"Nah, kamu sangat cantik dengan pakaian yang aku pilih ini!" ucap Eder sambil melihat penampilan Adonia yang kembali mengenakan pakaian longgar dan tertutup.
Bahkan Adonia terlihat begitu sangat cantiknya dengan mengenakan pakaian tertutup itu. Adonia terlihat begitu bahagia karena dirinya kembali mengenakan pakaian yang sudah menjadi kepribadiannya. Bahkan Eder, bos nya mendukung dirinya kembali mengenakan pakaian panjang dan tidak menunjukkan lekukan di tubuhnya.
"Terimakasih banyak kak! Kakak membelikan banyak pakaian Muslimah untuk ku," ucap Adonia. Eder menyipitkan bola matanya lalu dengan usil berkata pada Adonia.
"Aku membelikan pakaian Muslimah itu, tidak gratis dan cuma-cuma, Adonia! Bukan depan saat kamu menerima gaji pertama kamu, gaji yang kamu peroleh sudah dipotong dengan senilai harga baju-baju ini," ucap Eder.
Eder bermaksud menggoda Adonia. Sebenarnya Eder memang benar-benar ingin memberi semua nya dengan cuma-cuma karena dia sangat memperdulikan penampilan orang-orang yang didekatnya termasuk sekretaris dan asisten pribadi nya.
"Aapa? Dipotong? Bahkan semua pakaian ini kalau dijumlah semua nya sekitar kurang lebih dua puluh jutaan. Lalu berapa gaji yang saya terima?" ucap Adonia. Eder tersenyum melihat ekspresi yang ditunjukkan Adonia.
"Di perusahaan ku di posisi sekretaris dan asisten pribadi akan mendapatkan gaji cukup besar. Kamu jangan khawatir jika harus dipotong dua puluh jutaan saja," kata Eder asal bicara.
Dia masih ingin membuat Adonia berpikir dan hitung menghitung dengan sisa gaji yang akan dia peroleh bulan depan. Itu adalah gaji pertama baginya.
"Jadi sisa gaji yang harus saya peroleh berapa kak?" tanya Adonia.
Eder pura-pura berpikir dan menghitung sisa nya. Satu jari nya dia letakkan di kening nya.
"Sisa gaji yang akan kamu peroleh kurang lebih lima ratus ribu saja! Aku rasa cukup bukan untuk membeli seblak dan colok untuk satu bulan. Oh iya ditambah membeli pembalut wanita yang mungkin seratus ribu cukup kan?" terang Eder.
Dia menahan tawa nya saat Adonia sangat serius mendengar jawaban dari Eder.
"Lima ratus ribu, kak? Bagaimana saya harus membayar kost dan biaya hidup saya setiap hari?" sahut Adonia terlihat panik.
Eder kembali menahan tawa nya. Namun saat mendengar Adonia masih tinggal di kost atau rumah kontrakan, Eder menjadi mengerutkan dahinya.
"Kamu masih ngekost? Kamu tidak punya rumah di kota ini?" tanya Eder.
Adonia terlihat menundukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Eder.
"Saya sudah tidak punya siapa-siapa di kota ini, kak! Rumah tinggal orang tua saya pun akhirnya diambil alih oleh paman saya. Bahkan perusahaan papa pun sekarang ini, paman lah yang mengambil alih kepemilikan," cerita Adonia.
"Entah bagaimana jalan ceritanya, saya sudah tidak memperdulikan semua nya. Saya sudah tidak mau berurusan dengan mereka lagi. Saya hanya ingin hidup dalam ketenangan tanpa diusik oleh mereka. Setelah papa mama meninggal dunia, saya sudah tidak perduli lagi dengan harta benda dan aset-aset yang sebenarnya milik papa saya. Entah kenapa paman begitu licik hingga semua nama kepemilikan atas nama paman," sambung Adonia.
Eder menyimak dengan serius cerita Adonia.
"Karena saya punya sedikit sisa tabungan dari orang tua saya, saya lebih memilih keluar dari rumah itu dan mencari kontrakan. Bersyukur saat itu saya masih bisa merampungkan kuliah saya dengan uang tabungan saya," cerita Adonia.
Eder mengerutkan dahinya. Lalu menatap lekat Adonia.
