Eder, CEO muda yang selalu terbiasa hidup dalam kebebasan. Orang tua Eder merasa jengah hingga mendekatkan Eder dengan Adonia supaya Eder bisa berubah.
Di sebuah kamar hotel, seorang pemuda tampan dengan kulit putih bersih sedang dikelilingi oleh tiga wanita.
"Ahhh oughhh," desahan Eder semakin menggila saat ketiga wanita itu membagi tugas menciumi setiap inci tubuh Eder. Eder dimanjakan oleh tiga wanita sekaligus.
Salah satu wanita yang bernama Dora dengan buasnya mengulum bagian kemaluan Eder yang sudah mengembang dengan sempurna. Ukurannya benar-benar panjang, besar dan berotot. Tanpa rasa jijik dia mengulum buah zakar milik Eder yang masih kencang. Sukses membuat Eder semakin merem melek dan mengerang keras.
"Ahhh yeahhh Dora! kamuhhh memang pintar," ucap Eder seraya semakin melebarkan kedua kakinya supaya lebih memberikan tempat bagi Dora menikmati barang miliknya.
Sedangkan satu wanita lagi yang bernama Siska melumat bibir Eder dengan penuh nafsu. Hingga benang-benang saliva pun tercipta di sana. Jangan lupakan tangan Eder yang ikut bergerak aktif meremas payudara besar milik Siska. Bahkan karena gemas, pitung susu itu di cubit-cubit nya dengan nakal. Sukses membuat Siska mendesah manja.
Jangan lupakan satu wanita lain yang menjilati puting susu Eder. Bahkan lidahnya dengan lihai menyesap dan menjilatinya. Eder semakin merasakan campur aduk kenikmatan yang luar biasa. Dia adalah Domina.
Karena dilihatnya batang anu Eder sudah menantang tegak, tergerak hati Dora untuk naik ke atas tubuh Eder. Barang anu itu dimasukkan nya tepat di lubang inti Dora yang tentu saja sudah melebar dan basah.
"Oughhh yeahh Dora!" ucap Eder. Dia semakin meremas payudara milik Siska hingga Siska mendesah nikmat. Dora mulai menggoyang pinggulnya maju mundur cantik. Awalnya menggoyangnya dengan pelan namun lama-kelamaan semakin cepat.
Tidak puas dengan Dora, kini Eder beralih pada Siska. Dia menarik kasar Siska dan mulai menyodoknya kasar. Sukses membuat Siska menjerit keenakan. Desahan nikmat pun keluar dari mulut Siska. Jangan lupakan Dora yang terlihat sebal karena Eder lebih memilih Siska dengan lama.
"Ouhhh yeahh tuan! Terus tuan, sedikit lagi aku aku sampai, Eughhh," erang Siska.
Kegiatan panas dengan tiga wanita itu dilakukan Eder tanpa henti sampai dirinya puas memainkan tubuh ketiga wanita yang dibayar nya itu dengan kasar. Namun kegiatan itu harus terganggu dengan bisikan ditelinga Eder yang berusaha mengingatkan Eder. Eder tentu saja sangat kesal dengan suara gaib itu.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di malam hari, kembali Eder bersenang-senang dengan wanita. Dia tidak akan puas dengan satu wanita. Disaat Eder sedang bersenang-senang, kembali suara gaib seorang kakek kembali mengingatkan Eder.
"Jika kamu tidak berubah dalam kurun waktu satu tahun ini. Aku pastikan kamu akan mati dalam keadaan merugi, bocah!" ucap seorang kakek tua dengan janggut putihnya.
Dia terlihat sangat renta dan kulitnya yang keriput. Namun sorot matanya tajam menatap Eder, pria tampan, muda dan kaya itu yang sudah teler karena minuman keras beralkohol berkadar tingkat tinggi.
