"Sebentar yah, Edward sayang! Ada temanku di depan. Aku akan membukakan pintu nya terlebih dahulu," Ucap Mona sambil menyambar handuk kimono nya untuk menutupi tubuh nya yang masih bugil.
Sementara itu Edward masih dibelunggu tangan dan kaki nya di atas ranjang dengan borgol. Edward masih polos seperti tadi.
"Mona, lepaskan borgol ini dulu. Apalagi ada teman kamu yang mau datang berkunjung ke sini. Bagaimana kalau teman kamu melihat ku tanpa baju seperti ini, hah?" Ucap Edward yang hanya mendapatkan senyum seringai saja oleh Mona.
Mona keluar dari dalam kamarnya dan hendak membuka pintu apartemen nya.
"Halo Mona! Aku datang!" Ucap. Seorang wanita muda dengan penampilan glamour. Mona tersenyum lebar menyambut kedatangan Windy temannya.
"Ayo masuk!" Kata Mona. Windy masuk ke dalam dengan menenteng koper nya.
"Untuk beberapa minggu ini aku menginap di apartemen kamu yah. Boleh kan? Setelah itu aku pastikan pindah ke rumah baru ku. Jangan khawatir, aku punya banyak duit dari warisan suamiku," Ucap Windy dengan tersenyum lebar.
"Iya, iya silahkan tinggal di sini," Sahut Mona.
Windy duduk di sofa dengan bersandar. Dia sementara ini melepaskan penat setelah melakukan perjalanan jauh di negeri orang. Kepulangan nya kembali ke tanah air karena suaminya telah meninggal dunia dan dia mendapatkan banyak harta dan warisan dari suaminya.
"Mona sayang! Buka borgol ini! Tolong Mona, lepaskan borgol ini! Aku janji tidak akan nakal!" Teriakan Edward membuat terkejut Windy. Windy menatap penuh tanda tanya pada Mona yang sedang mengambilkan minuman dingin untuk Windy.
"Siapa yang berteriak itu, Mon? Kekasih kamu?" Tanya Windy sambil mengambil minuman kaleng pemberian Mona.
"Bukan siapa-siapa! Laki-laki itu hanya mainan saja," Ucap Mona asal. Windy mengerutkan dahinya. Dia sangat penasaran ingin melihat pria yang berteriak di dalam kamar Mona.
"Aku akan melihat nya!" Kata Windy. Namun dengan cepat ditahan oleh Mona.
"Tidak boleh! Kamu dulu di sini. Ayo cerita kenapa suami kamu yang bule itu bisa meninggal?" Ucap Mona. Windy kembali duduk dan mengatur nafasnya.
"Arbeto meninggal dunia karena penyakit jantungnya. Aku juga tidak menyangka jika usia Arbeto begitu singkat. Oh iya lupakan kisah hidupku. Sekarang lepaskan saja pria itu supaya tidak berteriak-teriak," Kata Windy. Mona menyipitkan bola matanya.
"Dia Edward tekan kerjaku. Beberapa minggu ini kami telah jadian dan berpacaran. Cuma hari ini aku memang sedang mengerjai nya," Cerita Mona. Windy terkekeh-kekeh mendengar cerita Mona.
"Hahaha kamu apakan pria itu?" Sahut Windy.
"Aku borgol kaki dan tangannya," Ucap Mona. Windy kembali terkekeh-kekeh.
"Senang sekali kamu mendengar ceritaku, Win!" Sahut Mona.
"Tentu saja! Pasti kamu buat mainan yah?" tebak Windy.
"Sedikit saja kok aku bikin dia seperti cacing kepanasan," Kata Mona. Windy dan Mona saling berpandangan. Lalu pikiran gila mereka muncul.
"Sepertinya aku sudah lapar," Ucap Windy.
"Oh iya, maaf! Aku akan belanja dulu ke bawah. Kamu boleh istirahat dulu yah Win!" Kata Mona.
"Oke, baiklah! Tapi jangan lama-lama yah!" Sahut Windy sambil merebahkan tubuh nya di kursi panjang di ruangan itu.
