jarak antara Lojinya dan rumahnya hanya sekitar 3km saja. Rumah Gustav merupakan rumah yang dibangun atas perintahnya sendiri, Rumahnya terbuat dari kayu-kayu yang dapat ditemukan di hutan Pallawaburi. umumnya di Pallawaburi rumah-rumah memang terbuat dari kayu, hanya Raja dan beberapa bangsawan saja yang rumah mereka tinggal terbuat dari batu. menurut Chandi, rumah-rumah dibuat dari bahan Kayu karena beberapa faktor ; pertama karena kayu mudah ditemukan sehingga orang-orang menggunakan kayu sebagai bahan membuat rumah, kedua rumah yang dibuat dari kayu jauh lebih cepat dibangun dan diselesaikan daripada terbuat dari batu, ketiga walaupun tidak bersifat resmi namun bahan bangunan rumah menjadi penunjuk kelas sosial didalam masyarakat.
diluar sedang turun hujan. tak berapa lama kemudian Gustav tiba di depan rumahnya, Gustav mengucapkan terimakasih kepada kusir. ia mengangguk kepada dua pengawal yang menjaga rumahnya yang dibalas dengan anggukan pula oleh kedua pengawal itu, salashatu pengawal membukakan pintu untuknya. Gustav masuk ke rumahnya, ia menaruh barang yang ia bawa diatas meja. didepannya, Chandi sudah menunggunya.
"selamat datang kembali tuan Gustav" sambutnya.
Ia membawa baki berisi gelas air minum. Gustav lalu meminumnya sampai habis dan menaruh gelas kosong ke Baki yang dibawa oleh Chandi.
"Bagaimana harimu tuan?" tanya Chandi
"Cukup baik...dan semakin baik ketika melihat wajahmu" Ujar Gustav
mendengar ucapan Gustav itu membuat Chandi tersipu malu.
"Terimakasih tuan. senang mendengarnya....Air hangatnya sudah siap. apakah tuan mau mandi?" tanya Chandi.
"Ya. hari ini gerah sekali" Ujar Gustav. kondisi cuaca di Pallawaburi dapat dikatakan lembab tropis. akibatnya tubuh cepat bekeringat dan apabila tidak mandi maka kulit badan akan menjadi lengket dan menciptakan rasa tidak nyaman ketika mau tidur.
"Bagus, saya sudah menyiapkan air hangatnya" kata Chandi
"terimakasih Chandi. kalau begitu aku mau mandi dulu"
Gustav memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan badannya. sekitar 15 menit kemudian ia selesai mandi. mandi dengan air hangat membuat tubuhnya terassa segar kembali. kemudian Gustav menuju ke ruang makan. disana makanan sudah disiapkan oleh Chandi. di Meja makan terdapat satu ekor Ayam yang nampaknya sudah dipanggang dan dibumbui, satu panci sayuran yang sudah direbus, dan satu panci Nasi putih hangat.
Gustav mengambil tempat duduknya. Chandi mengambilkan makan untuk Gustav, ia memotong Ayam panggang itu dan memasukkannya kedalm piring, menyendok sayur dan nasi dan menyajikannya di hadapan Gustav.
"Terimakasih Chandi....makanlah bersamaku. kamu sudah bekerja keras hari ini" ujar Gustav.
Chandi mengangguk. ia lalu menyajikan sendiri makanan untuknya. keduanya kemudian menyantap hidangan mereka.
sambil menyantap hidangan. Gustav melihat ke luar jendela. HUjan masih berlangsung rupanya dengan intensitas sedang. "Hari ini turun hujan ya. padahal tadi siang cukup panas dan lembab" ujar Gustav kepada Chandi.
"oh ya. sekarang sudah memasuki bulan maret tuan. bulan Maret memang bisanya sudah mulai hujan sampai dengan Juni atau Juli. pada masa ini para petani mulai melakukan aktivitas bercocok tanamnya" jawab Chandi.