"Bahkan kamu akan mati karena penyakit hati yang menggerogoti tubuh kamu. Sedangkan kamu sudah terlalu banyak noda hitam dan kenistaan yang sudah kamu lakukan. Bahkan setitik cahaya terang kebaikan dalam hati kamu pun telah pudar dan hilang. Apalagi titik cahaya kebenaran dan keimanan kamu tidak terlihat," seorang kakek tua dengan janggut putihnya.
"Jika kamu tidak berubah dan terus menerus melakukan perbuatan maksiat, niscaya kamu akan menjadi kayu bakar di dalam neraka. Kamu salah satu penghuni di dalam kerak neraka," sambung kakek tua keriput berjenggot putih itu dengan sorot mata yang tajam seolah ingin menerkam Eder karena kemarahan nya.
Sedangkan Eder masih saja menenggak minuman dan bahkan kini tiga wanita seksi mengelilinginya dan membuat Eder semakin terlena.
Antara tidur dan sadar, Eder mendapatkan tiga pelayanan wanita penghibur di kanan dan kiri serta bawahnya. Dengan mata terpejam, antara menikmati tiga pelayanan wanita tuna susila dan terbuai dalam angan-angan nya, Eder mulai tersentak.
"Tidak! Enyah lah kamu semuanya!" teriak Eder.
Hingga ketiga wanita penghibur itu sangat terkejut dengan sikap Eder yang tiba-tiba sangat kasar dan berusaha mengusir tiga wanita-wanita yang berada di sekelilingnya.
"Eder, sayang? Ada apa gerangan? Bahkan kami belum melakukan apapun loh. Kami baru juga melakukan pemanasan dan stimulus. Haduh, sayang sekali jika kamu mengusir kami semua. Sedangkan kamu sudah membayar kami dengan harga yang tidak murah dalam satu malam," ucap salah satu wanita penghibur itu.
Ketiganya saling berpandangan menatap Eder heran. Eder mulai mengeluarkan keringat dingin hingga seluruh tubuh nya gemetaran.
"Pergi kalian semua! Pergi!" ucap Eder seraya berteriak. Ada ketakutan saat dirinya tiba-tiba tersentak sadar dengan apa yang sudah ia lakukan.
"Ada apa dengan Eder?" gumam salah satu wanita tuna susila itu.
"Entahlah!" sahut teman nya yang lain.
"Enyahlah, kamu kakek! Aku tidak butuh nasihat dari kamu! Aku ingin bersenang-senang! Aku hanya ingin menikmati hidup ku yang tinggal sebentar saja. Ginjalku sudah rusak. Aku divonis sudah terkena penyakit yang mematikan. Aku hanya ingin menikmati hidup saja," ucap Eder dengan suara keras.
Hingga ketiga wanita penghibur itu saling berpandangan menatap Eder, pelanggannya.
"Eder, divonis terkena penyakit mematikan? Apakah Eder sudah mengidap penyakit HIV?" tanya salah satu wanita penghibur itu.
"Kita bertiga bersih kok. Setiap bulan kita selalu periksa. Kita selalu aman dari penyakit mematikan itu. Benarkan?" sahut salah satu temannya yang lain dengan suara pelan.
"Bagaimana ini? Apakah kita tetap harus melayani tuan Eder? Bahkan beliau sudah membayar kita dengan harga yang cukup tinggi," kata wanita penghibur itu.
"Aku pikir, kita bertiga harus tetap melayani tamu kita. Karena kita harus melakukan kewajiban kita setelah pelanggan membayar kita," sahut salah satu teman wanita penghibur itu.
"Tapi jika tuan Eder punya penyakit HIV gimana?" sahut salah satu wanita pelacur itu.
"Itu tidak mungkin! Tuan Eder selalu memilih milih siapa wanita yang diajaknya berkencan. Dia selalu memastikan wanita yang melayani dan diajaknya tidur, bersih dan bebas dari penyakit menular. Aku yakin itu," kata salah satu pelacur itu.
