Chereads / savior of lov / Chapter 6 - indah

Chapter 6 - indah

Rheya menemukan Alaska tertidur di sofa ruang tengah. Adiknya itu tertidur sangat pulas sampai tak sadar dirinya akan jatuh dari atas sofa karena menggeliat.

GEDUBRAK!

"Awhshit" rutuk Alaska mengelus elus siku nya yang sakit. 

Rheya berdiri di ambang pintu sambil menahan tawanya. Menyadari kakaknya ada disana, Alaska lekas berdiri lalu melewati Rheya dengan angkuh.

"Rasakan!" Ketus Rheya masih menahan tawanya.

"Hufft aku sampai lupa mau latihan dirumah loli" Alaska mengacak rambut panjang nya yang terurai kebelakang. Wajahnya yang kusut basah oleh air segar yang keluar dari keran kamar mandi. 

"Al!" 

Sebuah teriakan menggema di penjuru rumah. Suara yang tidak lain adalah milik Tami. Wanita itu sedang sibuk mengotak Atik keyboard komputernya didalam kamar.

"Apa?" Begitu sampai Alaska berdiri di tengah tengah pintu sambil menatap malas kearah Tami yang sedang fokus pada pekerjaan nya.

"Ambilin itu dong, susu" pintanya tanpa melirik pada Alaska. Cewek itu melirik sebuah nampan berisi gelas susu diatas nakas samping ranjang. 

Alaska menarik nafas dalam-dalam kemudian berjalan mendekat.

"Susunya ada di samping mu. Kenapa minta tolong padaku?" Tanya Alaska dongkol.

"Ga bisa ambil, makanya aku minta tolong padamu" rengek Tami tanpa meliriknya sedikit pun.

"Nih untuk mu" Alaska tersenyum manis menyerahkan nampan itu pada Tami. Tami balas tersenyum dan menerima susunya. Alaska masih tersenyum ketika Tami sudah kembali fokus dengan komputer nya.

"Boleh ga ku Jambak rambut mu?" 

"Oh ga boleh dong" 

Alaska menarik nafas. Dengan kesal ia meninggalkan kamar itu lalu pergi ke kamar satu lagi dimana pakaian nya tertata rapi.

Ia berdiri di depan cermin melihat dirinya secara keseluruhan. Tiba tiba hari ini ia ingin sekali berdandan. Tidak seperti biasanya ia selalu tampil biasa dan rumahan tapi sekarang ia ingin membuat dirinya terlihat lebih cantik.

"Al?" 

Alaska menoleh pada pintu melihat Tami sedang berdiri dengan kepala nya celingukan di pintu. 

"Apa?" 

"Boleh minta tolong lagi ga?" 

"Minta tolong apa?" 

"Sini ikut" Tami masuk lalu menarik tangan adiknya menuju kamar tamu.

Sampai di kamar tamu Tami dan Alaska melihat kearah lantai yang menggenang akibat susu dan kepingan gelas berserakan.

Alaska melirik Tami dengan wajah datar sementara Tami dengan tanpa dosanya malah menyuruh Alaska untuk membersihkan beling beling itu.

"Ta-"

"Eit, membantu kakak itu bagus, jadi, silahkan" Tami mempersilahkan Alaska untuk membersihkan beling beling tersebut. 

Dengan hati membara Alaska tetap menuruti nya dan membersihkan sampai tugas nya selesai.

"Terimakasih monyet, kaulah adik terbaik aku" ucap Tami kemudian tersenyum manis. 

Alaska menatap nya sengit. Tak ingin ambil pusing ia berjalan keluar kamar itu lalu melempar beling beling tersebut ke selokan.

"Nasib banget punya kakak yang sifatnya kayak monyet! Sialan" gerutu Alaska kemudian kembali masuk kedalam rumah.

"Al!" 

"Apa?" 

"Sini!" 

Lagi lagi Alaska harus meladeni sikap kakaknya. Kali ini Rheya yang membutuhkan bantuannya dan Alaska harus membantu wanita itu.

"Tolong ambil kan gunting ya, ini mau ku jahit celana Pramuka mu" ujar Rheya sibuk dengan tumpukan pakaian di ruang tengah.

Alaska berbalik arah dapur menuju perkakas di atas lemari lalu kembali lagi dengan membawa gunting.

"Al!" 

Sebuah teriakan dari Tami. Alaska langsung menuju kamarnya.

"Apa lagi?"

"Tadi, aku beli martabak, lupa simpennya dimana, kamu cari ya sampai dapat, sayang kalau gak dimakan, mubazir" ucap Tami.