⭐⭐⭐⭐⭐
Karena lelah yang dirasakan Windy, dia tertidur di kursi ruangan tengah. Sementara itu Edward masih di dalam kamar Mona dalam posisi di borgol. Mona benar-benar gila telah membuat Edward tidak bisa berbuat apa-apa karena di borgol kaki dan tangannya. Kembali Edward berteriak minta dilepaskan.
"Mona, lepaskan borgol nya! Aku mau pipis nih! Tolong dong!" Teriak Edward.
Teriakkan Edward membangunkan tidur Windy. Karena penasaran dengan laki-laki yang menjadi pacar baru Mona, Windy melangkah ke kamar Mona yang di kunci dari luar. Pelan-pelan Windy membuka pintu kamar ber AC Mona.
"Hah?" Windy membulat matanya saat melihat pemandangan tidak senonoh di kamar itu. Dimana Edward masih polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh nya. Bahkan kaki dan tangannya di borgol. Bagian intim itu terekspos jelas oleh mata Windy. Walaupun dalam keadaan menunduk sopan.
"Tolong buka borgol ini! Aku mau pipis! Kamu teman Mona bukan? Di mana Mona?" Ucap Edward yang sudah tidak bisa menyembunyikan tubuh nya yang telanjang. Windy segera mencari kunci borgol itu.
"Di mana kuncinya di simpan?" tanya Windy berusaha tenang.
"Aku rasa di dalam laci!" Sahut Edward yang sudah tidak sabar untuk lepas dari belenggu itu. Windy mencari-cari kunci borgol nya dan akhirnya dapat.
"Aku menemukannya!" Ucap Windy. Edward tersenyum lebar saat melihat ditangan Windy sudah ada kunci borgol nya.
"Cepat buka borgol ini! Sebelum Mona datang," Kata Edward. Windy menurut apa kata Edward. Pelan-pelan Windy membuka borgol kaki dan kemudian tangan Edward. Setelah itu Edward Benar-benar berlari ke dalam kamar mandi membuang hajatnya. Windy yang melihat tubuh polos Edward yang berlari ke kamar mandi hanya bisa terkekeh-kekeh.
"Mona benar-benar keterlaluan! Pacarnya sendiri dijaili nya," Gumam Windy seraya keluar dari dalam kamar itu. Sedangkan Edward setelah dari dalam kamar mandi dia langsung mengenakan kembali pakaiannya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di ruangan tengah itu Windy masih menahan geli mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Mona. Edward kini sudah lengkap dengan pakaian nya dan menghampiri Windy.
"Terimakasih banyak yah sudah membuka borgol nya," Ucap Edward sambil duduk di sebelah Windy. Windy cekikikan mendengar nya.
"Mona benar-benar keterlaluan mengerjaiku seperti ini," Kata Edward geram.
"Mona sedang berbelanja! Sebentar lagi dia juga pulang," Sahut Windy. Edward menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau begitu, aku pulang dulu! Sampaikan pada Mona kalau aku kembali. Suruh dia menemuiku di rumah. Aku akan membuat perhitungan dengan nya," Ucap Edward. Kembali Windy terkekeh-kekeh seraya melihat bagian intim Edward yang kini sudah tertutup dengan celana panjang nya.
"Kamu kenapa tertawa? Oh iya, karena kamu sudah melihat aku dalam keadaan bugil, anggap saja itu rejeki buat kamu. Suatu hari aku akan memastikan bahwa aku bisa melihat tubuh kamu yang bugil," Kata Edward. Windy melebar bola matanya.
"Itu tidak akan terjadi!" Sahut Windy sambil terkekeh-kekeh.
Sementara itu, Edward segera keluar meninggalkan apartement Mona. Dan sekarang di apartemen itu menyusahkan Windy yang masih duduk di ruang tengah menunggu kedatangan Mona yang belanja.
Setelah Edward pulang, Mona tiba di apartemen nya. Windy cekikikan menahan tawanya saat Mona tiba. Hal itu membuat Mona menjadi heran.
"Kamu kenapa sejak tadi tertawa terus sih, Win?" Tanya Mona.
"Kamu benar-benar gila! Menyiksa pacar sendiri seperti itu," Sahut Windy.