Eder semakin tenggelam saat ketiga wanita penghibur itu mulai berani dan bereaksi. Nasihat kakek yang datang di alam bawah sadar Eder belum dihiraukan nya. Kini di sebuah kamar dengan kasur big sze kini sedang terjadi pergulatan panas antara ketiga wanita yang terbilang masih muda dengan kulitnya yang putih halus dan mulus sedang melayani pelanggan nya.
Wajahnya yang sangat cantik mampu memikat banyak laki-laki. Dengan dua buah yang bergelantung di bagian d@@danya yang cukup padat, besar itu sangat menggoda mata.
Wanita-wanita cantik itu telah mendominasi seorang laki-laki dewasa yang mungkin saja usianya tidak jauh berbeda dari wanita-wanita tuna susila itu. Wanita cantik itu mungkin saja masih berusia dua puluh an tahun. Usia yang terbilang muda dan sangat energik untuk urusan kuda- kudaan atau bermain odong-odong.
"Sungguh manusia dalam keadaan merugi ketika waktu nya telah disia-sia kan dengan hal-hal yang melalaikan. Kehidupan dunia yang fatamorgana akan membuat sebagian manusia akan lalai dibuatnya," ucap Seorang kakek tua dengan janggut putihnya.
"Sadar bocah! Sadar lah, sebelum kematian menjemput kamu!" suara kakek itu kembali terdengar jelas ditelinga Eder.
Hingga kembali Eder terhenyak dan tersentak dalam kenikmatan dunianya bersama ketiga wanita-wanita cantik dan seksi itu.
"Pergi! Pergi kalian semuanya!" teriak Eder nyaris membuat ketiga wanita-wanita itu tersungkur jatuh ke bawah kasur itu.
Dengan tergesa-gesa ketiga wanita-wanita itu kembali mengenakan pakaiannya dan meninggalkan Eder yang kembali dalam mode stres dan kegilaan nya.
Di kamar hotel itu Eder terus menenggak minumannya. Masalah kerjaan dan urusan perusahaan membuat Eder tertekan. Apalagi setiap bulannya dirinya harus berusaha mengejar target. Tatkala weekend tiba, Eder ingin sekedar bersenang-senang. Apa yang salah? Eder hanya ingin menikmati hidupnya dengan menyenangkan dirinya. Banyak uang yang ia dapatkan harus ia nikmati. Tidak sekedar dikumpulkan untuk membeli beberapa aset-aset yang berharga.
"Sudah habis," gumam Eder ketika dia menuangkan botol wine terakhirnya.
Dan ternyata tinggal sedikit tertuang di gelas kecilnya. Ditenggaknya langsung habis minuman di tangan nya. Mata itu sudah mulai kosong menatap ruangan di kamar itu. Tinggal dirinya sendiri di sana. Wanita-wanita yang tadi menemani nya sudah pergi meninggalkan Eder di penginapan mewah itu.
"Sial!" ucap Eder dengan kesal.
Kembali kepalanya pusing. Suara kakek tua itu kembali mengganggu dirinya. Eder berusaha menutupi kedua telinganya agara suara kakek berjanggut itu tidak dia dengar. Namun semakin Eder menutup kedua telinganya, suara sang kakek semakin jelas terdengar di telinganya.
"Jangan ganggu aku! Pergi! Pergi!" teriak Eder dengan menutup kedua telinganya.
Kepalanya semakin pening dirasakannya. Hingga rasa sakit itu tidak bisa Eder tahan. Eder pingsan di atas peraduan kamar hotel itu. Hingga siang hari asisten pribadinya tiba berusaha menyadarkan dirinya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di malam berbeda, Eder masih menggila dengan ketiga wanita-wanita cantik yang melayaninya. Seolah tidak perduli dengan aturan dan norma, Eder masih saja bermain dan memuaskan nafsunya bersama dengan wanita-wanita yang berbeda. Kemarin malam dia belum puas mencapai kesenangan nya. Malam ini Eder benar-benar memanjakan dirinya bak seorang raja yang dilayani tiga pelayan cantiknya.
