Loli menahan El di depan pintu kamarnya. Cewek itu berdiri sambil bersandar dengan tatapan lekat pada El yang baru saja pulang dari sekolah.
"Kenapa baru pulang?"
El tak menjawab. Ia berlalu tanpa mempedulikan loli di sana.
Loli menghembus nafas sambil terus memperhatikan gerak gerik El. Dari pemuda itu melepas tas sampai membuka baju seragamnya.
"Masih mau disitu?"
Loli terdiam di tempatnya saat El kini hendak membuka baju.
"Aku mau ganti baju, keluar sana!"
"Dih, ngusir. Yaudah santai aja kale!"
Loli menyingkir dari pintu kamar El. Membiarkan kakaknya ganti baju saja dulu sementara ia terduduk di sofa sambil mengemil kue kering yang ada di toples.
Ia masih mau menunggu kakak nya keluar dari kamar. Dia tampak lesu sehabis dari sekolahnya.
El sudah selesai ganti baju dan langsung berjalan menuju dapur. Ia ingin makan siang dulu sebelum melakukan hal lainnya.
"Kak,"
El tidak menjawab atau pun balas menatapnya. Loli tidak mengapa sebab bukan hanya kali ini El bersikap dingin.
"Kenapa jelek begitu mukanya?"
El berhenti mengacak acak perabotan dapur. Mata tajamnya menatap loli sampai cewek itu tersedak kue kering akibat kaget di tatap El.
"Maksud aku kenapa lesu gitu mukanya kayak habis marahan sama siapa juga"
"Banyak tanya, mending masakin kakakmu makan siang"
"Okay. Mau menu apa kak? Nasi goreng?"
"Apa saja, yang penting enak"
"Okay"
Loli meninggalkan toples kue kering diatas meja lalu siap bertempur dengan alat masak di dapur sementara El menuju meja sambil menenteng piring dan sendok yang kosong.
"Lol"
Loli menatap kakaknya tajam. Mengapa di seluruh dunia ini orang orang harus memanggilnya dengan sebutan 'lol' sungguh sangat tidak enak di dengar.
"Apa"
"Galang sudah pulang belum?"
"Sudah dari tadi. Orangnya lagi molor di atas"
"Pulang jam berapa tadi?"
"Jam satuan. Tadi kita pulang bareng"
"Galang nggak sama Alaska?"
"Nggak. Katanya Alaska di jemput kakaknya"
"Cewek?"
"Cowok deh kayaknya tadi"
"Siapa?"
"Nggak tau"
"Nggak lihat ya tadi?"
"Nggak. Ih kak tanya aja sendiri sama Galang atau nggak telepon Al sekarang juga kalau memang pengen tahu! Berisik tahu nggak"
El terdiam ketika loli mulai marah dan mencermahinya.
"Awas nasi goreng nya nggak enak! Ku goreng juga kau"
"Kalau berani!" Loli menantangnya.
"Berani dong." El tak mau kalah.
"Awshshwhawhwh, kalian berdua bisa diem nggak sih? Berisik nya kedengaran sampai kamar ku"
Galang turun dari tangga dengan rambut acak acakan tampak seperti baru bangun dari tidur. El menarik nafas panjang ketika Galang berjalan mendekat dan ikut duduk di kursinya.
"Lol, nasgor satu"
Loli makin kesal mendengar namany di plesetin jadi lol. Ini mungkin bunda waktu menamakan dirinya dulu suka di ejekin lol kali ya.
"Iyaa!"
Galang menatap El. Orang yang di tatap balas menatapnya sehingga mereka beradu tatap cukup lama sampai makan siang mereka datang.
"Lol"
"Apa!!?"
"Aku sudah putusi Meera"
"Hah? Yang benar?" Loli terkejut mendengar kata El. Ia senang akhirnya kakaknya lepas juga dari jeratan si Meera itu.
"Kenapa kamu senang?" Galang merasa aneh dengan tingkah mereka. Di putusin kok malah senang.
"Meera itu perempuan munafik. Dia orang yang sangat jahat tahu nggak!"
"Kok bisa?"
"Akhirnya aku tahu siapa yang sewa preman buat nakut nakutin aku sampai mau melecehkan aku juga, dia adalah Meera. Dia yang sudah bayar preman buat melecehkan aku supaya nanti dia bisa nolongin aku dan deketin aku biar bisa pacaran sama kak El!"
Galang geleng geleng kepala. Ia tidak pernah dekat dengan Meera ia juga bahkan menjauhkan diri dengan sifat Meera yang selalu lengket dengan El kemanapun perginya. Dan sekarang ia makin tahu sifat Meera seperti apa.
"Bagus deh kalau sudah putus" kata Galang mencicipi nasi goreng nya.
"Kasihan juga kamu El. Nggak pernah pacaran, sekalinya pacaran dapatnya yang munafik" Galang terkekeh mengejek. El hanya diam menikmati makanannya.
