Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 58 - All or Nothing with My Existance

Chapter 58 - All or Nothing with My Existance

"Bergembiralah" satu kata dari Dewa mereka itu membuat Carmilla dan Theo bersemangat. Mereka menyentuh dada mereka, menarik keluar kekuatan dari dunia lain. Ledakan kekuatan keluar dari tubuh mereka meluap-luap kemana-mana. Energi itu bahkan mendorong Eideth dan yang lain menjauhi mereka. Mereka mulai melayang di udara karena luapan kekuatan mereka, perlahan luka-luka mereka pulih tanpa bekas. Kelompok Eideth bersiap untuk pertarungan selanjutnya.

 

Suasana menjadi hening. Masing-masing dari mereka menunggu lawan membuat gerakan pertama. Reinhardt sedikit bermain dengan gagang pedangnya, berupaya memberi tipuan pada lawan. Claudias bersiap untuk berubah menjadi wujud naganya, menghalangi serangan besar yang bisa saja terjadi. Paladin membetulkan pelindung tangannya yang agak goyang. Betapa anehnya momen itu dimana mereka tidak melakukan apa-apa. Beberapa detik terasa begitu lama.

 

Eideth memasang musik "The good, the bad, and the ugly", kemudian meluruskan kedua tangannya di dekat pinggang. Eideth bergumam seperti Ia sendiri yang menyanyikan lagu itu menggunakan mulutnya. Ia merasa seperti di tengah duel pistol dimana satu gerakan cepat dapat mengalahkan lawan. Mereka semua yang berada disana tidak mengerti lagu apa yang Eideth mainkan, tapi makna dari lagu itu tersampaikan pada mereka semua tanpa terkecuali. Sebuah tong sampah terbang di bawa angin, bergenlinding melintasi mereka di pertengahan.

 

Reinhardt melayangkan serangan pertama menembakkan [Wind Blade] secara beruntun. Theo menggunakan [Barrier] miliknya menghalangi serangan itu membuka kesempatan untuk Carmilla menyerang. Carmilla bermain aman melakukan serangan jarak jauh, Ia merubah beberapa material yang tersebar di tanah menjadi jarum besi untuk Ia tembakkan. Claudias menembakkan nafas apinya melelehkan jarum-jarum itu.

 

Perlawanan terlihat cukup baik, kedua sisi merespon serangan lawan mereka dengan cara efektif. Menjaga momentum serangan, Paladin berlari maju menaiki tubuh naga Claudias. Ia melompat lebih tinggi berkat pijakan yang diberikan rekannya, melompat melewati [Barrier] Theo menyerang dari atas. Meski begitu, Theo dengan mudah membuat penghalang tak membiarkan Paladin mendekat.

 

Pertarungan menjadi kian rumit. Kedua grup memilih untuk bertarung secara defensif. Mereka yang tidak punya serangan jarak jauh, tidak dapat mendekati lawannya. Carmilla dan Theo tidak kewalahan sama sekali. Mereka adalah pasangan dengan kombinasi yang sesuai. Theo dengan [Barrier] miliknya menghalau serangan, dan Carmilla dengan [Transmutation] mampu menyerang dari jarak jauh. Eideth menyarankan kelompoknya untuk berganti taktik. "Semunya posisi mengepung" teriaknya.

 

Di hari sebelumnya, kelompok Eideth telah menyiapkan beberapa rencana dan taktik. Hal itu perlu mereka lakukan untuk meyakinkan Marquis Isolde dan menanggulangi permasalahan yang bisa saja muncul. Eideth dan Reinhardt berhasil membuat tiga rencana. Rencana pertama untuk menghabiskan persediaan Mana di Larcova. Hukum sihir di Artleya tetap berlaku untuk lawan mereka, dengan menghabiskan Mana, lawan mereka takkan bisa memakai kekuatan dunia lain secara efektif.

