Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 11 - Chapter 7 - Masalah Baru

Chapter 11 - Chapter 7 - Masalah Baru

Suara ketukan di pintu terdengar dengan jelas ketika Army dan Cherry sedang sarapan. Mereka berdua saling menatap, seakan saling bertanya tentang siapa yang mungkin mengetuk pintu pagi-pagi seperti ini.

Cherry berdiri dari meja makan. "Biar aku yang membuka."

Cherry membuka pintu. Ia terkejut ketika melihat Shiro sedang duduk di bangku depan rumah mereka. Sebelumnya, belum pernah ada kenalan Army yang menemuinya langsung dirumah. Selain itu, wajah Shiro juga tidak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia datang dengan kabar yang baik.

Mengetahui bahwa Cherry sudah membukakan pintu untuknya, Shiro segera berdiri dari tempat duduknya. "Pagi Cherry, apakah kakakmu ada?"

Cherry menengok kearah Army yang sedang mengunyah makanannya. "Kak, ada kak Shiro!"

Army berdiri dan menghampiri Shiro di pintu depan, meninggalkan sarapannya yang masih tersisa. "Ada apa pagi-pagi begini?"

Shiro menjawab, "Rikka memanggil kita untuk segera menuju kediaman Ardent."

"Tidak biasanya. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Army yang masih penasaran dengan alasan kedatangan Shiro sepagi itu.

"Entahlah, tapi ia berpesan untuk segera berkumpul sekarang."

"Baiklah, aku mengerti." Army segera masuk kembali dan mengambil barang-barangnya.

Cherry yang masih berada di pintu depan kemudian bertanya kepada Shiro. "Apakah sesuatu yang buruk terjadi?"

Shiro menaikan kedua bahunya, pertanda bahwa ia sendiri tidak mengetahui apapun. "Aku hanya disuruh untuk menjemput Army, jadi aku pun belum mengetahui apa yang terjadi."

Secepatnya, Army mengambil barang-barang dan kembali ke pintu depan. "Maaf karena memotong waktu sarapan kita, tapi kakak harus pergi," ucap Army kepada Cherry.

"Baiklah, selamat berangkat kak!" jawab Cherry. Ia pun melambaikan tangannya kepada Army, sambil berharap bahwa tidak ada sesuatu yang akan terjadi lagi.

Army kemudian berangkat menuju kediaman Ardent bersama dengan Shiro. Ia mencoba bertanya kepada Shiro tentang apa yang sekiranya terjadi, tapi karena Shiro juga tidak mengetahui apa-apa, maka mereka berdua hanya bisa tahu ketika sudah sampai di kediaman Ardent.

Sesampainya di gerbang kediaman Ardent, mereka langsung disambut dengan Saki yang berlari dari dalam ke arah mereka.

"Senior!" Saki memanggil mereka. Ekspresi wajah Saki juga tidak terlihat tenang seperti biasanya.

Mereka segera masuk ke dalam, dan Saki menjelaskan kejadian yang terjadi sambil berjalan menuju kamar Ardent.

"Papa tidak sadarkan diri, dan tidak diketahui apa penyebabnya."

Army dan Shiro terkejut mendengar hal itu. Ardent yang mereka ketahui bukanlah orang yang mudah untuk ditaklukkan, dan bahkan ditakuti oleh berbagai kerajaan. Mereka akhirnya mempercepat langkahnya untuk segera memeriksa keadaannya.

"Akhirnya kalian datang juga!" ucap Rikka yang sedang duduk di samping kasur Ardent. Disana juga terlihat Ardent yang sedang berbaring di kasurnya.

"Bukankah ini hanya tertidur?" tanya Shiro sambil memperhatikan Ardent yang memang terlihat seperti sedang tidur biasa.

"Tidak, karena aku sudah memindahkannya dari ruang kerja, dan ia tidak bergerak sama sekali," jawab Rikka.

Army kemudian bertanya, "Apakah dia kehabisan energi sihir?"

Rikka menjawab lagi, "Mustahil. Jika menghancurkan sebuah portal adalah hal yang mudah, maka untuk membuat Ardent kehabisan energi sihir seseorang perlu membuat simulasi 'kiamat'."

Army berjalan mendekati Ardent, dan memperhatikan gerakan bernafasnya.

"Nafasnya masih normal. Ia benar-benar seperti sedang tertidur," ucap Army.

"Tapi jika ia tidak bisa bangun, maka ini bukanlah tidur biasa," jawab Shiro.

Rikka berdiri dari tempat duduknya. "Tentu saja, karena aku menemukannya tergeletak di ruang kerja. Itu saja sudah aneh."

"Senior, apakah kau sudah memeriksa status Ardent saat ini?" tanya Saki.

Rikka menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau menciptakan keributan, jika Ardent yang seperti ini diketahui publik. Tapi, aku sudah menghubungi Eev untuk memeriksanya."

Mereka berempat mencoba berpikir tentang kondisi yang Ardent alami sambil menunggu kedatangan Eevenyx. Mereka mencoba beberapa cara untuk membangunkannya mulai dari memangil nama Ardent beberapa kali, menggoyangkan kasur dan tubuhnya, mencipratkan air ke wajahnya, tapi semuanya tidak menghasilkan apa-apa.

