loli disampingnya berdiri melipat tangan di dada.

"Ga mau!" Kekeuh Galang.

"Lepas!" 

"Ga"

"Lepas bangsad!" 

"Nyari ribut ya kau!??" Galang tak mau kalah. Dan El tetap memaksanya melepas tangannya.

"Sialan" umpat El.

"Hehhh kalian berdua jangan ribut dong! Mending suit aja biar tahu siapa yang mau antar Alaska pulang!" Putus loli memberi solusi 

"Oke!" Galang dan El berjabat tangan kemudian suit di udara. Naas bagi El, galanglah yang menang. Dan lelaki itu tersenyum sumringah menertawakan kekalahan El.

"Tu kan.. aku yang menang, sudah yok. Alaska kita pulang!" Galang kembali menarik lengan cewek itu.

"Memangnya kau tau dimana rumahnya?" Ledek El 

"Alaska ngasih tau!" Balas Galang dengan nada mengejek.

El diam. Melirik cewek kuncir satu itu dengan lekat. Sementara Alaska menunduk mengikuti Galang yang menariknya keluar.

***

"Al!!!" 

"Ga usah teriak" oceh Alaska ketika pengendara motor itu memanggil namanya.

"Rumahmu Dimana?" 

"Haa..?!!"

"Rumahmu dimana..!!!!" Teriak Galang agar Alaska mendengar.

"Oh, nanti ku beritahu" 

"Kau senang tidak pulang denganku!!" 

"Tidak" 

Lelaki itu cemberut sungguh Alaska terlalu jujur. Menyakitkan.

Keduanya saling berteriak sepanjang perjalanan menuju rumah. Galang tak henti hentinya bertanya banyak hal yang membuat telinga Alaska panas di tengah semilir angin malam. 

dont forget to give me your coment