 

Rencana kedua adalah untuk mengumpulkan Mana sebanyak mungkin. Eideth meminta teman-temannya untuk menahan diri sebaik mungkin, mengumpulkan Mana sebanyak mungkin dalam tubuh mereka sebagai simpanan ketika rencana satu berhasil. Ini adalah taktik umum yang di pakai dalam militer. Karena Mana adalah sumber daya yang sangat penting, ide terbaik adalah mengumpulkan Mana sebanyak mungkin untuk diri sendiri dan menghabiskan simpanan Mana untuk lawan.

 

Strategi mengepung juga salah satu andalan militer. Dengan mengepung musuh di tengah membentuk sebuah lingkaran. Persediaan Mana untuk musuh akan terhalang sementara pasukan dapat mengambil Mana dari punggung mereka. Eideth, Vista, dan Claudias menghadapi Theo selagi Reinhardt dan Paladin menjaga Carmilla. Meskipun posisi mereka tidak menguntungkan, Theo dan Carmilla tidak terlihat kesulitan. Mereka malah melancarkan serangan tanpa ragu pada Eideth yang merupakan target utama mereka.

 

Eideth sadar Apostle membalikkan rencananya untuk menyerang Eideth. Mereka tidak peduli pada rekan-rekan Eideth yang lain dan fokus mengincar Eideth yang tidak memiliki pertahanan. Eideth mencoba menghindar ke samping tapi Ia segera mendapati Theo membentuk [Barrier] menghalangi kabur. Eideth tersudut tidak bisa lari, kombinasi serangan Apostle itu benar-benar ide yang cemerlang.

 

Eideth ingin coba menangkis serangan itu menggunakan [Shield], tapi Ia menyadari Ia masih dalam pengawasan Varrak. Eideth tidak mau menunjukkan seberapa kuat dirinya didepan musuhnya. Walau Varrak menjadi GM dari Eideth, Varrak tidak tahu sama sekali apa yang bisa Eideth lakukan. Ia sama seperti Zatharna ketika pertama kali membiarkan Eideth bermain.

 

Eideth mengambil keputusan untuk. "Varrak, Aku ingin lompat ke dinding [Barrier] lalu jungkir balik menghindari serangan Carmilla", "oke lakukan saja" ujar Varrak. "Beri Aku guliran dadu" Varrak sedari tadi melihat bayangan Eideth di depannya menggulirkan dadu dengan sendirinya. "Oke jadi Aku hanya perlu menggulir ini" tanya Varrak sambil memegang dadu, "sekarang pikirkan berapa nilai agar Aku dapat berhasil melakukan atraksi ini, batas umumnya adalah 13-15" ungkap Eideth. Varrak menggulir dadu d20 itu dengan semangat.

 

[d20/12] Eideth menjelaskan bonus apa saja yang perlu Varrak tambahkan dalam perhitungannya, selagi Ia melihat bagaimana atraksi itu berakhir. Eideth berhasil melompat pada [Barrier] itu tapi Ia gagal jungkir balik dan mendarat di punggungnya. Ia berhasil menghindari serangan Carmilla tapi Ia mendapat 2 poin kerusakan dari rasa malu. Varrak tertawa melihat hal itu terjadi, Ia tidak menyangka ada kekuatan yang menyenangkan seperti yang Eideth miliki ini.

 

Walau Ia mendapat sedikit goresan dari menghindar, Eideth senang Ia dapat meningkatkan rasa suka Varrak pada dirinya. Walau Ia harus memanipulasi dengan cara terselubung apapun, Ia akan melakukannya demi memenangkan pertarungan ini. Eideth merapalkan mantra favorite semua penyihir, "[Fireball]" sebuah bola api besar yang meledak begitu berbenturan.

 

Theo mencoba menangkis dengan [Barrier] tapi Ia masih terkena api dari ledakannya. Varrak begitu senang menggulir begitu banyak dadu sampai hampir melupakan pengikutnya. Eideth senang Ia berhasil mendaratkan luka yang cukup besar pada mereka. Ia melihat ke arah rekan-rekannya memastikan keadaan mereka dan Eideth sadar. Mereka semua terlalu lelah dan terluka.

