Chereads / savior of lov / Chapter 8 - detektif Arjuna

Chapter 8 - detektif Arjuna

Alaska berjalan dengan langkah cepat di koridor. Pandangan nya menunduk dengan lekuk wajah serius. Ia ingin mendatangi tempat kejadian perkara dimana area itu masih dalam pengawasan garis polisi. 

Sesampainya ia disana, Alaska berdiri dengan wajah sendu. Ia meminta maaf berkali kali di tempat itu karena ia merasa Karina dan dara masih ada disana. Setiap malamnya Alaska selalu bermimpi hal yang sama. Arwah Karina dan dara tidak tenang. Mereka meminta Alaska untuk menyelesaikan kasus mereka agar mereka tenang. Alaska tak mengerti mengapa harus ia yang di datangi oleh arwah mereka dalam mimpi. Apakah Kayla juga di datangi arwah dalam mimpi nya?

Peristiwa itu terjadi seolah murni kesalahan Alaska sehingga banyak orang yang memandang sebelah mata padanya. Alaska bahkan tidak ikut campur soal kematian Karina dara. Tetapi beberapa hari belakangan ini mengapa masih ada yang menggunjing namanya.

"Aku lihat sendiri ada Alaska disana! Mungkin kah dia yang melakukan nya?" 

"Alaska ada disana. Pasti dia yang merencanakan kematian Karina dan dara. Iyakan?" 

Pernyataan nan dugaan yang sebenarnya salah terdengar mengulang di telinga nya membuat dirinya harus merasakan rasa bersalah yang sebenarnya Kayla yang harusnya rasakan.

"Karina... Dara..." Lirih Alaska

Alaska tidak menangis saat berdiri merenung disana. Ia hanya menyesali diri sendiri karena tidak mencoba membeberkan kebenaran. Kasihan Karina dan dara. Alaska seperti pecundang dan pengecut. Ia tahu siapa pelakunya tapi tidak pernah mau melapor pada polisi.

"Dek?" 

Suara seseorang mengagetkan nya. Alaska menelan ludah untuk menetralkan perasaannya. Ia membalikkan badannya untuk melihat siapa di belakang garis polisi itu.

Alaska menatap lekat seorang pria jangkung yang berdiri di depannya. Rasanya sangat familier tapi ia tidak begitu yakin siapa orang itu.

"Kau tidak apa apa kan?" Arjuna mendekat menanyakan kondisi Alaska.

"Seharusnya kamu ga berdiri disini, masuklah ke kelas" ujar Arjuna.

"Detektif..." 

Mendengar suara lirih Alaska, Arjuna mengangkat alis.

"Kenapa? Bicaralah!" Arjuna menuntun Alaska untuk bicara apa adanya.

"Aku.. aku mau jujur" 

Arjuna tak menjawab. Ia membiarkan Alaska untuk nyaman di depannya.

"Aku tahu siapa yang menyebabkan kematian Karina dara" 

Mata Arjuna membelalak sempurna mendengar penuturan Alaska. Tanpa sadar Ia merengkuh bahu Alaska.

"Kau yakin dengan perkataan mu barusan?" Arjuna mencoba mengorek informasi.

"Iya.. aku tahu semuanya" 

Arjuna menghela nafas lega. Akhirnya setelah hampir seminggu kasus Karina dara belum terpecahkan. Hari ini ia mendapatkan sedikit kelonggaran yang mungkin saja akan membantu nya memecahkan kasus ini.

Arjuna ingin Alaska tidak terbebani dengan kesaksian nya. Ia membawa gadis itu menuju ruangan BK yang telah kosong. Lalu meminta kesaksian Alaska.

"Jangan gugup, katakan semua yang kamu tahu" 

"Kesaksian sekecil apapun akan sangat berarti bagi kami" Arjuna duduk di kursi layaknya seorang yang mulia hakim sementara Alaska adalah terdakwanya.

"Siapa namamu?" 

"Alaska!" 

Arjuna mengernyitkan dahi. Nama yang sama seperti adik kecil yang kenal selama di panti asuhan dulu.

