Pov : ???
"Aku menang... Huh... Huuh..." Aku mencoba mengatur nafasku.
Aku Rivaldi Bagas, 25 tahun dan belum menikah. Alasannya tentu saja ini...
"Keparat kau, bagaimana kau bisa sekuat ini...?" Kata seorang pria yang sudah babak belur.
Aku menunjuk wajahnya dengan pemukul baseball yang ku pegang.
"Kalian terlalu meremehkan-ku."
Ya, walaupun tinggi ku tidak lebih dari 160 cm, tapi aku sangat percaya diri dengan kekuatan tubuhku. Selain itu aku selalu berlatih setiap hari, jadi melawan anak-anak muda yang selalu malas-malasan dan minum-minuman keras bukanlah sesuatu yang sulit.
"Sekarang ayo kita pergi dari sini!" Aku berencana untuk keluar dari gudang tempatku bertarung ini, namun tiba-tiba...
Cring!
Sesuatu menyala di bawah kakiku!
"Apa ini? lingkaran apa ini?"
Cahaya itu membentuk sebuah lingkaran yang berisikan banyak tulisan-tulisan aneh. Cahayanya berwarna putih terang, namun aku juga melihat sekilas warna-warna lain seperti pelangi.
"Tu-tunggu... Hey!"
Tubuhku seakan terangkat dan melayang saat ini. Aku tahu ini tidak masuk akal, tapi tubuhku benar-benar terangkat beberapa centimeter dari lantai.
Treng!
"Wo-woi, terang BANGET INI!"
Bersamaan dengan teriakan ku, cahaya yang lebih terang mulai menelan diriku. Aku pasrah dan menutup mataku. Sepertinya ini adalah akhir hidupku. Aku pria terkuat di kota terhisap ke dalam cahaya dan mati, sungguh kisah yang tidak bisa di percaya.
"A-aku berhasil..."
Eh, suara siapa itu? Malaikat?
Suara itu terdengar seperti suara suara seorang perempuan.
Aku perlahan membuka mataku dan kulihat seorang perempuan berambut panjang berwarna biru langit sedang terduduk berlutut tak jauh dariku. Mata di balik kaca mata yang dia pakai terlihat penuh binar dan harapan seperti dia telah menemukan sesuatu yang sangat dia inginkan.
Sekarang aku sepertinya sedang berbaring telungkup di atas lantai batu yang berbau seperti lumut dan sedikit bau seperti bau darah. Tempat apa ini? Tempat ini terlihat sangat terbengkalai.
Wanita tadi terlihat menghela nafasnya dengan tak karuan, dan sekujur tubuhnya yang dibalut pakaian seperti pakaian biarawati berwarna hitam pun terlihat basah dipenuhi keringat.
Apa-apaan pemandangan erotis itu?
Entah kenapa aku menganggapnya erotis.
"Sekarang saatnya..." dia mulai tersenyum manja dan mulai merangkak ke arah-ku. Dari senyumannya yang nakal itu aku merasa ada yang tidak beres.
Setelah sampai di hadapanku dia terdiam untuk beberapa saat.
"He-hei, mau apa ka..."
Kiss!
DIA MENCIUMKU!?
Seorang gadis menciumku!
Tidak mungkin...
Ini memang terdengar aneh tapi asal kalian tahu, ini adalah ciuman pertamaku. Selama 25 tahun hidupku baru kali ini seorang gadis menciumku. Walaupun aku seorang berandalan, tapi aku memiliki prinsip untuk tidak bermain dengan wanita. Selain itu tidak ada satu perempuan yang menganggap ku menarik, jadi aku benar-benar jomblo tulen.
Setelah menciumku secara tiba-tiba, perempuan itu sekarang malah pingsan.
Apa-apaan itu?
Dia benar-benar tidak bertanggung jawab!
Setelah menciumku dia langsung pingsan, benar-benar tidak adil.
Sekarang perempuan itu mulai tertidur di pangkuanku.
Ting!
[Anda telah menjalin kontrak mahluk panggilan dengan Summoner Lilyana. Prosedur Sistem Berbagi Sistem akan dijalankan!]
"Hah?"
Tiba-tiba saja muncul sebuah kotak hitam aneh berisi tulisan di hadapanku.
"Ko-kotak apa ini? Kayaknya gue pernah lihat ini di suatu tempat?"
Kotak itu menghilang beberapa detik kemudian.
"Sebenarnya apa yang terjadi dan di mana gue sekarang?"
Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku dan aku mulai menginvestigasi tempat aku berada saat ini. Sepertinya tempat ini adalah sebuah ruangan bawah tanah dengan dinding batu yang penuh lumut. Aku juga mencium bau air di suatu tempat dan benar saja tak jauh dari tempatku berdiri sepertinya ada sebuah kolam buatan berbentuk setengah lingkaran.
Aku mencoba berdiri untuk melihat sumber air itu, tapi saat aku berdiri...
"Tunggu, kenapa gue ngerasa ada yang ngeganjel?"
Aku merasakan sesuatu yang berat dan memantul di dadaku saat aku mencoba berdiri secara tiba-tiba. Sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.
Sontak aku menunduk dan melihat sesuatu yang mengganjal itu.
"Tunggu ini..."
Ya, tidak salah lagi...
Ada sesuatu yang menggembung di dadaku. Bukan hanya satu tapi dua bongkah daging yang menyembul di dadaku.
"Tidak mungkin..."
Aku mencoba menyentuh dan meremasnya. Ada sensasi geli yang yang membuatku tidak bisa berhenti untuk terus menyentuhnya.
"I-ini... Ini... T***K?!" Aku berteriak cukup kencang hingga suaraku bergema di ruangan yang kosong ini.
"Kenapa bisa tumbuh gini? Gue cowok mana mungkin gue punya!"
Aku mulai tidak bisa menahan rasa penasaranku untuk terus memandangi dua bongkahan daging yang menggantung di dadaku.
"Juga apa-apaan baju ini!?"
Aku melihat sebuah kaos—atau kemungkinan onepiece lusuh yang menutupi lebih dari separuh tubuhku. Aku tidak tahu pasti terbuat dari bahan apa kaos ini, tapi yang pasti baju ini cukup untuk menutupi tubuhku hingga paha bagian bawahku.
Untuk sesaat aku mengintip sesuatu di balik kaosku ini dan ternyata benar bagian dadaku mengembang cukup besar dan terlihat pula ada sesuatu yang mencuat di bagian tengahnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah kolam air yang sebelumnya ku singgung. Ternyata air kolam itu cukup jernih dan aku dapat melihat refleksi-ku di air kolam tersebut.
"Tunggu siapa gadis ini?"
Aku melihat seorang gadis cantik berumur belasan tahun dengan rambut pendek dan kulit yang sedikit gelap. Sebenarnya aku baru sadar kalau warna kulitku agak sedikit gelap dari sebelumnya dan walaupun aku hilang gelap tapi kulitku lebih terlihat seperti kecoklatan atau mungkin berwarna kuning langsat seperti warna kulit rata-rata orang Indonesia. Di banding dengan kulit gadis yang sedang tertidur di sana, kulitku memang agak sedikit gelap.
"Dia manis." Itulah pendapatku setelah melihat sosok wajahku sendiri. "Tunggu kalo gitu..."
Aku mendadak meluruskan punggungku dan berdiri dengan tegap. Dengan ragu aku mulai menyingkap bagian bawah kaus ku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagian selangkanganku, dan...
"GAK ADA! SI JONI GUE ILANG!" Aku kembali histeris.
Ini pasti mimpi!
Kenapa aku menjadi perempuan?
Aku Rivaldi adalah seorang pria jantan yang mampu mengalahkan 100 orang preman sekaligus, kini jadi wanita tulen!
Fase penyangkalan.
"I-ini pasti mimpi!"
Aku mencoba mencubit pipiku dan ternyata sakit.
Fase depresi.
"Tidak mungkin... Gue pria terkuat sekarang jadi gadis imut..."
Fase Penyesalan.
"Kayaknya gue dapet karma karena terlalu sombong..."
Fase pasrah.
"Mau bagaimana lagi, kayaknya gue harus terima kalau gue cewek..."
Aku kembali melihat wajahku di air kolam dengan tatapan penuh kesedihan. Sepertinya aku harus menerima kalau aku sekarang di kutuk menjadi perempuan.
Tapi kalau ku perhatikan lebih detail, wajahku terlihat tidak asing. Wajahku benar-benar terlihat seperti seseorang yang aku kenal.
"Ini wajah Mbak Nadia..."
Ya, ini adalah wajah seseorang yang ku kenal waktu aku kecil dulu. Seorang gadis tetanggaku yang aku kenal sejak aku kecil yaitu Mbak Nadia.
Dia adalah seorang gadis cantik yang umurnya dua tahun lebih tua dariku. Aku malu untuk mengatakan ini, tapi dia adalah cinta pertamaku. Tidak ada gadis di dunia ini yang lebih cantik darinya di dunia ini. Bahkan hingga saat ini aku masih menyukai sosoknya yang sempurna di mataku.