 

Eideth tidak ikut bertarung dari awal dan menghemat energinya. Ia kesal karena Ia tidak menyadari Ia terlalu memaksakan rekan-rekannya hingga ke titik itu. Eideth hampir saja melakukan satu kesalahan akibat kelalaiannya. "Semuanya mundur dan berkumpul" perintah Eideth. Reinhardt merapalkan sebuah sihir angin untuk menyibukkan Apostle selagi mereka mundur.

 

"Kenapa Eideth, ada apa" tanya Claudias. Eideth memberi mereka masing-masing satu botol ramuan penyembuh dan menyuruh mereka untuk memulihkan luka dan mengumpulkan energi. "Eh, Kamu bagaimana" tanya Reinhardt khawatir. Eideth segera memasang [Wall of Force] berbentuk bola untuk melindungi mereka. "Tenang saja, kalau Kalian sudah pulih, itu akan lebih meyakinkanku" ujarnya sebelum kembali menghadapi Carmilla dan Theo.

 

Reinhardt coba mengejarnya tapi Ia tak bisa menembus [Wall of Force]. Vista duduk di tanah dan meminum ramuannya, "Pangeran Reinhardt, menyerahlah, Kamu takkan bisa keluar, percaya saja pada Eideth dan pulihkan dirimu" ujarnya. "Bagaimana Kau bisa begitu tenang," tanya Reinhardt, "Kita berlima saja kesulitan untuk melawan Carmilla, tapi sekarang Ia menghadapi dua Apostle sendirian".

 

Vista lanjut meneguk ramuan di mulutnya sebelum membalas, "Aku percaya padanya karena Aku tahu Eideth bisa mengalahkan seorang Apostle seorang diri" ungkap Vista. Reinhardt terkejut dengan pernyataan itu, Ia mengakui aura Eideth berubah ketika Ia sedang bertarung tapi hal itu masih belum meyakinkan untuknya. "Eideth sudah pernah mengalahkan seorang Apostle sebelumnya, di desa bernama Desa Aliansi Gobbi, Ia mengalahkan seorang Apostle, yaitu Aku" ungkap Vista dengan wajah datar.

 

Eideth berjalan dengan tongkat sihir di tangannya menghadapi Carmilla dan Theo yang menunggunya dengan sabar. Eideth yakin Ia dapat mengulur waktu dengan memakai semua mantra sihir yang Ia punya tapi Ia menolak ide itu. Varrak adalah Dewa dunia lain yang sedang mengawasi dirinya sebagai GM. Eideth tidak mau mengungkapkan seluruh kemampuannya pada lawan. Tapi pilihan apalagi yang Ia punya.

 

Eideth melihat layar status miliknya. [Ada kesempatan 90% kekuatan dunia lain akan mengambil alih]. Sebelumnya, [Stasis] milik Eideth telah dikutuk dengan berkah Varrak. Setiap kali Eideth memakainya Ia bisa berubah menjadi Apostle. Eideth berpikir untuk memakai kekuatan dunia lain untuk melawan mereka tapi Ia tak begitu percaya diri. Eideth takut dengan kemungkinan Ia berbalik melawan rekan-rekannya.

 

Eideth menimbang kembali keputusannya itu. Ia sadar konfrontasi dirinya dengan pasukan dunia lain akan terus berlanjut, membongkar kekuatannya bukanlah sebuah pilihan. Eideth melihat [Stasis] di tangannya dan melakukan refleksi. Ia harus membuat pengorbanan demi mendapat kekuatan. Eideth berbalik melihat teman-temannya. "Aku minta maaf" suaranya tak dapat terdengar jelas, tapi mereka seperti bisa membaca gerak bibirnya.

 

Eideth mengeluarkan 7 [Stasis], "Aku baru memakai 3 pity, ayo Kita buat jadi sepuluh" gumannya. Tujuh [Stasis] dengan berkah dari Dewa dunia lain menusuk punggungnya. Eideth mengambil taruhan tahu dirinya takkan bisa kembali seperti semula. Ia membuat pilihan untuk melindungi rumah barunya, tidak peduli harga yang harus Ia bayar. Eideth bisa merasakan pikirannya mulai luruh selagi terus mengalami pengulangan.

