Hidung mancung sempurna, alis tajam bak pedang, pupil merah saga yang indah, rambut putihnya berkilau bak perak.
Itu hanya sedikit deskripsi untuk sosok pria tampan di hadapanku. Sulit ku bayangkan jika dia benar-benar nyata. Aku dapat merasakan kehangatan dari tangannya yang mendekapku erat, dan suara jantungnya yang berdetak. Pria tampan yang kini akhirnya membawaku dalam pangkuan dan pelukannya.
Oh ya, deskripsi pria tampan itu adalah untuk ayahku. Dia berusia 27 tahun!.
Ya tuhan. Dia lebih muda dariku. Maksudku. Usiaku di kehidupanku yang sebelumnya adalah tiga puluh tahun, tapi sekarang berbeda. Usiaku sangat jauh berada di bawah ayahku pastinya. Usiaku kini adalah tiga puluh tahun namun angka nol-nya dihilangkan.
Yap. Benar. Namaku adalah Cellia Leonhart dan usiaku adalah tiga tahun. Aku putri satu-satunya Duke Leonheart. Begitu panggilan orang-orang di kediaman ini.
Itu adalah infomarsi kecil yang kudapatkan setelah mendapatkan ingatan asli dari pemilik tubuh ini.
"Cellia sayang, apakah masih ada yang sakit?" Tanya Duke Leonhart.
Aku terdiam--menatap Duke Leonhart--mencerna segala hal yang tidak logis di akal sehatku--dan aku akhirnya mencapai satu kesimpulan. "Aku pasti gila ..."
Benar. Aku akan di anggap gila jika masih di duniaku yang dulu, namun sekarang berbeda. Sekarang aku adalah Cellia Leonhar, putri satu-satunya Grand Duke Leonhart--anak yang sangat diperhatikan dan disayangi. Cellia diberkati seorang ayah yang memberikan segalanya untuknya termasuk cinta yang penuh. Dan berkah ini sekarang menjadi milikku.
"Ayah ..." ucapku.
Aku sudah boleh memanggilnya ayah kan?. Tidak. Aku benar-benar ingin melakukannya!. Aku ingin memanggil sosok Duke Leonhart yang menatapku dengan penuh kehangatan dan kelembutan itu dengan sebutan ayah. Setidaknya, dia akan menjadi ayah kandungku di dunia ini dan aku harus memanggilnya ayah sebagai sosok yang memiliki darahnya dalam diriku.
"Ya, Cellia sayang?. Apa kamu mau makan atau minum sesuatu?" Jawab Duke Leonhart.
Ayahku terlihat masih khawatir denganku.
"Cellia mau ayah" ucapku.
Aku memeluk ayahku dengan erat seolah takut kehilangan dirinya. Sejujurnya, ucapanku barusan adalah ucapan yang dipendam Cellia asli sebelum akhirnya ia meninggal. Karena perasaanku dan perasaan Cellia sudah menjadi satu, jadi aku memahaminya dan aku memutuskan untuk mengatakan apa yang terpendam.
Dari informasi yang ku dapat dari tubuh ini. Cellia meninggal karena sakit demam yang parah, dan penyakit demamnya di akibatkan karena ia menahan beban emosi dan fikirannya sendiri. Dan penyebab ia menahan beban fikiran dan emosi itu adalah karena Duke Leonhart yang hendak menikah lagi untuk yang kedua kalinya.
Ya, kurasa aku paham perasaan Cellia walaupun aku tidak pernah merasakan memiliki orang tua, tapi setidaknya aku dapat mendefinisikan sedikit perasaan yang membebani Cellia. Rasanya seperti kau diselingkuhi dan di khianati oleh orang yang kau sayang, tapi definisi ini terlalu berat untuk Cellia yang masih belia. Ditambah hal ini ditujukan untuk ayahnya, dan bukan untuk kekasihnya. Mungkin simpelnya, ini adalah perasaan takut kehilangan yang amat besar.
"Tentu saja. Ayah akan selalu ada untuk Cellia. Ayah adalah milik Cellia ..." ucap Duke Leonhart.