"Habis nya gara-gara Edward aku jadi dimanfaatkan oleh pria yang notabene bekerja menjadi cleaning service di perusahaan tempat aku bekerja. Gara-gara dia melihat aku bermain dengan Edward di dalam toilet. Aku jadi sebal," Cerita Mona. Sukses membuat Windy melongo.
"What? Terus Edward tahu kalau kamu juga dimanfaatkan oleh pria rendahan itu?" Sahut Windy.
"Tentu saja tidak! Aku tidak mau menceritakan hal ini pada Edward. Aku sendiri merasakan jijik jika mengingat hal itu," Kata Mona.
"Hem kurang ajar juga dia! Bagaimana kalau kita kerjain saja dia?" Sahut Windy. Mona terlihat berpikir dengan rencana Windy.
"Aku sebenarnya sudah malas berhubungan dengan pria cleaning service itu. Kalau kamu mau mengerjainya, silahkan saja," Kata Mona akhirnya.
"Hahaha aku akan membuat dia jera untuk memanfaatkan kamu. Enak saja nyari gratisan," ucap Windy dengan seringai nya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Sementara itu di tempat lain. Di mana semua karyawan sudah pulang Eder dan Adonia masih di ruang kerja.
"Ingat Adonia! Jika kamu bekerja bersama dengan ku dan ingin bertahan lama dan awet, kamu jangan suka mengadu dan laporan pada ayahku! Karena hal itu yang paling tidak aku sukai," ucap Eder pada Adonia.
Eder langsung bicara seperti itu setelah Adonia kembali dari ruangan tuan besar Edison. Tentu saja Eder selalu khawatir jika Adonia melaporkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Eder. Salah satunya adalah diam-diam mendatangkan seorang wanita di saat jam istirahat. Dan itu hanya beberapa jam saja Eder berkencan. Tentu saja Eder menyuruh Adonia keluar baik disuruh membeli makanan atau berbelanja alat-alat kantor.
"Baik kak! Bukan sifat aku suka melapor sesuatu yang bukan urusan dan kepentingan saya, kak. Jadi kak Eder jangan khawatir tentang itu," sahut Adonia.
Eder mengerutkan dahinya. Baru kali ini Adonia seperti ingin membela dirinya. Dia seperti tidak ingin dinilai buruk dengan perbuatan yang belum tentu dia lakukan.
Eder mendekati Adonia. Sedangkan Adonia mulai mundur satu langkah menjauh dari laki-laki tampan yang sorot matanya bisa menghipnotis wanita-wanita manapun. Semakin Eder mencoba mendekati Adonia, Adonia menjauh mundur ke belakang. Eder semakin tertantang ingin mengerjai gadis yang dahulu nya mengenakan hijab itu. Namun sekarang penampilan Adonia benar-benar terlihat seksi dan membuat Eder semakin ingin menggodanya.
"Kak Eder! Kakak! Apa yang akan kak Eder lakukan?" ucap Adonia gugup.
Dia benar-benar gugup. Seumur hidupnya dia tidak pernah begitu dekat dengan seorang lawan jenis. Hanya Eder yang beberapa hari ini telah membuatnya seperti wanita murahan yang dengan seenaknya dipegang atau digandeng nya. Adonia sudah tersudut di dinding. Eder menunjukkan senyuman seringai pada gadis itu. Sorot matanya menunjukkan rasa was-was dan khawatir, jika Eder akan melecehkan dirinya.
"Menurut kamu apa yang harus aku lakukan?" ucap Eder pelan seraya mendekati wajah Adonia.
Adonia sangat takut hingga menahan nafasnya serta memejamkan bola matanya. Hal itu membuat Eder tertawa lepas melihat Adonia yang seperti pasrah jika Eder berbuat sesuatu dengan Adonia.
"Hahaha, kamu pikir aku akan mencium kamu, hah? Hahaha," tawa Eder memenuhi ruangan itu hingga Adonia benar-benar merasa malu dengan pikiran nya sendiri. Adonia menjauh dari Eder dan bergegas ke toilet ruangan itu.
"Maaf, kak permisi! Saya harus ambil air wudhu untuk sholat dzuhur," kata Adonia dan dengan cepat berlari meninggalkan Eder yang masih menertawakan Adonia.