"Oh jadi kamu sebenarnya dahulu anak orang kaya alias konglomerat?" sahut Eder. Eder tersenyum memperhatikan Adonia yang masih ada sisa-sisa seperti orang kaya. Kulit putih bersih dan terawat.
"Siapa nama orang tua kamu? Dan apa perusahaan yang sekarang diambil alih atau direbut oleh paman kamu?" tanya Eder.
"Sudahlah, kak! Kakak tidak perlu tahu. Saya pun sudah tidak perduli lagi dengan semua harta itu," kata Adonia.
Eder mulai berpikir sejenak. Jiwa penasaran Eder mulai meronta-ronta ingin mengetahui asal usul Adonia.
"Ayah pasti mengetahui tentang ini. Bukankah orang tua Adonia adalah sahabat ayah? Itu yang pernah ayah katakan saat itu," batin Eder.
"Aku akan membantu kamu merebut kembali hal kamu. Tapi jika benar-benar semua yang kamu ceritakan itu adalah kebenarannya. Paman kamu harus mengembalikan semua yang menjadi milik kamu," ucap Eder akhirnya.
Adonia diam membisu memikirkan janji Eder untuk merebut kembali sesuatu yang seharusnya menjadi milik nya.
"Banyak sekali baju baru dan mahal yang dipilihkan oleh kak Eder. Dua puluh jutaan kalau dijumlahkan semua nya. Tapi tidak apa-apa daripada harus kembali mengenakan pakaian yang seksi tanpa hijab itu. Lebih baik aku kena potong gaji pertama ku saja. Tapi berapa sebenarnya gaji kalau bekerja menjadi asisten pribadi sekaligus merangkap menjadi sekretaris pribadi di perusahaan itu?" gumam Adonia yang sekarang ini sudah pulang ke kostnya.
Adonia melihat lihat pakaian baru nya itu sambil tersenyum senyum sendiri.
"Selera kak Eder memang keren! Alhamdulillah aku punya banyak baju yang bisa dipakai. untuk bekerja di kantor. Sepertinya mulai besok aku harus berpuasa. Kalau benar gaji yang akan aku dapatkan bulan depan hanya lima ratus ribu saja," gumam Adonia.
Adonia mulai mencoba satu persatu pakaian yang dibelikan oleh bos nya itu. Dia tentu saja tidak menduga kalau barang-barang itu semua gratis diberikan untuk dirinya tanpa potong gaji.
"Cantik! Aku suka yang ini," gumam Adonia saat mencoba baju longgar yang berwarna kebiruan.
Sementara itu Eder di dalam kamarnya sedang gelisah karena belum bisa tidur. Dia memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan kasus dari orang tua Adonia.
Setelah mengantarkan pulang Adonia ke kost nya, Eder menjumpai ayahnya dan bertanya langsung perihal yang terjadi sebenarnya atas kematian orang tua Adonia dan aset-aset kepemilikan nya bisa berpindah tangan ke paman Adonia. Eder ingin mengungkapkan misteri itu. Namun kembali tuan besar Edison melarangnya. Untuk sementara waktu Eder tidak boleh mencampuri urusan itu.
"Ini tidak bisa dibiarkan! Adonia harus mendapatkan haknya dong! Ah ayah! Kenapa ayah melarang ku ikut campur urusan ini?" gumam Eder yang sudah berbaring gelisah di atas kasur nya.
Eder menatap langit-langit di dalam kamarnya. Sampai akhirnya karena kelelahan, Eder tertidur lelap dan masuk ke alam mimpi indahnya.
Saat pagi hari.
"Ada apa Adonia?" tanya Eder.
Adonia terlihat pucat saat melihat saudara sepupunya datang menemui Eder di ruangan nya.
"Tidak, tidak kak!" sahut Adonia berusaha menutupi semuanya. Saudara sepupu nya itu menatap Adonia sambil tersenyum.
"Kalau begitu, tolong siapkan dua cangkir kopi untuk kami, Adonia! Kita sedang kedatangan tamu penting dari perusahaan AQ Grup. Dia adalah bang Tedy, salah satu putra dari tuan Yunus pemilik saham terbesar di perusahaan AQ grup. Dan bang Tedy ini salah satu direktur nya," terang Eder.
Adonia terlihat kurang tertarik dengan penjelasan Eder. Adonia dengan cuek langsung keluar dari ruang kerja Eder. Tedy menatap punggung Adonia sampai tidak terlihat dan terhalang dari pintu keluar.