 

[Peringatan. Ada kesempatan 120% untuk membentuk persona baru]

[Peringatan. Ada kesempatan 250% untuk membentuk persona baru]

[Peringatan. Ada kesempatan 300% untuk membentuk persona baru]

[Berkah Varrak mengambil alih pikiran inangnya]

[Membentuk Persona baru dari alam bawah sadar Eideth]

[Conceptualize: TTRPG dinonaktifkan]

[Membentuk sistem kekuatan baru dari pikiran Apostle baru]

 

Eideth bisa merasakan eksistensinya mulai pudar. Ia meminta untuk dipertemukan pada Persona baru yang akan menggantikan tubuhnya. Eideth melihat sebuah figur hitam dihadapannya. Figur itu bertanya padanya, "apa Kamu membenciku?" katanya menggunakan suara yang mirip dengannya. Eideth tidak bisa menjawab, tapi Ia memberi sebuah balasan. Eideth memegang kedua bahu figur itu, "Aku tidak membencimu, tapi Aku punya pertanyaan". Figur itu tak merespon, "apa keinginanmu personaku" tanya Eideth.

 

Persona itu memikirkan dalam-dalam pertanyaan itu. Ia kemudian bergetar hebat mencoba melepaskan diri, "lepaskan Aku, Aku ingin mati" teriaknya. Eideth tidak melepas Persona itu, Ia malah tersenyum sinis. "Hoho, tapi Kau tidak bisa mati, Kau tau alasannya bukan" Eideth tertawa. Apostle itu memohon untuk membiarkan dirinya mati tapi Eideth menolak. "Karena Kau terlihat enggan untuk hidup, bagaimana jika Kau menyatu denganku, bagaimana?" Ia menyarankan.

 

Persona itu mulai terserap ke dalam dirinya. Eideth merasa mendapat sedikit penolakan menerima itu, Ia merasa mual karena semua beban mental yang Ia tanggung. Eideth mengusap mulutnya berkomentar, "sudah lama Aku tidak terdorong hingga sejauh ini". Eideth sedikit kesakitan karena Ia tidak benar-benar dalam kondisi sempurna dari awal. Ia mulai menerima keinginan dari Persona itu. "Aku ingin hidup yang menyenangkan" kata suara dalam kepalanya. "Aku juga kawan," jawab Eideth, "Aku akan terus berjalan maju untuk Kita semua".

 

Eideth kembali tersadar di medan pertarungan. Ia melihat Theo dan Carmilla di depannya bersikap waspada. Mereka mendapat wahyu dari Varrak bahwa Eideth sudah menjadi seorang Apostle, tapi insting mereka berkata lain. Eideth mulai tertawa seperti orang gila, membingungkan semua orang. Eideth menyentuh dadanya seperti Apostle lain coba menarik kekuatannya. Energi asing keluar dari tubuhnya seperti kobaran api.

[Memilih sistem kekuatan yang sesuai dengan Persona baru]

[Eideth memilih sistem kekuatan yang sesuai dengan keinginannya]

[Memilih sistem kekuatan dari ingatan Eideth]

 

Eideth tersenyum sinis memastikan yang dilihatnya ini benar-benar nyata. Eideth mengambil nafas dalam-dalam bersiap mengucapkan kalimat itu, "Karet-karet". Eideth mengambil kuda-kuda bersiap untuk memukul, "pistol" tinju Eideth melayang dengan kecepatan tinggi. Theo dan Carmilla berpikir Eideth gila tapi mereka segera menghindar melihat tangan Eideth mulai memanjang. Kepalan tinju Eideth kembali dan panjang lengannya kembali ke seperti semula.

 

"Uwooogh…" Eideth melihat tangannya dan berteriak kagum. Ia melompat kegirangan tak percaya tangannya baru saja memanjang untuk memukul lawannya. Agar lawannya tidak mempelajari kekuatannya itu, Eideth segera menggantinya lagi. Ia menusukkan [Stasis] dan memilih kekuatan barunya. "Eideth, hentikan itu" Varrak berteriak menyuruh Eideth berhenti tapi Ia tak mendengarkan, "kenapa kamu gusar, Kita masih punya taruhan untuk diselesaikan bukan?" Ia tertawa mencoba menutupi rasa sakit di kepalanya dari pengulangan.