Eder memperhatikan Adonia dengan mukena putihnya. Saat ini Adonia terlihat mengerjakan sholat ashar di kamar istirahat milik presdir Eder. Memang tidak bisa dipungkiri kalau Adonia dengan mengenakan apapun selalu terlihat cantik dan mempesona. Eder terus memperhatikan Adonia yang masih melakukan gerakan sholat.
"Ayah benar! Adonia masih terlihat sangat cantik walaupun mengenakan mukena atau pakaian longgar. Dan seperti nya aku salah, telah merubah Adonia seperti sekarang. Di mana aku telah merubah penampilannya. Apakah aku berdosa, telah menjadikan Adonia sosok wanita dengan pribadi yang lain?" pikir Eder.
Eder menjatuhkan tubuh nya di atas tempat tidur yang letaknya di belakang Adonia melakukan sholat ashar nya. Hingga beberapa saat, Eder terlelap di jam istirahat itu setelah kenyang dengan sedikit makanan yang disiapkan oleh Edward. Dialah yang paling tahu makanan dan kesukaan Eder.
Dalam tidur nya, kembali Eder didatangi oleh kakek berjanggut putih itu. Kembali Eder mengeluarkan keringat di dahinya lantaran bertemu dengan kakek tua berjanggut putih seperti saat itu. Di mana Eder sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita di sebuah hotel.
"Anak muda! Kamu benar-benar sudah keterlaluan! Bahkan seorang wanita baik kamu suruh pakai baju kurang bahan. Apakah kamu tidak takut, jika dosa-dosa kamu semakin menggunung? Sedangkan ajal kamu sebentar lagi akan menjemput kamu," ucap sang kakek dengan janggut panjang berwarna putih.
"Ini bukan urusan kamu, kakek tua! Soal kematian itu sendiri, itu masih sangat jauh dari aku. Aku masih muda dan sehat! Jadi jangan suka ikut campur urusan ku! Kakek lah yang sudah renta, pasti ajal akan menjemput kakek. Jadi jangan suka usil dengan semua yang aku lakukan," kata Eder dengan amarah.
Adonia melihat bos nya itu tertidur di atas tempat tidur dalam keadaan berkeringat. Bahkan kemeja kerja yang dikenakan nya telah basah. Adonia sangat khawatir dengan bos nya itu. Dengan nekat Adonia membangunkan Eder.
"Kak Eder, kak Eder! Bangun kak Eder! Ada seseorang yang mencari dan menunggu kak Eder di ruangan," ucap Adonia.
Eder terbelalak dan membuka matanya. Dia berusaha mencari lagi sosok kakek tua berjanggut yang selalu mendatangi dirinya. Namun saat ini didekatnya hanya Adonia, sekretaris dan asisten pribadi nya saja.
"Di mana kakek tua berjanggut itu?" tanya Eder yang masih dalam kebingungan.
"Tidak ada siapa-siapa di ruangan istirahat kak Eder. Hanya ada saya sejak tadi di sini. Dan juga kakak," sahut Adonia. Eder menyipitkan bola matanya lalu menatap lekat Adonia.
"Lalu kenapa kamu sekarang berpakaian seperti ini? Dan pakaian kamu seperti ini?" kata Eder.
Adonia kembali dibuat bingung dengan ucapan Eder.
"Bukankah kak Eder yang menyuruh saya untuk mengenakan pakaian seperti ini?" sahut Adonia.
"Mulai besok, kamu harus kembali mengenakan pakaian seperti sebelumnya. Aku tidak ingin melihat kamu mengenakan pakaian minim seperti ini," ucap Eder.
Sukses ucapan Eder membuat Adonia terkejut dan tentu saja sangat bahagia. Dia benar-benar tidak menyangka kalau bos nya cepat berubah.
"Benarkah, kak? Terimakasih kak!" sahut Adonia.
"Malam ini ikut aku! Aku akan memilihkan pakaian longgar yang cocok untuk kerja kantoran. Aku ingin sekretaris ku tetap modis walaupun mengenakan pakaian tertutup," kata Eder sambil menuruni tempat tidur di ruang istirahat itu dan keluar kembali ke meja kerja nya.
"Suasana hatinya cepat berubah-ubah.Apakah dia punya kepribadian ganda?" batin Adonia.