Gustav mengangguk. ia menyendok satu suapan ke mulutnya dan mengangguk perlahan. ada hal yang masih berseliweran dalam pikirannya, yakni kata-kata apa yang harus ia bicarakan kepada Raja Naravarman mengenai rencananya menjadi Raja di tanah kadipatennya sendiri. wajah Gustav yang tampak serius ternyata diperhatikan oleh Chandi dengan seksama.
"Tuan Gustav. apa ada yang salah dengan makanannya?" tanya Chandi. khawatir kalau masakannya hari ini tidak enak.
"oh tidak tidak...masakanmu enak kok. jangan khawatir" Ujar Gustav dengan agak terkejut.
"sepertinya tuan Gustav ada sesuatu yang dipikirkan. jika saya boleh tahu. apakah ada suatu hal yang menganggu tuan?" ujar Chandi.
"yah sebenarnya. ada sesuatu yang ingin aku lakukan....namun ini menyangkut dengan urusan politik dan Rajamu Raja Naravarman" Ungkap Gustav.
"kalau boleh saya tahu urusan macam apakah itu tuan?. barangkali saya bisa membantu?" ucap Chandi dengan polos.
Chandi memang selama sebulan terakhir telah membantu banyak Gustav mengenalkan berbagai hal kepada Gustav hal ihwal mengenai negerinya Pallawaburi. dan berkat Chandi memampukan Gustav untuk mengenal lebih baik Negeri Pallawaburi.
"terimakasih Chandi. tapi aku khawatir ini akan membebanimu....ini urusan politik, kamu mungkin tidak menyukainya" Kata Gustav.
"ah tidak kok....tugas saya disini kan membantu Tuan untuk merasa lebih baik apapun itu. lagipula saya orang asli di negeri ini dan sudah tinggal lama didalam domain Tuan Pranav sejak saya kecil, jadi saya mengetahui politik di negeri ini. mungkin pengetahuan saya dapat membantu tuan Gustav. jika tuan berkenan berbagi cerita dengan saya" Ujar Gustav.
Gustav menghela napas. "baiklah. kurasa kau ada benarnya Chandi. jadi begini....". Chandi menyimak dengan seksama.
"seperti yang kau tahu. raja Naravarman memberikanku tanah yang boleh dikata luas, ia juga mengangkatku sebagai Bangsawan dan Jendral-nya. kemudian untuk menjalankan administrasi di tanah kadipatenku ini aku memerlukan sistem pemerintahan agar sesuatunya berjalan dengan teratur dan sebagimana mestinya. lalu aku membentuk komite-komite untuk mengkonsep sistem-sistem pemerintahan yang nantinya akan berjalan di tanah kadipatenku. sejauh ini orang-orangku telah berhasil mebuat konsep-konsep tersebut. lalu mereka memintaku untuk menjadikanku sebagai pemimpin bagi mereka. yang artinya aku harus menjadi penguasa monarki bagi mereka" Papar Gustav.
"Itu bagus tuan Gustav" puji Chandi
"Hanya saja. dengan begitu aku berarti mendirikan negara didalam negara Pallawaburi. aku tidak ingin hal ini merusak hubunganku dengan Raja Naravarman" timpal Gustav.
Chandi memahami persoalan yang dihadapi oleh Gustav. ia lalu bicara "Tuan Gustav. dalam sejarah benua Suvarna. ada yang dinamakan negara bawahan." Kata Chandi.
"Negara Bawahan...maksudnya?" tanya Gustav.
:Negara bawahan adalah negara yang merdeka namun mengakui negara lain sebagai senior atau atasan mereka. pengakuan atas negara atasan ini ditunjukkan dengan berbagai konsesi misalnya dengan mengirim upeti berupa uang atau barang setiap tahunnya, mengikat tali kekeluargaan dengan pernikahan biasanya menjadi tali pengikat antara negara bawahan dengan negara atasan" papar Chandi.