"Bisa bisanya lupa nyimpen martabak!! Tau ah" Alaska beringsut mencari martabak yang dimaksud Tami namun mencari di sekeliling rumah pun tak kunjung di temukan

"Dimana martabak nya! Ga ada dimana mana" Alaska mulai kesal. Rasanya ia ingin menghantamkan sebuah balok kayu tepat mengenai kepala sang kakak.

"Oh iya, maaf ya, lupa kalau martabak nya udah di dalam perut, maaf kalau kamu gak kebagian tadi" seolah tanpa beban Tami berucap santai sementara Alaska sudah benar benar jengah dibuatnya.

"Al!" 

"Apalagi, hah!!" Pekiknya pada Rheya yang terduduk di tengah tengah tumpukan baju.

"Ko jawabnya begitu? Kamu kenapa hey?"

"Bukan apa apa, ada perlu apa lagi panggil panggil??" Alaska dongkol.

"Itu loh, tadi aku beli terang Bulan dan ku taruh di atas kulkas, kamu ambil gih kita makan berdua" 

"Ga! Pasti nanti bilangnya, maaf ya udah di dalam perut, BUACOTT!!" Alaska jengah.

"Iii ga percaya cek aja sendiri di atas kulkas tadi aku simpan!" 

"Ughh" Alaska tetap pergi ke dapur untuk mengecek terang bulan yang di maksud.

Akhirnya kebenaran terjadi juga. Kali ini benar benar ada bukan di dalam perut melainkan masih utuh. Alaska membawa terang bulan yang masih terbungkus rapi itu kehadapan Rheya lalu menyimpan nya di karpet.

"Bukain" 

Alaska membuka kotak terang bulan yang masih hangat. Dan....

doeng!

"Terang bulan apaan ini??!!! Arghhhh!" Alaska frustasi menjambak rambutnya sendiri. Rheya tertawa melihat tingkah Alaska yang seperti nya menggila disana.

"Dimakan dong cireng nya! Itu juga enak ko" 

Isi kotak yang dikiranya adalah terang bulan ternyata hanyalah 4 potong cireng yang sengaja di bungkus menggunakan kotak terang bulan. Alaska menyambar 2 potong cireng langsung menaruhnya kedalam mulut dan pergi dari sana menuju kamarnya.

"Sialan! Mungkin lebih baik aku pergi saja dari sini" 

Alaska menyerbu lemari untuk mencari pakaian yang cocok di gunakan untuk ke rumah loli nanti.

Drrrt, drrrrrt,

Ponselnya bergetar dan layar nya menyala. Muncul notif chat di layar utama bahwa itu pesan dari Galang.

"Alaska, kamu dimana? Ku jemput ya, teman teman sudah pada nunggu" 

Isi pesan Galang.

Galang mau menjemput, matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 4.34 sore. Ia memang sudah sangat terlambat.

Alaska memakai pakaian apapun yang pertama ia lihat lalu bersiap siap secepat mungkin.

Kini ia berdiri di teras rumah menunggu Galang sampai. Dan ketika Galang sudah tiba ia turun dari Mogenya dan melepas helm.

Galang menganga tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sungguh pemandangan terindah yang pernah ia lihat! Alaska berdandan seperti wanita anggun seperti ini terlihat sangat menakjubkan.

"Alaska?" Cicit Galang dengan pandangan tertuju pada Alaska dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"I-iya?" Alaska menyunggingkan senyum yang manis. Alaska menjadi sedikit lebih feminim berkat bantuan Rheya. Wanita itu berbangga diri di pintu rumah ketika melihat Galang terus memperhatikan adiknya tanpa kedip.

"Ayo berangkat" Alaska melangkah mendekati Galang disana. Keduanya menaiki moge setelah Alaska berhasil membuat Galang sadar dari lamunannya.

"Kak, kita pergi dulu, bye!" Ucap Alaska dengan suara lembut. Tingkahnya barusan mengundang rasa heran di benak Rheya. Barusan Alaska memanggilnya 'kak' apalagi suaranya dibuat buat lembut dan halus. Rheya tidak habis pikir kenapa adiknya melakukan itu.

"Iya hati hati dijalan! Dan kau tiang listrik! Jaga adikku baik baik" ujar Rheya dengan mata memicing. Galang mengangguk paham sembari tersenyum lalu pergi dari sana bersama mogenya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah loli. Galang bertanya kepada Alaska tentang kecantikan nya saat itu.

"Alaska" 

"Hm?" 

Dada Galang ser ser mendengar suara Alaska di sapu angin. Deheman seorang gadis yang mampu meningkatkan semangat lelaki.