Sungguh manusia dalam keadaan merugi ketika waktu nya telah disia-sia kan dengan hal-hal yang melalaikan. Kehidupan dunia yang fatamorgana akan membuat sebagian manusia akan lalai dibuatnya.
"Sadar bocah! Sadar lah, sebelum kematian menjemput kamu!" suara kakek itu kembali terdengar jelas ditelinga Eder.
Hingga kembali Eder terhenyak dan tersentak dalam kenikmatan dunianya bersama ketiga wanita-wanita cantik dan seksi itu.
"Pergi! Pergi kalian semuanya!" teriak Eder nyaris membuat ketiga wanita-wanita itu tersungkur jatuh ke bawah kasur itu.
Dengan tergesa-gesa ketiga wanita-wanita itu kembali mengenakan pakaiannya dan meninggalkan Eder yang kembali dalam mode stres dan kegilaan nya.
Eder kembali meringkuk dalam mode tidak berdaya antara setengah sadar karena kebanyakan minum minuman beralkohol. Sampai akhirnya Eder terlelap hingga sang mentari sudah kembali bertugas menunaikan titahNya di hari kemudian.
"Hem, sudah jam dua belas siang. Aku masih di kamar hotel ini rupanya. Mana Edward, asisten pribadi ku itu? Kenapa tidak membangunkan aku?" gumam Eder sambil mengerjabkan matanya.
Eder turun dari atas tempat tidur di kamar hotel itu. Tujuannya sekarang adalah hendak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya. Bau alkohol di badannya masih cukup menyengat.
Dia harus cepat-cepat meninggalkan kamar hotel itu dan pergi ke kantor. Jika tidak? Dirinya akan kembali diceramahi oleh ayahnya lantaran sudah siang ini belum tiba di kantor.
Suara ketukan pintu terdengar. Eder membukakan pintu itu sebelum dirinya masuk ke kamar mandi.
"Tuan muda! Sudah bangun? Syukurlah! Saya membawakan sarapan untuk tuan muda," ucap Edward sang asisten pribadi Eder dengan tersenyum lebar.
"Sarapan? Sudah siang Edward! Kenapa kamu baru datang dan tidak membangunkan aku?" protes Eder.
"Maaf, tuan muda! Saya takut jika kedatangan saya bisa merusak moment indah dan kebahagiaan tuan muda bersama gadis-gadis itu." Eder beralasan.
"Letakkan makanan yang kau bawa itu di atas meja! Aku mandi dulu!" Perintah Eder.
Edward masuk ke ruangan kamar hotel itu. Sudah tidak ada lagi gadis-gadis yang Edward maksudkan. Tidak ada orang selain dirinya dengan tuan muda nya. Edward meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja. Setelah nya duduk di kursi panjang di kamar hotel itu menunggu tuan muda nya.
"Tidak adalah kegiatan seru dan enak tadi malam di kamar ini?" gumam Edward. Dia berusaha meneliti ruangan kamar itu yang masih rapi. Tidak ada pakaian wanita yang tertinggal di sana.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Sudah jam berapa ini, Eder? Seorang CEO yang dipercaya mengendalikan perusahaan besar, berangkat kantor di waktu jam siang," ucap tuan Edison, ayah Eder.
"Maaf, ayah! Aku kesiangan! Edward tidak membangunkan aku. Jadi aku kesiangan," sahut Eder.
Edward yang juga sudah duduk di ruangan itu jadi menyipitkan bola matanya. Sudah hal biasa kalau dirinya selalu disalahkan kalau Eder kena teguran dari pemilik perusahaan itu. Walaupun Eder sendiri sudah memperoleh saham dari ayahnya lima puluh persen. Namun sisanya masih milik ayahnya. Perusahaan itu murni kepemilikan sahamnya sepenuhnya dari keluarga Edison.
"Edward! Bukankah ini tugas kamu sebagai asisten pribadi Eder? Kamu harus mengingatkan putraku tentang tugas-tugas dan jadwal nya setiap hari," ucap Edison.