 

Varrak adalah seorang Dewa, Ia adalah entitas absolut yang dapat berkehendak atas makhluk ciptaannya, tapi Eideth bukanlah makhluk ciptaan Varrak. Eideth tengah mengeksploitasi hukum sebab akibat dari kekuatan dunia lain. Saat Eideth memakai kekuatan penuh dari Chronurgy Wizard, Ia memberi beban kausalitas padanya. Ia memakai cara yang sama pada Varrak. Ia akan mengeksploitasi berkah yang Ia dapat itu dan memenangkan taruhan. Meskipun Ia harus menerima hukuman karena kecurangannya ini nanti.

 

"Tres Fleur, Clutch" Eideth menyilangkan kedua tangan didepan dadanya. Seketika beberapa lengan muncul dari tubuh Carmilla dan Theo, menahan pergerakan mereka. "Walau keberadaanku musnah, Aku akan menghentikan Kalian disini" ujar Eideth selagi menusukkan [Stasis]. Eideth memilih kekuatan baru, [membentuk jiwa pelindung menggunakan salinan Persona]. Eideth mendapati Deith muncul sebagai jiwa pelindungnya, "hey Kamu disini" sapanya dengan ramah.

 

Deith kebingungan bagaimana Ia bisa berada disana, bahkan wujudnya berganti. "Dengar, Kita tidak punya banyak waktu, bisakah Kau mengikuti permintaanku" tanya Eideth dengan serius. Deith mengangguk membalas keseriusan di mata Eideth. "Bagus, Kita akan melakukan ini gaya petualangan unik, bagian tiga" Eideth menunjuk kearah lawan mereka.

 

Varrak memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan Eideth secepatnya. Carmilla dan Theo tidak membuang-buang waktu dan segera menyerbu dengan seluruh kemampuan mereka. Theo tidak bermain-main lagi dan mengurung Eideth dalam [Barrier] miliknya. Carmilla bersiap merubah tanah yang Eideth pijak, untuk meremukkannya dengan [Barrier]. Eideth bersikap santai menunggu untuk menyerang. Ketika Theo sudah cukup dekat, Eideth memerintahkan Deith untuk menyerang Theo dengan tinjunya. Theo mencoba menghalangi serangan itu tapi tubuh Deith menembus [Barrier] miliknya.

 

Itu hanyalah pukulan biasa, tapi rasa sakitnya begitu menyengat. Theo mengira itu sudah selesai tapi rasa sakitnya terus bertambah. Eideth mengungkapkan kekuatannya dengan percaya diri, "Theo, Kamu sudah terkena pukulan dari jiwa pelindungku, mengaktifkan kekuatan tersembunyi miliknya, jika Kamu tidak berteriak kesakitan, rasa sakit itu akan terus berlipat ganda, jadi biarkan Aku dengar jeritanmu". Seperti yang Eideth katakan, bekas pukulan itu bertambah sakit hingga Ia meneteskan air mata. Ia pun berteriak kesakitan dan [Barrier] miliknya patah.

 

Eideth segera lari dari perangkap itu dan lanjut menyerang. Ia tak membiarkan Deith menyerang seorang diri dan ikut membantu. Meskipun pukulannya tidak memiliki efek seperti pukulan Deith, koordinasi mereka sangatlah mengerikan. 'Rasanya seperti melawan dua orang sekaligus' ujar Theo dalam hati. Carmilla sedikit kesulitan untuk menengahi mereka takut Ia menyerang temannya.

 

Dari kejauhan, teman-teman Eideth melihatnya bertarung sendirian. Mereka tidak bisa berkata-kata melihat kegigihannya itu. Eideth bertarung dengan semua yang Ia punya, mempertaruhkan keselamatannya, memberi mereka waktu untuk istirahat. Mereka semua terpukau kecuali Vista yang melihat Eideth dengan tatapan iri. "Kenapa Kau berjuang sekeras itu, apa yang mendorongmu sejauh itu" gumamnya dengan pelan.