Saat mereka sibuk membangunkan Ardent, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Terlihat Eevenyx yang berjalan masuk ke dalam. "Ada apa memanggil pagi-pagi seperti ini?"

Mereka secara bersamaan menunjuk kearah Ardent yang sedang berbaring di kasur.

Rikka kemudian menjelaskan apa yang terjadi kepada Eevenyx. "Aku menemukannya tergeletak di ruang kerjanya. Aku membawanya hingga kesini, dan mencoba membangunkannya beberapa kali, tapi ia tak kunjung bangun."

Eevenyx berpikir sebentar. "Hmm ... jika benar seperti itu, maka sudah pasti ada sebuah kejanggalan disini."

Eevenyx mengangkat tongkat sihirnya, dan merapalkan sebuah mantera.

"Overseer!"

Eevenyx melakukan pemindaian kepada Ardent dengan menggunakan tehnik sihirnya. Dengan perlahan dan teliti, ia melihat seluruh status Ardent yang ada di penglihatannya. Orang lain tidak bisa melihat deskripsi yang diberikan oleh tehnik Overseer, sehingga Army, Shiro, Saki, dan Rikka hanya bisa menunggu hingga Eevenyx selesai memindai.

Tehnik Overseer sudah selesai digunakan, tapi wajah Eevenyx tidak menunjukan kalau ia menemukan jawabannya.

Rikka langsung bertanya, "Jadi?"

"Semuanya baik-baik saja," jawab Eevenyx.

Army, Shiro, Saki, dan Rikka saling menatap. Mereka tidak percaya dengan hasil pemindaian Eevenyx yang menunjukan bahwa Ardent baik-baik saja.

"Titik-titik vitalnya dalam kondisi normal, energi sihirnya tetap mengalir seperti biasa, dan tidak ada kerusakan apapun dalam tubuhnya," tambah Eevenyx.

Shiro bertanya, "Apakah kau yakin tidak ada kesalahan saat memeriksanya?"

Eevenyx menggelengkan kepalanya. "Semuanya sesuai dengan yang kulihat, dan kenyataannya memang begitu."

Army kemudian bertanya kepada Rikka, "Jadi, apa kita perlu membawa Ardent ke tempat lain dan memeriksanya kembali disana?"

Rikka berpikir sebentar.

Sebelum Rikka menjawab, Eevenyx menjawab pertanyaan Army lebih dulu. "Sebaiknya jangan membawa Ardent kemana-mana. Hal itu bisa menyebabkan kepanikan, jika kabar tentang Ardent si senjata berjalan tidak sadarkan diri secara misterius."

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya Saki.

"Kita harus bertanya kepada yang lainnya," jawab Eevenyx.

Shiro merasa ragu dengan jawaban Eevenyx. "Jika kau saja tidak mengetahui jawabannya, bagaimana yang lain bisa mengetahuinya?"

"Kita tidak perlu langsung mencari jawabannya, tapi kita harus mendiskusikan hal ini dengan yang lainnya untuk mencari jalan menuju jawaban tersebut."

Army, Shiro, Saki, dan Rikka memikirkan perkataan Eevenyx. Mereka juga merasa kalau sebuah pertemuan harus diadakan untuk membahas hal ini. Seperti perkataan Eevenyx, mereka tidak harus menemukan jawabannya secara langsung, tapi mereka bisa mencari jalan menuju jawabannya bersama-sama.

Eevenyx berjalan mendekati kasur Ardent. "Aku akan menjaga Ardent sambil terus memperhatikannya dengan Overseer. Kalian hubungi anggota lain, dan beritahu mereka untuk datang dengan cepat ke markas."

"Lalu apa yang akan kau lakukan jika semua sudah berkumpul?" tanya Army.

"Aku akan memasang barrier sebanyak yang ku bisa di sekeliling Ardent, dan menyusul setelahnya."

Army mengangguk. "Baiklah."

Ia menatap Saki. "Aku bersama Saki akan menjemput Reol dan Fuuko."

"Baik senior!" jawab Saki.

Ia menatap Rikka. "Rikka, kau tolong jemput paman Lock, Tan, dan Vivi."

Rikka meletakan tangan di dadanya. "Serahkan padaku!"

Ia menatap Shiro. "Shiro, kau tolong jemput Shacchi dan Ash."

"Baiklah!" jawab Shiro.

Mereka memeriksa posisi setiap anggota yang akan dijemput, dan mempersiapkan item teleportasi masing-masing.

"Aku duluan!" Rikka menggunakan item teleportasinya, dan berangkat pertama.

Shiro pun menyusul dengan langsung menggunakan item teleportasinya setelah Rikka. "Sampai nanti!"

Army menengok ke arah Saki. "Kau siap?"

Saki menangguk, menandakan kalau ia sudah siap untuk menggunakan item teleportasinya.

"Baiklah. Eev, tolong jaga Ardent ya!"

Eevenyx melambaikan tangannya kepada mereka sesaat sebelum berteleportasi. Mereka berdua kemudian menggunakan item tersebut, dan pergi menuju tempat tujuannya.

Ia kemudian duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Rikka, dan menatap keluar jendela. "Kuharap ini tidak akan berlangsung lama."