"Ellery Alaska fidelya?" Arjuna menyebutkan nama lengkapnya lalu di angguki pelan oleh sang empu.

"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" Alaska bingung

"Jadi, kau adalah Alaska? Alaska kecil yang dulu sering mengambil rotiku?" Arjuna bangkit dari duduknya dengan keterkejutannya. Ia baru tahu ternyata Alaska adalah bocah Yang sama dengan bocah yang pernah mencuri sepotong roti di genggamannya.

"Kak- Arjuna?" Alaska tak kalah kaget. Semua yang di katakan Arjuna benar adanya. Waktu di panti asuhan ia sering mencuri roti selai Yang Arjuna makan. Ia begitu dekat dengan Arjuna dulu. Dan sekarang mereka kembali di pertemukan oleh sebuah kasus bunuh diri.

Alaska juga baru menyadari satu hal. Ia tidak melihat name tag Arjuna yang menggantung di lehernya sedari tadi.

Namanya juga sudah berubah.

"Arjuna andriwinata?" 

Alaska mengeja nama itu. Mungkin saja nama belakang nya 'andriwinata' itu adalah nama keluarga yang dulu mengadopsi nya menjadi anak angkat. 

"Iya, Al" Arjuna merentangkan tangannya dengan senyum lebar. Senyumannya ternyata masih sama seperti dulu. Alaska tidak mengingat terlalu jelas namun ia bisa merasakan kenangan masa lalu kembali melintas di depan matanya. Alaska memeluknya erat. Baginya Arjuna sudah seperti kakak laki laki yang sayang padanya. 

"Kakak kemana saja!!" Alaska tak melepaskan pelukannya. Ia menangis dengan terisak-isak.

"Al maafkan aku, setelah aku di adopsi aku tidak dapat mengunjungi mu dan panti lagi. Karena aku di sekolahkan di luar negeri makanya bisa jadi detektif hebat seperti ini" Arjuna membelai lembut pucuk kepala Alaska. 

"Aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini! Cantiknya makin nambah" 

"Kakak aku sangat rindu, kenapa tidak bilang kalau kau dulu sudah di adopsi! Aku mencarimu kemana mana dan Rheya hanya bilang kalau kau cuma pergi sebentar" 

"Rheya bilang begitu?" Arjuna menciumi pucuk kepala nya.

"Iya..."

"Baguslah, dan setelah dia bilang begitu kau tidak mencariku lagi kan?" 

"Tidak, tapi- " 

"Tidak usah banyak ngomong! Aku sudah datang padamu adik kecilku yang suka mencuri roti! Jangan cengeng " 

"Tapi kau tidak menemui ku dulu" 

"Maaf maaf, dimana mana yang aku tahu, kalau habis pulang merantau yang di cari duluan yah kekasihnya dong bukan adiknya" 

"Kekasih? Kau sudah punya pacar?"!

"Sudah dong"

"Siapa??"

"Nanti juga tau" Arjuna bersikap manis pada Alaska. 

Sedetik kemudian Arjuna kembali serius.

Ia ingin tahu kenapa Alaska ada hubungannya dengan kasus yang mau ia pecahkan itu.

"Kau bilang kau tahu semuanya tentang kasus ini?" 

Alaska terdiam. 

"Al?" 

"Iya, aku tahu siapa dalang dari kematian Karina dara"!

"Ceritakan semuanya padaku, berikan bukti bukti yang mendukung kesaksian mu, aku akan melakukan apapun untuk memecahkan kasus ini dan menarik pelakunya kembali" 

Alaska mengangguk.

***

Meera terus menghubungi nomor kakak angkatnya. Sambil mencak mencak sendiri cewek itu terlihat sangat kesal. Ia ingin pulang saja alias bolos. Sedari tadi dihubungi kakak nya itu tidak kunjung mengangkat nya.

"Kenapa lagi si dia! Tadi katanya mau periksa cctv sekolah lagi. Harusnya dia ada di sekolah ini dong! Kok di hubungi gak angkat angkat!" 