Edward jadi mengerutkan dahinya karena dirinya jadi kena teguran juga dari pemilik perusahaan itu yaitu tuan Edison.
"Tapi tuan Edison! Saya tidak mungkin mengganggu tuan muda Eder saat di kamar hotel bukan? Sedangkan tuan muda Eder di dalam sedang bersenang-senang dengan tiga wanita-wanita seksi dan cantik. Yang ada saya bisa ikut bergabung dan ingin menarik salah satu wanita yang ada di kamar hotel tuan Eder," ucap Edward keceplosan.
Spontan saja Edward mendapatkan lemparan pena seharga jutaan dari Eder. Dan pena milik Eder itu tepat mengenai jidat Edward.
"Haduh, tuan Eder! Kenapa tuan muda Eder melemparkan pena tuan ke muka saya? Ucapan saya tentu beralasan bukan? Apalagi tuan muda Eder pernah memarahi saya saat saya mencoba membangunkan tuan muda saat kencan di hotel berbintang bersama dengan beberapa wanita-wanita seksi dan menggoda itu? Kata tuan muda Eder, itu adalah privasi anda! Dan saya tidak boleh mengganggu kesenangan anda bukan?" ucap Edward beralasan.
"Sudah, sudah, jangan ribut sendiri! Sebentar lagi, ayah akan mengirimkan kamu seorang sekretaris. Dia akan bertugas mendampingi kamu saat bekerja dan memimpin perusahaan ini. Dia adalah putri dari sahabat ayah," ucap tuan besar Edison.
"Tapi ayah? Bagaimana dengan Edward? Dia juga merangkap menjadi sekretaris aku juga loh, ayah!" sahut Eder.
"Tidak masalah! Edward tetap dengan tugas-tugas nya. Dan sekretaris baru ini juga akan mendapatkan pembagian kerja nya di perusahaan ini. Selain itu, ayah harap, sekretaris baru ini bisa membuat kamu berubah," kata tuan besar Edison.
Eder dan Edward saling berpandangan. Mereka berdua tentu mulai sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Mungkin saja, Edward mulai berpikir kalau sekretaris baru itu adalah salah satu cara untuk menjodohkan Eder dengan putri sahabat dari tuan besar Edison.
"Hem, mungkin saja tuan besar Edison ingin menjodohkan tuan muda dengan gadis itu," pikir Edward.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di siang bolong di ruang kerja Eder.
"Oughhh yeahhh Mona! Kau luar biasa. Kamu sungguh lihai menyenangkan aku," ucap Eder dengan posisi celana panjangnya sudah melorot ke bawah. Celana boxer nya pun sudah ikut turun dibawah seperti celana panjang kainnya.
Mona mengulum batang anu Eder hingga semakin mengeras dan berotot. Eder merem melek menikmati oral sex yang dilakukan Mona, sekretaris lama nya. Bahkan tangan Eder sudah meremas payudara Mona yang sudah terekspos karena pakaiannya sudah ia tanggalkan sejak tadi. Mona sudah benar-benar bugil di ruangan kerja Eder.
Eder sudah merasakan di ujung. Dia serta merta mendorong Mona hingga tersudut di dinding ruangan itu. Serta merta dengan sangat kasar, Eder mulai menghujamkan batang anu nya yang besar dan panjang itu ke lubang kemaluan Mona yang sudah basah. Mona merem melek pasrah dilanggar tubuh nya oleh bos nya itu.
"Eughhh ahhh ahhhh yeahh. Ahhh terus pak! Itu sangat enak sekali. Aahhh," drang Mona tidak ketulungan merasakan hentakan pinggul Eder yang semakin menjadi dan cepat. Payudara Mona sampai menempel di dinding ruangan itu. Mona benar-benar seperti boneka yang dimainkan tuannya tanpa ampun. Sampai akhirnya Eder hendak menumpahkan cairan kentalnya. Dia menarik batang anu nya dan membalikkan tubuh Mona. Setelahnya batang anu itu diarahkan pada mulut Mona yang sudah membuka siap menerima cairan kental milik Eder.
