POV : ???
"Wah, beneran muncul...
Tiga buah garis berwarna muncul di sudut kiri penglihatan ku. Sekarang aku seperti sedang melihat layout layar game first person RPG dan entah kenapa jarak pandangku jadi lebih luas.
Terima kasih untuk fitur konfigurasi yang ada di layar statusku. Aku benar-benar terkejut saat aku bisa mengatur fitur tambahan di penglihatan-ku. Ini semua berkat Sistem Demon's Eyes yang ku miliki.
[Sistem Demon's Eyes | Salah satu dari Demon series. Adalah sistem yang mampu merupah pandangan pengguna sesuai preferensi pengguna sistem. Selain itu mata ini juga dapat mempuat pengguna bisa menganalisis dan bahkan meniru jurus atau teknik sihir orang lain secara terbatas tergantung kemampuan pengguna. Kemampuan akan bertambah tergantung level pemahaman sistem.]
Sesuatu seperti sistem sendiri mungkin mirip seperti
Selain itu aku juga punya sistem lain yang sama kerennya yaitu sistem Demon's Mind. Sistem ini membuatku kebal dengan serangan psikis seperti hipnosis ataupun gelombang rasa takut.
[Sistem Demon's Mind | Salah satu dari Demon series. Adalah sistem yang mampu merubah presepsi pemikiran penggunanya dan dapat menanamkan pemikiran(sistem) apapun pada dirinya atau pun orang lain. Selain itu, sistem ini juga dapat menonaktifkan sihir atau sistem lain yang menyerang mental atau pikiran pengguna. Kemampuan akan bertambah tergantung level pemahaman sistem.]
Untuk sistem yang lainnya memang terdengar biasa saja, tapi efeknya sangat menyebalkan. Benar-benar kemampuan Cheat.
Sistem itu adalah; Sistem Exp 2x, Sistem Perkembangan 2x, Sistem belajar 2x. Sistem exp 2x membuatku bisa mendapatkan experience untuk level up dua kali lipat lebih banyak dari membunuh mahluk hidup. Sistem perkembangan membuatku bisa mendapatkan stat dua kali lipat saat level up. Yang terakhir sistem belajar membuatku dua kali lebih cepat untuk mempelajari sistem dan skill.
Sungguh kemampuan cheat...
"Exp kah? Gue penasaran apa di sini ada monster kayak di video Game?"
Untuk memastikannya aku harus keluar dari ruangan ini!
Akhirnya aku putuskan untuk melihat keadaan sekitar. Namun sebelum itu aku sempat mengecek keadaan gadis yang pingsan setelah menciumku tadi.
Namanya sepertinya Lilyana, itulah yang tertulis di atas status bar miliknya. Sebenarnya aku juga bisa melihat status bar lain di bawah status bar milikku dan sepertinya itu milik gadis itu. Aku juga tidak mengerti kenapa status bar itu ada di sana, tapi kemungkinan aku dan Lilyana sudah menjadi party atau semacamnya.
Dan yang membuatku terkejut adalah dia sudah mencapai level 14.
"Sepertinya dia bakalan baik-baik aja di sini."
Itulah pikirku dan mulai keluar dari ruangan ini melalui sebuah pintu kayu yang ada di dekat kolam air.
Setelah aku keluar, ternyata aku berada di sebuah reruntuhan kuno yang sudah tak terurus. Aku tidak tahu tempat apa ini dan aku hanya berjalan tanpa tujuan.
"Kalau saja ada minimap atau semacamnya, pasti bakalan lebih mudah." Itulah pikirku.
Setelah berjalan beberapa meter dari pintu tadi akhirnya aku dapat melihat lebih jelas karena ada cahaya matahari yang masuk ke sela-sela reruntuhan.
Sepertinya di luar masih siang hari dan aku merasa tenang. Aku mengira hari sudah malam karena suasana di dalam reruntuhan ini sangat gelap dan sepi.
Kemudian...
Katrak!
Aku mendengar suara benda keras seperti benda berongga yang beradu dari ujung lorong.
"Itu dia!" Aku hampir berteriak melihat sosok yang ada di ujung lorong.
Walaupun agak gelap, tapi aku dapat melihat dengan cukup jelas kalau ada sosok aneh di ujung lorong itu. Tidak salah lagi itu adalah sebuah tengkorak manusia utuh yang berdiri dengan dua kakinya. Di tangannya juga ada sebuah pedang usang yang sepertinya sudah berkarat di beberapa bagiannya.