Gustav mencermati ucapan Chandi. "oh ya kau bilang skema seperti ini pernah terjadi di Benua Suvarna. dimanakah itu tepatnya?" tanya Gustav.
"di selatan Negeri Pallawaburi ada Negeri bernama Maharakham. Negeri Maharakham sejatinya adalah satu negara bernama Rakham. namun karena negara Rakham memiliki pengaruh besar terhadap 3 negara tetangganya yaitu Yasothon, Kravi dan Tak. 3 negara ini mengakui influensi negara Rakham terhadap negeri mereka. Negara Rakham lalu memasukkan 3 negara ini kedalam pengaruh mereka dengan cara penguasa monarki Rakham menikahi putri-putri penguasa monarki 3 Negeri ini. secara tak langsung 3 negeri ini menjadi terikat oleh negeri Rakham".
"Kalau boleh tahu. influensi jenis apakah yang menyebabkan 3 negara tadi mau menjadi negara bawahan Rakham?" tanya Gustav.
"negeri Rakham, Yasothon, Kravi dan Tak. seluruh rakyatnya memiliki agama yang sama yaitu Agama Chainism. Agama ini didirikan oleh SIttharva Thama. bisa dikatkan Sittharva Thama ini menjadi semacam orang suci bagi pemeluk agama Chainism, dan Keturunan Sittharva Thama ini menjadi Raja di negeri Rakham. dengan bermodal pada keturunan Sittharva Thama dan agama Chainism....rakham bisa menjadikan 3 negara tetangganya menjadi negara bawahannya" jawab Chandi.
"Terimakasih Chandi. sekarang aku mengerti bagaimana cara yang tepat untuk mengutarakan keinginan orang-orangku kepada Raja Naravarman. dan terimakasih juga atas pelajarannya malam ini" ujar Gustav sambil tersenyum.
"sama-sama tuan. senang rasanya bisa membantu" Ujar Chandi sambil tersenyum juga.
beberapa saat kemudian Gustav selesai makan malam. ia lalu beranjak ke tempat tidurnya. ia memanggil Chandi untuk memijat kepalanya. Chandi lalu memijati pelipis dan tempurung kepala Gustav. pijatan dari Chandi membuat Gustav merasa rileks.
"seperti biasa. pijatanmu enak sekali" puji Gustav.
tangan kanan Gustav menggengam pergelangan tangan Chandi. Chandi menoleh ke Gustav.
"aku mau melakukannya lagi denganmu" Ujar Gustav
Chandi tersenyum. lalu ia mengenggam tangan Gustav dan mengulurkannya pada buah dadanya. Gustav memeras dengan lembut buah dada Chandi. dan Chandi melepas kain yang menutup bagian tubuhnya.
Diluar. Hujan semakin deras dan menghembuskan udara dingin. didalam kamar Gustav. Gustav dan Chandi saling mengadu asmara dan birahi. beberapa waktu kemudian Gustav mencapai klimaksnya. ia jatuh tertidur di dada Chandi.
Gustav mengangkat kepalanya menatap Chandi. nafasnya terengah-engah. "Lihat. kau sepertinya berhasil membuatku takluk".
"sepertinya begitu. tuan..." Belum sempat Chandi menyelesaikan kalimatnya. Gustav menyela. "Jangan panggil aku Tuan, Chandi...[anggil saja aku Gustav" ujarnya.
"Maaf. Tu....Gustav. kamu sepertinya seorang administrator di kantormu dan Jendral yang ulung di medan pertempuran. tapi disini kamu sepertinya takluk dengan suzereinatsku" kata Chandi.
"Sepertinya begitu...apalagi jika harus beradu dengan gadis cantik dan baik sepertimu"
Gustav mencium bibir Chandi. lalu ia jatuh tertidur dengan campuran antara rasa lelah, nikmat dan puas.