"Ada apa bang? Bang Tedy suka dengan sekretaris saya?" tuduh Eder pada Tedy. Tedy terkekeh mendengar nya.
"Hahaha, apakah dia sekretaris anda bang?" sahut Tedy.
"Benar! Sekretaris pribadi merangkap asisten pribadi saya. Cantik kan?" sahut Eder.
"Sepertinya selera bang Eder mulai berubah. Biasanya sekretaris yang abang pilih yang penampilan nya menarik dan pakaian nya terbuka," ucap Tedy.
"Hahahaha, aku rasa aku sudah salah selama ini. Dan sekarang saya harus mulai berubah. Asal bang Tedy tahu, jika kita tidak bisa bersaing dengan orang sholeh, kita harus bersaing dengan para pendosa dalam rangka memperbaiki diri. Dan sekarang saya ingin lebih baik dari sebelumnya, sebelum kematian saya menghampiri saya," ucap Eder panjang lebar.
"Wow, menakutkan sekali bicara bang Eder sekarang. Seratus delapan puluh derajat perubahan nya," sahut Tedy.
"Tidak bang Tedy! Saya masih seperti dulu. Namun saya akan belajar lebih baik lagi. Sedikit-sedikit dan pelan-pelan saja," ucap Eder. Tedy terkekeh-kekeh dengan pembicaraan kali ini.
"Kalau begitu, malam minggu nanti bang Eder harus datang. Saya mengundang bang Eder secara pribadi di acara pesta ulang tahun saya. Bang Eder boleh mengajak sang sekretaris bang Eder. Kita minum-minum dan berdansa sepuasnya," terang Tedy.
"Wow, bang Tedy ulang tahun? Selamat selamat! Saya tidak mungkin melewatkan acara seperti ini," kata Eder seraya tersenyum lebar.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di apartement Mona.
Pria yang bekerja sebagai cleaning service itu sudah berada di sana. Windy memperhatikan kulit dekil yang kurang bersih itu. Bento tersenyum seringai menelanjangi tubuh seksi Windy. Sedangkan Mona sendiri kembali ke kantor setelah mengantar Bento ke apartement nya.
Saat jam istirahat itu sengaja Mona mencari Bento dan mengajaknya pergi ke apartemen nya dengan satu alasan yaitu dirinya minta tolong pada Bento supaya memperbaiki kran di kamar mandinya dengan imbalan. Bento yang pekerja rendahan tentu menerima pekerjaan dadakan itu. Sehingga tanpa rasa curiga, Bento menyanggupi pekerjaan itu untuk memperbaiki kran di kamar mandi apartemen milik Mona.
Windy berencana akan membuat jera Bento dengan caranya. Mona tidak ambil pusing dengan permintaan Windy teman nya yang baru beberapa bulan ditinggal mati suaminya yang bule.
"Jadi kamu yang namanya Bento itu?" Tanya Windy.
Dia menatap lekat netra Bento yang liar menatap bagian dada nya yang sedikit terbuka. Bagian dada itu menyembul keluar hingga sorot mata Bento rasanya ingin memakan Windy.
"Benar, aku Bento! Sekarang apa yang harus aku lakukan? Katanya non Mona aku dimintai tolong memperbaiki kran di kamar mandi nya. Apa boleh aku mengeceknya?" Ucap Bento.
"Betul! Ayo biar aku tunjukkan kamar mandi nya. Tadi pagi kran nya rusak," Terang Windy. Tentu saja dia telah membohongi Bento.
"Kalau begitu biar aku cek dulu ke dalam," Sahut Bento.
"Silahkan! Di sana kamar mandi nya," Sahut Windy.
"Oke, siap!" Ucap Bento.
Bento segera berjalan ke arah kamar mandi yang ditunjuk oleh Windy. Sebelum dirinya masuk, Bento dengan cuek melepaskan seragam yang menunjukkan dirinya sebagai cleaning service di perusahaan tertentu. Sukses apa yang dilakukan oleh Bento membuat Windy melebar matanya saat Bento hanya menyisakan celana boxer nya. Tentu saja bagian tengah diantara pangkal pahanya itu terlihat menonjol. Windy yang sudah beberapa bulan tidak disentuh seorang pria selama kepergian suaminya, hanya mampu menelan saliva nya sendiri menatap bagian yang menonjol milik Bento.