Ayahku tersenyum dan berkata sedikit menggantung. Kurasa dia menyembunyikan sesuatu tapi ia memilih untuk tak akan mengatakannya padaku. Dengan begitu aku hanya dapat menebak-nebak apa yanh di fikirkannya dengan mencoba merasakan berada di posisinya.
Jika aku berada di posisi ayahku. Aku pasti akan melakukan apapun demi anakku, termasuk demi kebahagiaannya.
Jadi, alasan ayahku hendak menikah lagi sebenarnya mungkin bukan karena ia jatuh cinta lagi, namun ia hanya ingin aku bahagia dengan kehadiran sosok ibu di sisiku. Tapi sayangnya Cellia hanya ingin berada di sisi ayahnya. Setelah ibunya pergi ke surga, Cellia menjadi sangat sedih sehingga ia takut kehilangan ayahnya. Dan bagi Cellia, pernikahan ayahnya akan membuat dirinya kesepian lagi. Ia takut ayahnya tidak akan ada lagi untuknya. Tapi di sisi lain, Cellia juga ingin ayahnya bahagia.
Setelah mendengar pembicaraan bisik-bisik beberapa penghuni kediaman Duke Leonhart, Cellia jadi berfikir "Ayah akan bahagia jika menikah lagi ..."
Cellia pun hanya menganggukan kepalanya dan bersikap seolah ia bahagia dengan pernikahan yang akan dilakukan ayahnya. Namun, sehari menjelang pernikahan sang ayah, Cellia tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri di pinggir taman dan akhirnya ia jatuh sakit
Jadi. Bagaimana nasib pernikahan ayahku sekarang?. Aku tidak tau, tapi sepertinya aku tidak perlu khawatir tentang pernikahan ayahku. Lagipula ayahku menikah bukan karena ia jatuh cinta lagi, walau begitu aku harus menimbang perasaan Cellia dan perasaan Duke Leonhart sekarang ini.
Tok!. Tok!
Seorang pria berpakaian seperti kesatria kerajaan mengetuk pintu sebelum akhirnya diizinkan masuk oleh ayahku.
"Ada apa?" Tanya ayahku. Dia berusaha tetap tenang. Ia tidak ingin aku mengetahui sesuatu yang mungkin buruk.
Pria itu pun berbisik. "Tuan, Lady Helia menunggu jawaban anda dan nampaknya dia tak terima jika anda membatalkan pernikahan ini"
"Aku akan segera kesana untuk mengurusnya"
"Baik. Saya permisi"
Pria itu pun pergi.
Aku mencoba melihat wajah ayahku. Dia berekspresi kaku. Aku yakin dia tengah berfikir keras tapi aku tidak dapat menebaknya kali ini.
"Cellia sayang, ayah harus keluar sebentar. Kamu istirahatlah. Nanti ayah akan kembali lagi ..."
Ayahku lantas membaringkanku ke kasur lagi dan menyelimutiku. Dia mengecup keningku sebelum akhirnya pergi.
Ruang kamarku pun menjadi sepi. Hanya ada seorang wanita pelayan yang sangat pendiam dan terlihat sangat patuh seperti sebuah robot.
Aku sangat penasaran. Apa yang ingin dilakukan ayahku?. Sepertinya dia ada urusan mendadak, tapi aku tidak bisa pergi kemanapun jika aku dijaga seperti ini. Satu-satunya cara adalah dengan mengalihkan perhatian pelayan itu.
"Vio ..." panggilku. Untungnya aku memiliki informasi ingatan dari tubuh ini jadi aku tau nama pelayan wanita yang terlihat seperti robot ini. Vio adalah pelayan wanita pilihan Duke Leonhart langsung untuk merawat dan menjagaku.
"Kurasa dia satu-satunya seorang kesatria wanita yang berpakaian pelayan di kediaman ini" fikirku.
"Ya, Nona. Apakah Nona Cellia butuh sesuatu?" Tanya Vio.
"Su ... susu" ucapku.
"Nona Cellia haus?" Tanya Vio.
Aku mengangguk lemah.