"Kamu dandan cantik begini memangnya mau kemana?" Tanya Galang ingin tahu. Rasanya mungkin saja Alaska punya janji diluar latihan band Sehingga ia berdandan cantik begini.

Karena tak dapat mendengar dengan baik diatas motor, Alaska mendekatkan wajahnya pada bahu Galang. 

"Kau mengatakan sesuatu?" Tanya nya

Galang confused ketika wajah bersih Alaska bersandar pada bahunya. Meski memakai helm, gadis itu masih terlihat sangat fresh seperti tanpa pantangan.

"Ah, tidak jadi" pupus Galang kembali fokus dengan jalanan di depan.

"Baiklah" setelahnya Alaska kembali mundur dan diam tak bersuara.

***

Disana sudah berkumpul member member yang lainnya menunggu Galang dan Alaska datang.

Loli sibuk dengan makanannya begitupun Sintya yang tengah mengupas jeruk untuk di makan sementara El tengah sibuk melatih jarinya dengan gitar yang ia peluk.

El mendongak ketika Alaska dan Galang bersamaan memasuki pintu rumah yang tak tertutup rapat. Alaska begitu cantik dan bersinar. Gaun nya berwarna purple Namun cocok di tubuhnya. Rambutnya yang ia gerai lepas dan kulit putih mulus nya terpampang jelas. Belum lagi ketika Alaska melebarkan senyumnya kearahnya. Gadis berkulit putih dengan senyuman pemikat hati cowok cowok. Ketika dia tersenyum, gigi ginsulnya yang terlambat tumbuh terlihat manis dan matanya menyipit hampir hilang dalam lipatan kelopak mata. Terlihat cocok berdampingan dengan Galang yang juga memiliki gummy smile. Seperti pangeran dan tuan Puteri.

Loli bangkit dari duduknya dan meninggalkan makanannya lalu memasukkan ikan goreng kedalam mulut El yang masih sedikit menganga akibat melihat Alaska. El menyembur ikan yang masuk kedalam mulutnya. Ia kesal dengan kelakuan adiknya itu.

"Wah Alaska cantik banget!" Puji loli tanpa rasa bersalah setelah mengerjai kakaknya tadi. Ia melepas pelukan hendak merengkuh tubuh Alaska namun Galang menekan kepalanya lalu memutar tubuh loli sampai gadis itu terjatuh di lantai.

"Aaa apasih Galang?!!" Pekik loli mencoba bangun.

"Tanganmu bau ikan goreng! Masa mau peluk bidadari kayak begini!" Galang melirik Alaska membuat cewek disampingnya itu tersenyum malu.

"Emm" bibirnya bergetar. Galang menatap padanya.

"Kenapa, Al?" 

"Aku tidak nyaman jadinya, aku ganti baju saja ya" 

"Ga apa apa, cantik kok, sesuai dengan tema musik yang kita bawakan malam ini" 

"Malam ini?" Alaska terkejut.

"Iya, malam ini, kita bakalan manggung di acara pesta wisuda salah satu customer band kita!" Jelas Galang dengan mata berbinar-binar.

"Ah, berarti tidak sia sia dong aku pakai gaun ini?" 

"Jelas tidak, kau cantik sekali Alaska, aku jadi terpana" Galang tersenyum penuh penghayatan ketika sedang menggoda Alaska. 

"Dasar, sapu lidi" 

"Oke guys! Ayo kita mulai latihan nya! Pokoknya malam ini jam 9 malam kita sudah harus sampai disana dan manggung jam 10!" Pekik loli girang.

"Oke!" Sambut Galang.

Kini Alaska beradu tatap dengan Sintya yang hanya diam di tempat. Ketika ia melihat Sintya ia menjadi malu. Sungguh di tempat ini hanya Sintya yang terlihat sangat cantik, meskipun gaya pakaiannya biasa biasa saja tetap saja wajahnya sangat cantik seperti artis artis papan atas. Alaska menatap canggung pada Sintya yang juga tak melepas tatapan nya pada Alaska.

"Kamu Alaska, ya? Vokalis baru di band kita?" Tanya Sintya sembari mendekat .

"Iya, salam kenal" 

Sintya menerima uluran tangan Alaska lalu berjabat cukup lama.

Sintya menatap tajam dengan tatapan merendahkan. Dia mendesis kemudian tersenyum smirk. "Aku Sintya patiraya! Salam kenal" ucap Sintya.

"Alaska! Sintya!" Terdengar suara loli memanggil mereka dan keduanya pun bergegas mendekati altar dan mulai latihan.

