Chereads / Petualangan Ke Dunia Baru / Chapter 11 - Part X : Pangeran Mahkota Naravarman

Chapter 11 - Part X : Pangeran Mahkota Naravarman

Hukuman dari ayahanda-nya yaitu mengirimnya ke garis depan untuk memerangi Kerajaan, masih membuat pangeran mahkota Ramavarman merasa kesal dan marah sampai detik ini. bukan salahnya apabila dia menyukai dan merasa nafsu dengan istri duta Butua itu, bangsa Butua bodoh itu menganggap serius masalah tersebut dan mengumumkan perang kepada negaranya. Kini Pangeran Ramavarman harus tinggal di suatu tanah perbukitan dekat perbatasan Butua. 

ia merindukan kehidupan di Kota, Puri-nya, dan kunjungannya ke rumah bordil di malam hari dimana ia dapat mengagahi para pelacur disana dengan berbagai posisi seks dan menenggak arak sampai pengar. kebiasaannya mengunjungi rumah bordil di distrik merah ibukota sudah diketahui secara umum oleh orang-orang. rumah bordil favoritnya adalah Grhasuttra milik Saudagar kaya Roohan. para pelacur disana suka bercerita tanpa malu dan terkadang sambil cekikian mengenai "Tiang" milik pangeran Ramavarman ketika akan dijejalkan ke diri mereka dan bagaimana pangeran mahkota naravarman menggeluti mereka diatas ranjang.

Ramavarman. usianya sudah menginjak 25 tahun. berperawakan besar dan kekar, dengan wajah perseginya yang keras namun matanya selalu pengar sebagai akibat terlalu sering mengkonsumsi arak. dengan bangun tubuhnya yang itu ia menjadi sosok yang menakutkan di lingkungan kerajaan. apalagi gambaran menakutkan itu sesuai dengan kepribadiannya yang kasar dan mudah marah.sebagai putra mahkota dan putra satu-satunya Raja Naravarman, ia sudah dipastikan menduduki takhta apabila ayahandanya mangkat. namun kepribadian dan kesukaan menyimpangnya itu bukanlah suatu karakteristik yang baik untuk dimiliki oleh seorang Raja.

sudah hampir setahun ia dan pasukannya berada di tanah perbukitan ini. menunggu datangnya serangan dari Kerajaan Butua. baik kedua pihak sama-sama saling tidak mau mengambil tindakan pendahuluan penyerangan, sehingga peperangan berlangsung alot dan hanya terjadi bentrokan-bentrokan berskala kecil di sekitaran perbatasan. Raja Naravarman sudah berkali-kali mengirimkan surat kepadanya mengenai jalannya perang dan hasil dari perang, namun putra mahkota Ramavarman tidak mau mengambil offensif lebih dulu. untuk apa pikirnya?. bukankah diam saja lebih baik. apalagi saat ini ia tengah melakukan aktivitas yang ia sukai.

didalam tendanya. Ramavarman tengah mengadu birahi dengan pelacur favoritnya yang ia boyong ke garis depan, Dishta namanya. mereka berdua tanpa malu melepas lenguh nafsu permainan mereka. sudah hampir 40 menit mereka berdua mengadu birahi dan Naravarman hendak mencapai klimaksnya. tak lama kemudian Naravarman mencapai puncaknya. ia berbaring rebah disampin dishta.

"tadi sangat bagus, aku sangat menikmatinya" Ujar Ramavarman dengan nafas terengah-engah

Dishta membaringkan badannya menoleh kesebelah Ramavarman. "kamu yang terbaik putra mahkota" balas Dishta sambil tertawa kecil

"oh kemari kau dasar jalang" seloroh Ramavarman. ia menarik lengan Dishta, membiarkan Dishta berada diatas tubuhnya lalu menciumnya.

Diluar tenda terdengar suara orang memanggil Ramavarman. Kolonel Kunal hendak memberitahu hal penting kepada pangeran mahkota Naravarman.

"yang mulia pangeran mahkota. sepasukan kiriman yang mulia Raja Naravarman tiba disini. pimpinannya hendak bertemu dengan anda" panggil kolonel Kunal.