Mengingat kembali sosok Mbak Nadia membuat air mataku berlinang tanpa ku sadari.
Dia gadis ceria yang selalu tersenyum dan menjagaku sewaktu aku kecil. Tanpa aku sadari perasaanku mulai tumbuh dan aku mencintainya sebagai seorang wanita. Namun dia meninggal saat dia berumur 15 tahun karena ulah geng motor yang tidak bertanggung jawab. Karena alasan itulah aku menjadi berandalan dan membuat masalah dengan para geng motor.
Aku tidak menjelaskan apa yang terjadi dengannya waktu itu, tapi yang pasti mengingatnya membuatku selalu ingin menangis seperti saat ini.
"Sepertinya ini tidak terlalu buruk." Aku memaksakan senyumanku saat menatap wajah Mbak Nadia di hadapanku. Di satu sisi aku benci menerima kalau aku sekarang menjadi seorang wanita, tapi di sisi yang lain aku merasa lega kalau aku menjadi seperti Mbak Nadia. Dengan begini mungkin aku bisa melihat kembali senyumnya yang dulu pernah hilang.
"Udah sekarang waktunya fokus ke permasalahan!"
Permasalahan-nya adalah kenapa aku bisa ada di sini?
Dari yang bisa ku ingat, seharusnya aku dalam perjalanan untuk keluar dari gudang tempat aku bertarung. Namun belum sempat aku keluar dari gudang sebuah cahaya terang muncul di bawah kakiku dan membuatku menutup mataku. Saat aku tersadar aku sudah berada dalam tubuh ini.
Selain itu hal lain yang mengganjal pikiranku adalah kotak hitam sebelumnya. Aku ingat aku pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.
"Ah, gue inget!"
Aku ingat betul kalau kotak yang kulihat sebelumnya tampak mirip seperti textbox pemberitahuan di game-game rpg seperti Final Fabel, Drakula Quest, Breath of Faith dan lain-lain.
"Kalo gitu, seharusnya ada suatu tombol yang bisa gue pencet untuk memanggil kotak itu lagi!" tapi tentu saja aku tidak dapat menemukannya.
"Oke kalo gini gimana? Status Open!"
Tring!
"Beneran muncul!?"
Ya, kotak informasi itu kembali muncul, hanya saja lebih besar dan berisi lebih banyak tulisan.
[Nama : ??? | Lv : 1 | Ras : Majin | Elemen Dasar : Api dan Kegelapan | Job 1 : Familiar | Job 2 : Belum diputuskan | Hp : 150 | Mp : 80 | Atk : 20 | Def : 18 | Spd 12 | Dex : 10 | MAtk : 15 | MDef : 15 | Lck : 8 | Sistem : Sistem Demon Eyes, Sistem Demon Mind, Sistem 2x Exp, Sistem perkembangan 2x, Sistem belajar 2x, Sistem Kontrak Mahluk Panggilan, Sistem Party, Sistem Itembox, Sistem Penguasaan Elemen Api, Sistem Penguasaan Elemen Kegelapan | Sistem Berbagi: Sistem Pertahanan Elemen Air, Sistem Pertahanan Elemen Cahaya | Exp ; 0 | Next Exp : 15]
"Apa ini layar Status gue?"
Sistem? Apa itu?
Namaku juga hanya tertulis tanda tanya. Apa aku memang tidak punya nama?
Aku memang tidak terlalu mengikuti dunia game tapi setidaknya aku pernah bermain dan mengerti beberapa hal. Seperti layaknya statistik kekuatan ini, aku tidak tahu ukuran minimal statistik sebenarnya jadi aku tidak bisa memastikan apakah statusku bagus atau tidak.
"Ras Majin. Ras macam apa itu?"
Aku benar-benar tidak tahu ada ras yang bernama majin. Kalau aku lihat lagi sosok-ku di air kolam, wajahku hampir sama seperti manusia normal, bagian tubuh yang lainya pun sama seperti manusia pada umumnya. Namun saat melihat telingaku.
"Ah, telingaku ternyata lancip!"
Ya, ujung bagian atas daun telingaku berbentuk lancip ke atas. Ukurannya tidak terlalu panjang, hampir sebesar ukuran manusia biasa, hanya bentuknya saja yang berbeda.
"Jadi aku Majin, ya?"
Pada akhirnya aku tidak mengerti apapun yang terjadi. Namun yang pasti keberadaan ku di sini pasti ada sangkut pautnya dengan gadis yang sedang tertidur di sana itu. Sepertinya aku memang harus menunggu sampai gadis itu bangun dan menjelaskan semuanya padaku.