Meera tampak gelisah menunggu kakaknya menjawab telepon. Tiba tiba muncul loli dari arah berlawanan dengan nya. Meera lantas menghentikan loli.

"Loli.!" 

Meera tersenyum melihat loli lagi. Sudah hampir satu Minggu ia tidak bersama sama dengan loli. Loli hanya membalas senyumannya itu.

"Emmh liat El ga?" 

"Engga,"

"Masa si, kamu kan adiknya masa ga tahu El dimana?"

"Cuma adiknya meer, kita bukan kembar Siam yang kemana mana musti lengket" 

"Terus, El kemana?"

"Ya ga tau, kamu sendiri kan pacar nya ko ga tau dia dimana?" Loli dongkol.

"Kalian berantem ya??" Selidik loli membuat Meera terdiam

Meera tak ingin loli tahu apa yang terjadi antara mereka. Ia tidak mau loli semakin memisahkan mereka. Secara loli sudah mulai curiga dengan gelagat nya. 

"Ga berantem, sebagai pacarnya aku justru kangen sama dia!" Meera berujar jutek.

 ~⁠⊙⁠෴⁠⊙~

"Jadi begitu kronologi nya" 

Arjuna mengusap dagu ketika melihat video yang ada di ponsel Alaska. Meski hasil rekaman video nya terlihat buram, tidak menutup kemungkinan kecurigaan terbesarnya tetaplah menuju pada Kayla. 

Alaska berdiri dengan kedua kaki keram. Menunggu keputusan Arjuna secepatnya.

"Kak, Kayla tidak pernah ke sekolah. Apa jangan jangan dia kabur?" 

Arjuna mendongak. Ia menghembus nafas panjang kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Ia ingin menyalin video dari ponsel Alaska ke ponselnya sendiri.

"Terima ini" 

Arjuna menyodorkan ponsel yang langsung di terima oleh Alaska dan di taruh ke dalam saku rok.

"Kamu jangan takut Alaska. Kamu hanya perlu ikuti instruksi ku sampai kasus ini terpecahkan, hm?" Arjuna berujar mantap memegang kedua pundak Alaska.

Tatapan Arjuna sungguh teduh dan sekaligus tegas. Rasanya berbeda dengan waktu kecil dulu, Arjuna lebih lembut dan halus. Mungkin karena profesi nya sebagai detektif ia jadi terbawa suasana pekerjaan nya.

"Apa kamu mau jadi asisten detektif? Kita selesaikan kasus ini sama sama. Jangan takut" 

Arjuna senyum. Sekali lagi Alaska merasa bahagia. Awalnya ia tidak yakin bahwa Arjuna adalah kakaknya di panti asuhan. Tetapi dirinya merasa aman dan nyaman saat berada di sampingnya. 

Alaska pun mengangguk dengan senyum.

"Kakak!" 

Alaska dan Arjuna bersamaan menatap kearah pintu. Disana berdiri seorang Meera dengan tatapan nyalang.

Cewek itu seperti tengah marah dan kaget disaat yang bersamaan. 

meera ngapain disini?

Pikir Arjuna. Arjuna melepas tangannya dari Alaska.

Cewek rambut gelombang itu mendekat dengan kedua alis hampir menyatu. Ia berdiri di samping Arjuna sambil menatap keduanya bergantian.

"Kak Juna, Alaska..?" Cicitnya

Alaska tak tahu kalau ternyata keluarga Meera lah yang dulu telah mengadopsi Arjuna. Sehingga wajar saja jika Meera memanggil Arjuna sebagai kakak.

"Meera, sedang apa kamu disini?" 

"Kakak yang sedang apa disini!? Aku cari cari ga ketemu taunya berduaan disini sama dia!" 

"Meera, kan sudah kakak bilang kamu tidak usah cari kakak! Nanti juga disamperin" 

"Ya aku mau pulang! Kakak harus anter aku pulang" 

Alaska hanya terdiam menyimak. Ketika Meera melihat nya muncul semburat kemarahan di wajahnya.