Menyadari keberadaan ku, tengkorak itu mulai menoleh dan dengan gerakan yang lambat berjalan ke arahku.
"Ini dia, musuh pertama gue!"
Aku dapat melihat ada sebuah health bar di atas kepala tengkorak itu. Di sana juga tertulis namanya yaitu, warrior skeleton Lv 6. Sepertinya monster tengkorak itu masih berlevel rendah, namun di banding denganku yang baru level 1 tentu saja dia pasti lebih kuat dariku.
Dia terus berjalan mendekat dan saat jaraknya cukup dekat dia langsung mempercepat langkahnya sambil mengangkat pedangnya.
Matanya yang memancarkan cahaya kemerahan menatap ke arahku dan dengan niatan membunuh dia mulai mencoba untuk menebasku.
"Lambat!" itulah yang ku katakan sembari merespon serangan itu dengan bergerak menyamping.
Aku berhasil menghindari serangannya dan melihat sebuah momentum aku mencoba untuk menyerangnya balik.
"Ayo kita coba!" Pekik ku sembari melayangkan tinju ke tulang rusuk tengkorak itu.
Krak!
"?!"
Tanpa ku duga sebelumnya, ternyata tubuh tengkorak itu lebih rapuh dari yang ku kira. Hanya dengan satu pukulan aku berhasil memecahkan tulang dada tengkorak itu berkeping-keping.
[Selamat Anda telah naik level!]
Tiba-tiba muncul kotak pemberitahuan di depan mataku. Dengan segera aku membuka layar status ku dah aku tercengang melihatnya.
"Hebat! Gue naik dua level sekaligus jadi level 3!"
Selain itu statku bertambah rata-rata 5 point untuk setiap stat-nya.
Setelah aku mengalahkan monster itu, monster itu-pun menghilang menjadi sebuah debu dan pedang yang dia pegang terjatuh ke lantai batu.
"Apa ini?" Selain pedang itu, sebuah batu hijau kecil berukuran jempolku terlihat di tempat monster tadi menghilang. Aku mengambilnya dan memandanginya dengan seksama.
[Batu Sihir Kecil
"Wow, batu sihir!" Aku tidak bisa menahan rasa keterkejutanku.
Selain itu, untuk pedangnya...
[Pedang Berkarat
"Pedang yang lumayan berguna, cuman sepertinya bakalan cepet hancur. Gue butuh senjata yang lebih kuat dari ini! Itembox!"
[Sistem Itembox | Sistem ini membuat pengguna dapat memanggil portal dimensi lain. Dalam dimensi lain itu pengguna dapat memasukan barang apapun kecuali sesuatu yang hidup ke dalamnya.]
Aku mengarahkan tanganku pada pedang itu dan pedang itupun memancarkan cahaya terang lalu kemudian seperti terhisap ke dalam telapak tanganku.
Kotak layar pemberitahuan itembox pun muncul dan di layar itu ada sekitar 30 kotak yang sepertinya adalah slot tempat penyimpanan barangku. Di dalam itembox itu juga ada dua kotak berisi benda yang sebelumnya aku ambil yaitu; Pedang berkarat dan batu sihir.
Aku mencoba menekan layar itembox itu tepat di kotak yang berisi pedang berkarat dan sebuah tab baru muncul. Dalan tab itu ada pilihan
Klik!
[Pedang Berkarat telah di equip.]
Setelah itu muncul notifikasi lain dan pedang itu muncul di depan mataku hingga aku harus menangkapnya.
"Oke, ayo kita coba pedang jelek ini!"
Aku langsung berlari membawa pedang itu menuju lorong lainnya.
Tak butuh waktu lama, aku langsung menemukan tiga tengkorak lainnya dan kali ini mereka tidak membawa senjata apapun. Namun kali ini ada satu tengkorak yang mengenakan celana panjang yang sepertinya terbuat dari bahan kulit.
"Oke, akan ku ambil celana itu!"
Zrak! Zrak! Zrak!
Aku menebas para tulang itu dengan sebuah tebasan dan mereka langsung hancur berkeping-keping, kecuali yang memakai celana, aku harus menebasnya dua kali sebelum dia benar-benar hancur. Mungkin itu karena tambahan Def yang di berikan oleh celana yang dia pakai.