**

Pukul tujuh malam, kelima anak muda yang sedang sibuk latihan sudah mulai kelelahan. Untung nya bunda Chika pulang cepat dari kantor dan sekarang ia sedang memasak makan malam yang belum di laksanakan orang rumah. Setelah makan malam selesai, bunda Chika menyediakan berbagai macam camilan dan minuman dingin diatas meja tempat mereka latihan. 

"Wah, ada member baru ya?" Ujar bunda Chika. Ibunda nya El dan loli. Wanita baya yang masih cantik di usia tua. Kecantikan nya terlindungi dengan hijab yang ia kenakan.

"Iya bunda, kenalin namaku Alaska" ucap Alaska ramah menciumi tangan bunda.

"Namanya cantik, seperti orangnya" celetuk bunda mengelus rambut Alaska halus.

"Suaranya juga bagus loh, bunda suka dengernya, jadi yang tadi menyanyi itu suara kamu toh?" Tanya bunda 

Alaska mengangguk dengan senyuman. 

"Yasudah, kalian latihan saja lagi, bunda mau ke kamar dulu" pamit bunda Chika segera.

Ketika bunda Chika sudah menaiki tangga paling atas, papi Leon muncul dari arah berlawanan. Tampak suami istri itu berbincang sedikit sebelum akhirnya papi Leon turun dari tangga menghampiri altar yang berada di tengah tengah rumah besar ini.

"El, loli, sini" panggilnya pada kedua anaknya itu.

"Ya, Pi, kenapa?" Loli duluan menghampiri papi Leon kemudian baru El. 

"Papi mau ke kantor, ada beberapa hal yang perlu papi selesaikan disana, kayaknya bakal pulang larut, kamu jaga diri ya" ucap papi Leon mengusap rambut loli lembut

"Tumben papi ngasih tahu? Biasanya juga enggak" dengus puterinya.

"Ya kan, setelah papi pulang pasti kamu sudah tidur, karena papi mau langsung keluar kota habis dari kantor, papi buru buru nak" jelas papi Leon.

"Ha? Keluar kota? Malam malam gini?" 

"Iya sayang,.... El jagain adikmu sama bunda ya, papi nitip mereka sama kamu" ucap papi menepuk bahu putera tunggal nya pelan. El hanya mengangguk mengerti.

________

Malam ini mereka akan manggung di acara pesta wisuda seorang customer. Loli dan Alaska sudah siap dengan lagu yang akan dibawa keduanya.

"Al, jangan gugup ya, ini kali pertama mu manggung" loli mengelus punggung Alaska lembut.

"Oke" 

Galang terduduk di samping Alaska lalu menatap cewek itu dengan teliti.

"Cantik banget si mahluk tuhan satu ini" ujarnya dengan nada gemas. 

"Makasih" 

"Gugup ga, beberapa menit lagi kita manggung" tanya nya

"Ga, soalnya kita bukan lagi konser" jawab Alaska sekenanya.

"Hehe, masa si... Itu tangannya getar getar" Galang melirik kedua tangan Alaska yang saling menaut.

"Getar karena kamu ada disini! Jadi Tremor kan" kesal Alaska.

Galang terkekeh pelan

"Humm andai aku bisa jadi pacarmu, mungkin sudah ku gigit kedua pipimu itu" 

Ucapnya setengah berbisik membuat Alaska bergidik ngeri dengan bulu kuduk yang berdiri

"Galang! Jangan membuatnya takut, kalau kau mengulangi nya ku tebas lehermu" geram El muncul tiba tiba.

"Apa? Kau cemburu? Heh, kau tidak bisa melampaui ketangguhan ku" 

"Nantangin?" 

"Kalau iya kenapa? Kita taruhan! Siapa yang bisa buat Alaska jatuh hati, bakalan jadi pacar nya!" Ucap Galang membuat Alaska terkejut setengah mati. Gawat, Galang tampak serius mengatakan itu. El kan sudah punya pacar, masa ia harus menyanggupi taruhan konyol si Galang. Alaska harus menghentikan keduanya.

"Oke, kita taruhan!" 

Mendengar keputusan El yang terdengar aneh. Alaska tak berbuat ap apa selain masih terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Ka-kalian berdua serius?" Bisik Alaska pada Galang. Lelaki itu hanya tersenyum aneh sembari pergi dari backstage.

"Baiklah, para tamu undangan, mari kita dengarkan sama sama lagu yang dibawakan oleh band the best Compact atau yang sering kita sebut band TBC!!!" 

note: bukan tuberkulosis (TBC)!

Detik berlalu, setelah bandnya di panggil oleh MC acara. Kelimanya lekas bersiap di atas panggung. Sungguh kali pertama yang sangat menegangkan.