"Nggak usah bahas dia lagi. Seperti nya kamu sekarang harus berhati hati Galang. Aku sudah single, jadi aku bisa lebih mudah memenangkan taruhan yang kemarin"
El tersenyum smirk. Niat terselubung nya di utarakan juga.
Galang pun baru tahu ternyata El punya niatan mengejar Alaska seperti dirinya. Meski begitu, Galang tidak ingin hal itu sampai terjadi. Secara El baru saja putus dari Meera dan dia ingin mengejar Alaska pula. Memangnya Alaska cewek apaan? El sama sekali nggak punya perasaan terhadap Alaska. Galang cuma tidak ingin El mempermainkan perasaan Alaska nantinya.
"Coba saja kalau bisa. Lord Galang Pradikta masih berada di garis paling depan"
Galang berbangga diri menggigit sendok yang ia masukkan ke mulut dengan tatapan sengit pada El. Begitupun El yang tidak ingin kalah dari Galang.
"Ku adu juga kepala kalian biar berantem saja sekalian!" Loli tidak mengerti jalan pikiran dua pemuda itu. Taruhan apa yang di maksud mereka loli pun tak tertarik untuk cari tahu.
"Kakak kakak ku yang baik, nanti habis makan di cuci ya piringnya!" Loli berucap sembari pergi dari dapur ingin naik ke kamarnya.
"Lol! Mau kemana, ini piringnya di cuci!" Pekik El tak ingin mencuci bekas makannya.
"Cuci sendiri! Manja banget!" Loli tetap menaiki tangga menuju kamarnya tak peduli El dengan mulut penuh nasi goreng.
"Yang terakhir yang nyuci. Selamat mencuci!" Galang bangkit dari duduknya setelah menghabiskan makanannya. Ia berjalan mengambil air dalam kulkas lalu meninggalkan dapur dan membiarkan El yang mencuci piring bekasnya.
"Sialan kau Galang! Awas ya! Ku buat kau mencuci piring satu baskom nanti!" Geram El melihat Galang kabur.
***
Pukul 14.23 WIB
Alaska baru saja selesai makan siang bersama dengan Arjuna di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor polisi. Sengaja Arjuna memilih tempat itu untuk sekalian mereka mengenang masa masa lalu.
"Kak, makasih ya sudah traktir makan siang"
"Iya, sama sama. Lagian tadi pulang sekolah kamu belum makan kan?"
Alaska mengangguk. Setelah makan siang, Arjuna mengantar Alaska pulang kerumah. Penyelidikan untuk mengumpulkan bukti bukti kuat nya cukup sampai hari ini ini dulu. Mungkin besok akan di lanjutkan lagi.
"Oh iya, malam ini akan ada pesta ulang tahun di rumahku. Kamu ikut ya Al. Jangan lupa ajak orang rumah"
Alaska mengernyit dahi.
"Siapa yang ulang tahun kak?"
"Meera yang berulang tahun. Jangan lupa datang"
"Tapi kak..."
Arjuna sudah berada di sisi lain mobil dan hendak memasukinya jadi ia tidak mendengar apa yang Alaska ingin bicarakan. Sudahlah biar nanti saja ngomongnya. Sekarang Alaska akan di Antar pulang.
Sepanjang perjalanan menuju pulang, Arjuna banyak menceritakan tentang pengalaman hidupnya setelaj meninggalkan panti dan sebelum menjadi detektif. Alaska sangat takjub mendengar kisah itu. Kisah yang akan menjadi panutan Alaska untuk terus semangat menggapai cita cita.
Tidak terasa mobil sudah memasuki pekarangan rumah nya. Arjuna pamit pulang karena habis ini langsung ke kantor polisi lagi. Tidak sempat singgah deh.
"Bye makasih ya kak!"
"Bye, sampai ketemu nanti malam!" Arjuna melesat dengan mobilnya.
Oh tidak nanti malam ada manggung bagaimana cara ia membagi waktu untuk kedua kegiatan itu nanti malam.
"Al, ngapain diam disitu?"
Dibelakang sudah ada Tami yang menunggu Alaska. Wanita itu terlihat acak acakan dengan wajah pucat dan lemas.
"Eh Tami kenapa mukamu pucat begitu?"
"Hah benaran ya?" Tami mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk yang melanda. Kasihan juga kakaknya yang satu itu.
"Kau pasti lagi banyak kerjaan ya, mau ku bantu?"
"Boleh deh, itu tolong kemasi dress dress sisa ya di dalam kantong. Tapi kamu ganti baju dulu, makan siang dulu, sudah ku masakin opor ayam barusan masih hangat"
Alaska sebenarnya masih kenyang karena baru saja selesai makan siang. Tapi untuk menyenangkan hati Tami ia harus memakan masakan kakaknya itu. Lagi pula opor ayam sangat enak kalau Tami yang masak.
"Baiklah" Alaska pun ganti baju dan siap siap untuk menyantap opor ayam.
Tami terlihat lelah. Ingin sekali rasanya untuk tidur saat itu juga tapi masih banyak pakaian yang belum ia kemasi dan belum selesai di jahit. Mana yang order waktunya tinggal sedikit.