"...Tapi walaupun begitu, kayaknya stat gue terlalu op buat orang yang baru level 3." Itulah pikirku, karena aku bisa mengalahkan monster yang lebih kuat 3 level dariku hanya dengan sekali serang.
"Apa tengkorak itu yang terlalu lemah?"
Itu mungkin saja terjadi, lagi pula one hit untuk monster yang levelnya lima level lebih besar sangatlah aneh.
"Kayaknya gue harus lihat stat para tengkorak itu deh."
Saat aku mendapatkan ide tersebut dua tengkorak lain datang mendekat.
"Kebetulan banget!" pungkas-ku.
Dua tengkorak yang baru datang juga mengenakannya equipment, namun equipment yang mereka kenakan sungguh tidak masuk akal. Bagaimana tidak, satu tengkorak hanya mengenakan sepasang sepatu dam tengkorak lain hanya mengenakan jubah yang menutupi hampir seluruh badannya.
"Wah, sepertinya aku sedang beruntung!" Ucapku.
Dengan segera aku berlari kearah mereka berdua. Aku menghiraukan tengkorak yang mengenakan jubah dan mulai mengarahkan seranganku pada tengkorak yang mengenakan sepatu. Alasannya karena aku pikir tengkorak yang menggunakan sepatu pasti memiliki pertahanan yang lebih rapuh dari yang satu lagi.
"HIYAAAH!"
Zrak!
Seperti yang bisa diduga, aku kembali mendapatkan one hit KO.
"Ini terlalu mudah!"
Saat aku akan berbalik dan melayangkan seranganku pada tengkorak yang satu lagi, tiba-tiba aku melihat sekilas cahaya terang kemerahan.
"Apa itu... Woi?!"
Brush!
Saat aku berbalik, sebuah bola api melayang padaku. Spontan aku menghindarinya dengan melompat kesamping.
"I-itu... SIHIR?!"
Benar juga! Aku baru ingat di statusbar-ku ada sebuah garis biru yang sepertinya itu berfungsi seperti hitungan mana poin di dalam game.
Kalau begitu, aku juga bisa menggunakan sihir!
"Tunggu... Kalau gak salah gue punya sistem pengendalian elemen api. Apa gue juga bisa ngeluarin sihir kayak gitu?"
Ting!
[Apa anda ingin menyalin skill
"YEES!"
Ini dia kemampuan Demon's Eyes milikku. Kemampuan untuk menyalin skill seseorang hanya dengan sekali melihat. Walaupun skill yang ku salin terbatas hanya pada sistem yang aku miliki. Aku yang memiliki elemen dasar api dan kegelapan, tentu saja akan mudah untuk mempelajari sihir elemen api seperti fireball itu.
[Skill
"Akhirnya! Markicob!"
Aku mengarahkan telapak tangan kananku ke arah monster tengkorak yang mengenakan jubah itu.
"Teknik Elemen Api : Fireball!"
Sebuah bola api berdiameter sekitar 20cm muncul di depan telapak tanganku. Karena tidak terasa panas, aku iseng menyentuhnya dan bahkan sampai memegangnya di telapak tanganku.
"Tunggu, apa gue harus lempar ini?"
Ku kira bola api itu akan otomatis terlempar ke arah target, ternyata aku harus melemparnya secara manual.
"Udahlah, terserah! Makan ini, botak!"
Aku melempar bola api itu ke arah tengkorak itu dan diapun terbakar sampai tak bersisa.
"Ah, jubahnya juga ikut terbakar..." keluhku.
Sebaiknya aku berhati-hati menggunakan skill itu!
Aku mengambil batu sihir dan juga sepatu yang terjatuh setelah monster tengkorak dikalahkan.
Akhirnya aku mendapatkan full satu set pakaian dari mulai baju, celana dan sepatu. Namun sepertinya ada yang kurang.
Sebenarnya aku merasa kurang nyaman dengan bagian dadaku. Aku belum terbiasa membawa beban berat seperti ini di dadaku. Apa lagi sensasi memantul-mantul setiap aku bergerak membuatku tidak nyaman.
"Sepertinya itu sebabnya cewek pake bra." itulah pikirku. "Udahlah, lebih baik gue lanjut aja, sebelum malam!"
Aku Pun melanjutkan perjalananku menyelusuri reruntuhan ini.
Sampai di suatu tempat...
"Di-dia... BOSS?!"