Ramavarman agak sedikit kesal, lantaran kesenangannya jadi terganggu. "suruh mereka menunggu" tegas Ramavarman

"beribu maaf yang mulia. saya rasa tidak yang mulia. ada orang asing juga yang ikut bersama mereka, nampaknya orang asing yang sepuluh tahun lalu datang ke negeri kita tuan" tegas kolonel Kunal.

orang asing?, pikir Ramavarman. ia memang pernah bertemu dengan orang-orang asing itu sepuluh tahun lalu, tiba-tiba saja mereka datang kembali. Ramavarman yang merasa penasaran akhirnya setuju untuk menemui mereka. "baiklah katakan pada mereka agar menunggu selama 10 menit. suruh pimpinan dan orang asing itu untuk masuk kedalam tendaku" perintah Ramavarman.

"kita lanjutkan lagi nanti, kau berpakaianlah, dan tetaplah bersamaku"

Dishta tersenyum. keduanya bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk berpakaian. Ramavarman mengenakan baju perangnya. DIshta membantu memasangkan gesper Ramavarman. sesaat kemudian Ramavarman sudah dalam posisi duduk di meja yang biasa dipakai untuk rapat perang.

"tuan-tuan silahkan masuk" ujar Kolonel Kunal kepada dua Kapten Kavaleri dan seorang asing. ketiganya memasuki tenda, ketika melihat pangeran mahkota ketiganya membungkuk memberi hormat kepada pangeran mahkota Ramavarman. Ramavarman memperhatikan orang asing yang berdiri di samping kanan, orang asing ini mengenakan baju perang milik kerajaan, bangun tubuhnya besar dan kekar. dilihat dari wajahnya orang asing ini bukan mereka yang datang sepuluh tahun lalu, namun ciri fisiknya sama dengan mereka yang datang sepuluh tahun lalu. 

"Mari, silahkan duduk tuan-tuan sekalian" ujar Ramavarman sambil mempersllahkan ketiga tamunya duduk. pembicaraan dimulai seputar keadaan kerajaan, sebab sudah hampir setahun Ramavarman tidak mengetahui keadaan di lingkungan istana dan ibukota. selagi Pangeran mahkota Ramavarman berbicara dengan Kapten Nitai, Gustav memperhatikan pangeran mahkota. pangeran mahkota nampaknya masih muda, disamping pangeran mahkota ada sesosok perempuan muda berdiri yang nampaknya merupakan pembantu pangeran mahkota, tapi aneh sekali seorang pembantu ini sangat cantik sekali dan meiliki badan yang bagus, rambut panjangnya disanggul dan pakaian yang dikenakannya juga bagus. si perempuan muda itu terlihat sesekali mengganti posisi berdirinya dengan perasaan tidak nyaman.

"Pangeran Mahkota, jika boleh. sebelum memperkenalkan diri saya dan menjabarkan mengenai rencana perang. izinkan saya memberi hadiah kepada yang mulia sebagai tanda persahabatan" ucap Gustav. pangeran mahkota mengangguk dan mempersilahkan Gustav untuk menawarkan hadiahnya. Gustav lalu merogoh kedalam tas kantong yang ia bawa. ia meraih sebuah botol besar dan menaruhnya dihadapan pangeran mahkota. 

"pangeran mahkota. saya sudah merasakan arak jagung negeri anda, sungguh enak rasanya. izinkan saya memperkenalkan pada anda Gin Harmonia. ini terbuat dari buah-buahan yang difermentasikan, saya harap anda menyukainya" ujar Gustav menerangkan pada pangeran mahkota Ramavarman. pangeran mahkota berterimakasih lalu menyuruh perempuan muda yang berdiri disampingnya untuk  menuangkan GIn untuknya. perempuan muda itu mengambil gelas dan menuangkan GIn sampai penuh.

pangeran mahkota lalu meminum Gin pemberian Gustav tersebut. aroma minuman ini sangat kuat dan rasanya begitu kuat sekali di Lidah, Ramavarman menyukainya, ia lalu menyuruh Dishta untuk menuangkannya lagi dan menenggaknya sampai habis. "sungguh enak sekali minuman anda orang asing, oh ya silahkan perkenalkan diri anda orang asing" kata Ramavarman dalam bahasa Florian.