"Sialan! Bikin penasaran saja! Apakah punya Bento panjang dan besar? Sudah lama tidak merasakan benda lokal," Pikir Windy.
Dia mulai penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Bento. Di mana di kamar mandi itu sebenarnya tidak ada kerusakan sedikit pun.
"Tante, jangan ngintip-ngintip seperti itu. Masuk saja tante!" Ucap Bento yang membuat Windy tiba-tiba memerah wajahnya. Kenapa justru dirinya yang tergoda dengan pria dekil itu. Bukannya dirinya hendak membuat jera pria mesum itu. Di mana dia suka mengerjai Mona.
"Kran nya tidak rusak kok, tante! Segar airnya. Sepertinya aku harus mandi nih. Sejak tadi keringat badanku," Ucap Bento sambil menatap aneh pada Windy. Tiba-tiba hal yang tidak pernah diduga oleh Windy, Bento melepaskan celana boxer nya sendiri. Hingga dia benar-benar telanjang bulat.
"Bento! Apa yang kamu lakukan?" Teriak Windy yang harus melihat tubuh telanjang Bento mandi di bawah shower.
"Aku mau mandi tante! Maaf cuaca panas banget! Tante kalau mau ikut mandi dengan ku. Dengan senang hati tante," Ucap Bento tanpa malu. Dia tersenyum penuh seringai pada Windy.
"Gundul kamu itu!" Umpat Windy. Di saat Windy hendak pergi dari tempat itu tiba-tiba tangan Bento menarik tubuh Windy dan membawanya ke bawah pancuran shower yang mengalir cukup deras.
"Kamu!" Ucap Windy yang tiba-tiba merasakan panas tubuh nya saat dipeluk oleh Bento. Namun lantaran terkena siraman air shower, hal itu membuat segar bagian tubuh Windy.
Windy yang masih lengkap dengan pakaiannya mulai terlihat jelas tonjolan-tonjolan nya. Hal itu membuat Bento tersenyum nakal.
"Sebaiknya aku membantu tante melepaskan pakaian tante yah," Ucap Bento yang tanpa menunggu persetujuan dari Windy, dia mulai melepaskan satu persatu pakaian Windy yang sudah basah kuyup. Anehnya Windy diam tanpa menolak apa yang sudah Bento lakukan.
"Tubuh tante begitu indah. Lebih indah dari non Mona," Ucap Bento. Diam-diam Windy memperhatikan bagian kemaluan Bento yang sudah berdiri membesar dan panjang. Ah itu benar-benar diluar ekspektasi nya. Milik Bento besar dan panjang.
"Eoghh ahhh sshhh," Tiba-tiba Windy mengeluarkan suaranya saat Bento langsung jongkok di bawah kaki Windy. Dia langsung ke sasaran menjilati bagian intim Windy. Windy sulit menolak karena bagian itu membuatnya gila saat Bento menjilat-jilat nya. Bahkan kedua kaki Windy sedikit dilebarkan supaya Bento bisa dengan leluasa mengobok-ngobok area intim milik tante Windy.
"Ahhh no Bento! Di sana geli! Ahh eouhhh," Eang Windy.
"Enak bukan tante? Tante sangat menikmati nya. Apakah enak tante?" Ucap Bento dengan mendongak ke atas di mana Windy masih berdiri sedangkan Bento berjongkok menyesap bagian vagina Windy dan bahkan kedua jari Bento sudah meledak masuk ke lubang milik Windy. Jari itu mengocok ke dalam hingga Windy semakin lama gemeteran kedua kaki nya.
Bento yang mengetahui bahwasanya Windy lemas kakinya segera menggendongnya ala bridal ke ruangan tengah. Setelah lah Bento membaringkan tubuh Windy yang basah itu ke sofa. Bento tidak perduli jika tubuh itu masih basah.
"Ahh Bento," Erang Windy saat Bento kembali menjamah seluruh tubuh Windy dan menciumi setiap jengkal lekukan tubuh indahnya. Windy yang sudah lama tidak merasakan sentuhan dari seorang pria setelah meninggal nya suaminya, tidak bisa menolak saat Bento menciumi setiap jengkal lekukan indah tubuh Windy.