"Baiklah. Saya akan mengambilkannya untuk nona Cellia. Apakah Nona Cellia juga mau makam sesuatu?"
Saat mendengar kata makanan, tiba-tiba aku jadi lapar, tapi apa yang biasa Cellia makan?. Makanan kesukaannya?.
"Roti daging manis" jawabku. Lagi-lagi aku mendapat informasi ini dari ingatan tubuh Cellia.
"Apakah ada lagi?"
Aku menggeleng. Aku hanya ingin Vio cepat meninggalkan ruangan agar aku bisa keluar dari kamar sebentar!.
"Baiklah. Saya akan ambilkan dulu"
Vio pun pergi.
Setelah beberapa menit Vio keluar, aku pun turun dari ranjang tempat tidurku dan pergi keluar kamar.
"Nona Cellia?!. Ya ampun, kenapa anda turun dari kasur?. Apakah nona membutuhkan sesuatu?" Tanya pria yang tadi datang untuk membisikan sesuatu untuk ayahku. Ternyata dia ditugaskan untuk menjaga di luar kamarku!. Bodoh. Kenapa aku tidak kefikiran dengan penjaga di luar?!.
Aku memutar otak dan mencari alasan dengan kecepatan penuh.
"Nona Cellia?"
"Vi-Vio!" Ucapku. Aku kehabisan ide. Lebih tepatnya, aku tidak dapat memakai kepalaku untuk berfikir. Aku masih pusing.
"Vio?. Bukankah dia sedang memgambilkan susu dan roti daging manis untukmu?. Apakah kamu lupa sesuatu untuk dikakatan padanya?"
Aku lantas mengangguk.
"Baiklah. Karena aku tidak bisa meninggalkan anda, jadi aku akan membawa anda kepada Vio" ucap pria itu. Dia lantas membawaku dalam gendongannya.
Baiklah. Ini tidak buruk. Setidaknya aku dapat melihat keadaan sekitar.
Di sepanjang koridor, aku melihat beberapa pelayan dan beberapa orang yang terlihat penting namun aku tidak mengenal mereka. Mereka nampaknya membicarakan tentang ayahku.
"Kau dengar?. Katanya, duke Leonhart menunda pernikahannya hanya karena putri Cellia jatuh sakit ..."
"Bukan menunda lagi, tapi Duke Leonhart berencana membatalkan pernikahannya!"
"Hanya karena putri Cellia sakit?"
"Ya. Dan kurasa, penyebab putri Cellia sakit karena Duke Leonhart yang ingin menikah lagi, jadi ... ku fikir Duke Leonhart juga menyadari hal ini. Karena itulah dia membatalkan pernikahannya"
"Kau benar juga. Rasanya putri Cellia tidak suka dengan ayahnya yang akan menikah lagi ..."
"Tapi, bagaimana dengan Lady Helia?. Ku fikir Duke Leonhart adalah pria kurang ajar jika dia mengabaikan perasaan Lady Helia dengan membatalkan pernikahannya hanya karena putri Cellia kan?" Seseorang dari mereka berbisik.
"Memang benar, publik akan memandangnya seperti itu, tapi aku pribadi setuju jika Duke Leonhart membatalkan pernikahannya. Jujur saja, Lady Helia adalah perempuan yang buruk dibandingkan istrinya yang dulu" balas seseorang lagi dengan berbisik. Untungnya aku tengah melintas di dekat mereka sehingga aku dapat mendengar pembicaraan yang sedikit di sembunyikan mereka.
Ayah dalam bahaya!. Instingku berkata begitu jika ayah membatalkan pernikahannya. Tak hanya ayah, namun diriku juga tiba-tiba merasakan ancaman jika ayahku menikah wanita yang dipanggil Lady Helia itu.
"Apa yang harus ku lakukan?. Bukan. Apakah aku bisa melakukan sesuatu?" Batinku. Sekarang aku hanyalah seorang anak kecil yang dipandang tidak tau apapun.
Aku dilema. Menikah atau tidak. Semua pilihan nampaknya berdampak buruk untuk ayahku.