"Kak, ayo makan bersama. Nanti ku bantu deh pekerjaan mu itu" Alaska berujar dengan mulut penuh makanan.
"Aduh, capek banget. Belum bisa libur lagi" gerutu Tami berbaring di atas pakaian pakaian yang menumpuk.
"Hmm kasihan. Lain kali izin healing lah sama bos" ucap Alaska.
"Kalau dibolehkan ya aku siap healing. Kalau nggak gigit jari aku" Tami memejam mata saking letih nya.
"Tidurlah dulu. Nanti aku yang kemasi, sana tidur, huss!"
"Hmmph ngantukk"
"Yasudah tidur, ngeluh terus!" Alaska mulai kesal.
"Zzzz" sayangnya Tami sudah terlelap diatas tumpukan pakaian. Alaska akan kesusahan mengemasi pakaian itu jika Tami tidak geser dari sana. Hufft merepotkan sekali kakak satu itu.
"TAMI!!! GEMPA BUMI!!!" Pekik Alaska mengguncang tubuh Tami.
"Aaaahhh, mana? Mana?" Tami terbangun karena panik. Seketika kepalanya menjadi sakit dan berdenyut denyut.
"Gempa bumi dicari, aneh" ledek Alaska.
"Alaska! Kurang ajar kamu ya! Kalau aku mati terkejut bagaimana? Senang kamu kagetkan aku ha?"
"Ya makanya jangan tidur di situ! Nanti pakaian nya bau iler tahu nggak!"
"Hiss, mengganggu betul! Padahal sudah masuk alam mimpi bertemu seokjin oppa"
"Dih, seokjin oppa nggak gey"
"Aku cewek goblok!"
"Hehe"
Alaska terkekeh kecil melihat kekesalan Tami di saat dirinya sedang sakit. Tamipun lekas memasuki kamar dan beristirahat di sana. Sementara Alaska sudah selesai makan dan mulai beres beres.
Ponsel nya bergetar di dalam saku rok seragam yang belum ia lepas. Satu panggilan telepon dari loli.
"Halo, kenapa lol?"
["Plis namaku loli"]
"Iya iya, loli kenapa?"
["Aku mau ngasih tahu nanti malam kita bakalan manggung di acara pesta ulangtahun Meera. Kita pakai dress couple ya"]
"Manggung di pesta ulangtahun Meera? Jadi kita bakal manggung di sana. Dress couple nya memang nya kita punya?"
["Punya dong, aku sudah memesannya untuk kita berdua. Dan barangnya sudah sampai. Sebelum itu kamu harus mencobanya dulu ya nanti dirumah ku"]
"Baiklah, nanti sore aku kerumah mu"
["See you"]
Alaska menaruh ponsel di lantai lalu melanjutkan aktifitasnya sampai sore pun datang. Waktunya ia berangkat kerumah loli namun sayangnya Tami belum kunjung bangun dari tidur nya. Wanita itu cukup lelah bekerja terus. Menguras energi. Sebelum pergi Alaska menyiapkan obat obatan untuk Tami minum nanti.
Alaska meninggalkan pesan di wa agar Tami meminum obatnya dan berkata ia sedang di luar rumah sekarang.
Pukul 18.04 wib
Alaska sudah sampai di rumah loli. Bunda menyambut baik anak itu. Untung saja sedang tidak ada Galang ataupun El. Alaska jadi lebih leluasa untuk bermain disana dan mencoba baju baju yang loli sudah pesan.
"Apa kita akan ke ulang tahun nya Meera?"
"Iya, sebenarnya aku malas pergi. Tapi band kita di pesan khusus ayahnya Meera. Tidak mungkin di tolak kan?"
"Ya kau benar"
"Oh astaga! Alaska kau cantik dengan dress yang itu! Perfect! Cocok banget" loli terkesima melihat Alaska yang sedang mencoba baju baju baru. Dia terlihat seperti princess.
"Ah yang benar, tapi ini bukan dress couple kita"
"Nggak apa apa. Yang penting bagus di kamu. Biar aku pakai yang lain saja. Kamu pakai yang itu sudah cocok kok!"
"Benarkah? Baiklah. Aku pakai yang ini"
"Bersiap siap lah sekarang juga. Aku mau lihat bagaimana caramu berdandan"
klek!
Pintu kamar dibuka dari luar. El ingin masuk namun loli segera menahannya agar tidak dapat masuk. Masalahnya Alaska sudah buka baju. Kelakuan El dari dulu tidak pernah berubah, dari dulu suka main nyelonong masuk kamar orang saja.
"Ishh kak di dalam ada Alaska loh!" Kesal loli
"Yang benar saja? Sejak kapan dia datang?"
"Keluar sana! Alaska lagi nggak pakai baju!"
"Ups, sorry!" El terpaksa keluar. Bisa gila dia dikira orang mesum nanti. Apa yang Alaska pikir kan tentang dia nantinya. Rusak sudah e mail dirinya.