"Alaska sedang apa kamu sama kakak ku disini?" 

"Meera... Kau dan kak Arjuna.. adek dan kakak?" 

"Iya, baru tahu ya?? Walaupun bukan kakak kandung si!" Meera melipat tangan di dada dengan angkuh. Arjuna hanya diam menyimak.

"Jadi, andriwinata itu... Marga dari keluarga nya Meera?" Kini Alaska menatap pada Arjuna menunggu pria itu menjawab.

Arjuna hanya mengangguk dengan anggukan pelan.

"Tadi ngapain kakak pegang pegang dia!" Meera menatap kakak angkatnya tajam.

"Kenapa? Ga boleh?" 

"Kalau Alaska mengizinkan, apa salahnya?" 

Arjuna memegang tangan Alaska lembut lalu menatap meera tak kalah tajam.

"Wah bener bener. Kakak suka sama Alaska?" 

"Bicara denganmu hanya buang buang waktu saja! Kau juga tidak akan mengerti jika dijelaskan!" Arjuna jengah.

"Kak, jelaskan padaku" bisik Alaska pada Arjuna. Ia ingin Arjuna sendiri yang membuat nya paham kenapa bisa Arjuna dan Meera berhubungan satu sama lain.

"Hey Alaska, aku mau ambil balik kakak ku dan pergi dari sini jadi tolong lepaskan tanganmu darinya" Meera menatapnya sinis. Alaska sontak melepas tangannya yang masih bertautan dengan Arjuna.

"Alaska, nanti kita bicara lagi, ya. Aku pulang dulu" Arjuna berucap ketika tangan satunya sudah di seret seret Meera untuk keluar dari sana. Alaska hanya terdiam berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Di tempat lain. Di mana Rheya baru mau pulang dari kerja. Ia tidak sengaja melihat seseorang yang pernah ia lihat tempo hari. Orng yang sama dengan yang ia lihat di toko kue. Rheya memerhatikan nya secara seksama sampai pria tua itu menunjukkan secara keseluruhan wajahnya.

Rheya benar benar terkejut melihat wajah itu. Bukan lagi curiga tetapi dia benar benar yakin pria itu adalah pak Romeo. Ayah kandung nya dan Alaska. Rheya terpaku di tempatnya berdiri. Ia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan ayah nya setelah sekian lama. Pak Romeo memang meninggalkan nya sejak usia 5 tahun tapi ia masih bisa mengingat jelas wajah ayahnya lewat foto foto yang terpajang dan cerita dari ibu panti mengenai ayah nya.

"A...ayah" lirih Rheya.

Tak ingin salah menduga Rheya cepat cepat membuka ponsel dan mencocokkan foto didalam ponsel dengan pria yang sedang berdiri bersama istrinya itu. Mereka terlihat mirip meski warna rambut yang membedakan. 

"Itu ayah kan..." 

Ternyata pria tua disana juga menyadari Rheya sedang menatapnya dari parkiran. Pria tua itu tampak mengernyitkan kening begitu melihat ada Rheya. pak Romeo tak mungkin tahu dan ia tak mungkin kenal dengan anaknya sendiri. Secara sudah bertahun tahun ia meninggalkan anak anaknya itu.

"Pah, mengapa wanita muda itu menatapmu seperti itu?" Ujar istrinya ketika bersitatap dengan Rheya.

"Papah ga tau, tapi sepertinya dia mengenal kita ya mah" kata pak Romeo kepada istrinya.

"Ah masa si... Kayaknya engga deh pah" 

Rheya merasa kedua bola matanya perih karena sedari tadi ia tidak pernah berkedip. Saat ia mengucek ngucek matanya saat itu pak Romeo dan istrinya telah berpindah tempat, sehingga Rheya tak dapat lagi menemukan keberadaan mereka.

"Aku yakin betul pria itu ayahku! Ayah kandungku dan Alaska! Dia tidak mengenalku sama sekali. Karena dia meninggalkan kami sejak umur 5 tahun dan Alaska masih 3 tahun"