"Yang mulia pangeran mahkota. perkenalkan nama saya Gustav Diederick. tentunya yang mulia mengetahui jika sepuluh tahun yang lalu ada orang asing yang sama seperti saya datang ke negeri anda. saya bukan berkebangsaan dengan orang-orang asing tersebut, saya berasal dari Harmonia yang mulia. kedatangan saya kesini atas pengetahuan saya dari orang-orang florian mengenai negeri yang mulia dan pergi kesini untuk membantu negeri yang mulia dengan keahlian saya" terang Gustav kepada Ramavarman.

"suatu permulaan yang bagus sekali tuan gustav. anda bisa memulainya dengan membantu saya dengan memenangkan perang ini" balas Ramavarman. 

"saya siap untuk membantu anda yang mulia. bahkan ayahanda yang mulia Raja Naravarman juga sudah meminta hal yang sama kepada saya, jika diizinkan oleh yang mulia bisakah saya membeberkan rencana perang saya kepada yang mulia?"

"Silahkan tuan Gustav"

Gustav mengangguk. "yang mulia putra mahkota. perang antara negeri anda dan kerajaan Butua berlangsung lama karena baik kedua pihak tidak ada yang mau berinisiatif melakukan suatu serangan yang menentukan. kalau keadaan seperti ini terus maka jalannya perang bisa berlangsung lama dan hal ini akan berdampak negatif kepada pasukan anda dan anda sendiri" ujar Gustav.

Ramavarman menuangkan lagi Gin ke gelasnya dan meminumnya sampai habis, tampaknya pangeran mahkota menyukai GIn nya. "lalu solusi apa yang dapat anda tawarkan agar perang ini dapat selesai secdpatnya dan memberikan kemenangan kepada kami?" Desak ramavarman. 

"yang mulia saya seorang tentara, mengabdi di ketentaraan untuk waktu yang lama  dan pernah melalui peperangan. pengalaman saya mengatakan, sebaiknya kita yang memulai inisiatif dengan menghancurkan kekuatan musuh" ujar Gustav. 

"rencanaku. kita pancing pasukan musuh dengan cara mengirim sebagian kecil saja pasukan anda ke daerah musuh, musuh akan mengira kalau mereka diserang lalu mengumpulkan kekuatan untuk menangkis serangan dan melancarkan serangan balik....kita pancing pasukan musuh yang berjumlah besar itu kearah kita. dan setelah tepat kita jepit mereka dari dua arah dan kita kepung meeka dan menghancurkan musuh dengan simultan" papar Gustav.

"bagaimana kalau gagal ?" Ujar Ramavarman yang terlihat sudah mulai mabuk akibat Gin.

"Yang mulia boleh memenggal kepala saya" tegas Gustav. Ramavarman terkejut mendengarnya. berani sekali orang asing ini pikirnya, tapi tak ada salahnya mencoba rencana orang asing ini. jika berhasil tentunya perang dapat selesai dan ia dapat kembali ke Ibukota dan memoles namanya di mata ayahnya dan penjuru negeri, jika gagal ia akan menyiksa orang asing ini sampai mati. ia lalu tertawa terbahak-bahak.

"Baiklah. lakukanlah rencanamu. berkoordinasilah dengan Kolonel Kunal, ia perwira yang bertanggungjawab untuk seluruh pasukan di lapangan"

"Tapi Ingat...kupegang janjimu wahai orang asing. dan jika pertempuran ini berujung pada kekalahan. aku akan menikmati ketika aku emotong kepalamu dari tubuhmu" ancam Pangeran Mahkota Naravarman

Gustav hanya menganggguk tanda ia paham atas konsekuensinya. tak lama sesudahnya ketiganya izin pamit untuk mendiskusikan rencana perang lebih lanjut. diluar tenda kapten Nitai berseloroh kepada Gustav "sungguh berani sekali anda, mempertaruhkan kepala anda untuk rencana anda". Gustav tersenyum "kapten. jika seandainya rencanaku ini gagal maka aku tidak kehilangan suatu apapun, tidak ada anak istri yang harus aku khawatrkan dan tidak ada juga sanak suadara yang akan menangisi kepergianku. aku akan mati sebagai orang asing yang mati di tanah asing". Ujar Gustav