"Yeahhh ahhh," Pekik Eder saat dia melepaskan cairan nikmat nya pada mulut Mona.
Tanpa rasa jijik, Mona menelannya. Wajahnya sudah ada percikan cairan kental dan lengket milik Eder. Mona justru mengulum dan menjilatinya lagi batang anu yang sudah mulai lemas. Eder masih mendongakkan kepalanya menikmati mulut hangat Mona. Sampai akhirnya Eder dibuat terperanjat dengan seseorang yang masuk ke ruangannya tanpa membuka pintu.
"Hah? Astaga! A-aku.. em maaf sudah mengganggu tuan muda berninaninu," ucap seseorang yang tidak lain adalah asisten pribadi Eder.
Dia adalah Edward yang langsung nylonong masuk ke ruangan tuan mudanya. Edward segera menutup pintu itu kembali dan mulai mengatur nafasnya.
"Ya ampun! Siang-siang begini disuguhi adegan seperti itu. Jadi kepingin kan?" umpat Edward sambil memegangi anu nya yang mulai tegang.
"Apalagi Mona bugil seperti itu. Sial banget aku siang ini. Bagaimana nasib adikku ini yang tiba-tiba jadi pingin," Gumam Edward yang segera berlari ke kamar mandi menuntaskan hajatnya yang meronta karena melihat pemandangan senonoh bos dan sekretaris lama nya.
Sementara itu setelah menunaikan tugasnya, Mona merapikan pakaian nya. Seperti tidak terjadi apa-apa, Mona mencari Edward yang tadi sudah melihat dirinya bermain dengan Eder.
"Aku yakin, Edward pasti lari ke kamar mandi, hihihi," Pikir Mona yang akhirnya kembali duduk di kursi kerja nya dan mulai mengerjakan pekerjaan nya yang tertunda karena harus memenuhi panggilan bos pimpinan perusahaan nya yang ganteng nya selangit.
⭐⭐⭐⭐⭐
Mona mengetuk pintu toilet pria yang diduga di dalam ada Edward. Mona ingin membungkam mulut Edward dengan melakukan sesuatu pada Edward. Disaat Mona mengetuk pintu toilet itu, Edward menyahut keras.
"Sebentar, nanggung nih!" Sahut Edward yang seperti melakukan kegiatan untuk menuntaskan hajatnya.
"Ini aku, Mona mas!" Ucap Mona pelan dibalik pintu toilet. Edward terkejut bukan main. Serta merta dia membukakan pintu toilet itu dan menarik tangan Mona hingga kini keduanya ada di dalam toilet itu.
"Hmmmp... Hmmmp," Mona serta merta mendapatkan ciuman di bibir nya oleh Edward. Dengan beringas Edward mengeksekusi Mona dengan caranya yang kasar. Ini lebih kasar dari pada Eder. Tanpa pemanasan lagi, Edward segera memasukkan batang kemaluannya itu pada lubang Mona setelah menaikan rok mini dan juga menurunkan celana dalam Mona. Tubuh Mona berguncang hebat karena Edward memompa anu nya sampai beringas.
"Ah ah ah uhhh ahhh Edward kamu gila! Kasar sekali kamu," umpat Mona.
"Bah jih ngan ahhh ahhhh," umpat Mona yang terus menerus dimainkan oleh Edward sampai beberapa saat lamanya.
"Yeahhh ahhh aku akuhhh ahhh," Edward melepaskan cairan laknatnya yang sejak tadi ingin muncrat dari sana. Setelah itu, senyum lebar tersungging di sudut bibir Edward. Mona cemberut diperlakukan kasar oleh Edward. Dia segera merapikan roknya.
"Lain kali jangan brutal begitu, Ed! menyebalkan," Kata Mona seraya membuka pintu dan keluar dari toilet pria itu. Edward menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Namun dirinya telah mendapatkan apa yang dia inginkan.