 

Perlawanan Eideth segera terdorong mundur setelah Carmilla dan Theo mempelajari pola serangannya. Mereka memperhatikan pukulan dari Deith dan langsung berteriak agar bisa fokus dengan serangan balasan. Carmilla menjaga tangan Eideth agar Ia tidak mengganti kekuatannya dengan [Stasis] selagi Theo maju menyerang. Alasan inilah kenapa informasi mengenai kekuatan seseorang begitu penting di Artleya, orang lain dapat memakai informasi tersebut untuk melawannya.

 

Eideth mendapat pukulan telak dari kekuatan fisik Theo yang tidak menahan diri. Ia bisa merasakan beberapa rusuknya patah akibat pukulan itu. Eideth tidak bisa berdiri dengan tegak menahan rasa sakit di dadanya. Ia juga menyadari darah mengalir dari atas kepalanya dari serangan Carmilla yang tidak Ia sadari. Eideth kesulitan bernafas tapi Ia tahu Ia harus tetap bertahan.

 

"Kerja bagus Eideth, santai saja sedikit karena Bibi sudah ada disini". Bala bantuan yang dimintai Reinhardt akhirnya datang. Ia muncul tiba-tiba di depan Carmilla melayangkan pedang besarnya dengan kekuatan penuh. Carmilla mengubah tangannya menjadi besi dan menangkis tebasan itu, tapi Ia terpental ke udara. Tak selesai sampai disitu, Ia pun menghadapi Apostle lain yang menghajar keponakannya. Theo mengubah [Barrier] miliknya menjadi sebuah pedang yang tajam untuk membalas serangan itu.

 

Kedua pedang itu beradu mengeluarkan dentingan yang keras. "Kau cukup kuat, lumayan juga" puji Vinesa. Theo berhasil menahannya tapi Vinesa langsung mengeluarkan kekuatan penuhnya. [Explode] sebuah ledakan kekuatan mendorong pedang Vinesa, mematahkan pedang Barrier itu. Vinesa mengincar leher musuhnya tapi Theo menghindar cukup cepat sehingga Ia hanya mendapat goresan di lehernya.

 

"Eideth!" Vinesa melihat Eideth babak belur seketika mengalihkan perhatiannya. Theo menggunakan kesempatan itu untuk menolong Carmilla. Ia terpental begitu tinggi hingga Theo harus mengirimkan [Barrier] untuk menangkapnya. Vinesa memberi ramuan penyembuh pada Eideth, "hati-hati, teguk saja pelan-pelan" ujarnya. Eideth bisa merasakan lukanya mulai tertutup tapi dengan efek samping rasa sakit. Vinesa senang melihat Eideth menahan rasa sakit itu dengan berani, kemudian kembali fokus pada lawannya.

 

"Carmilla, Kau baik-baik saja" Theo melihat tangan Carmilla hampir terputus menahan tebasan barusan. "Theo, hati-hati, wanita itu berbahaya" Carmilla memperingatkan, "lucu Kamu berkata seperti itu karena Eideth juga sama berbahayanya" balas Theo. Carmilla hendak menyatukan tangannya kembali tapi pemulihannya begitu lambat. Theo juga mencoba membuat [Barrier] tapi kurang berhasil. Mereka menyadari tidak ada lagi Mana yang tersisa untuk memakai kekuatan mereka.

 

Eideth bersama rekannya sedari tadi menghemat penggunaan Mana sambil menyimpan beberapa didalam tubuh mereka untuk pertarungan jangka panjang. Kini Mana telah habis dan mereka tidak punya simpanan sedikitpun dalam tubuh mereka. Vinesa memuji Eideth setelah mengetahui Eideth memakai strategi khas militer itu. "Bisakah Kami ikut bergabung" dari belakang Reinhardt dan yang lain ikut mengepung Apostle selesai memulihkan diri. Butuh waktu 10 menit hingga [Wall of Force] itu akhirnya hancur, Eideth meminta maaf karena mengucilkan mereka keluar dari pertarungan.

 

Situasi kini tidak mendukung Apostle, mereka mulai terluka dan tidak bisa memakai kekuatan mereka. Walau kekuatan fisik mereka cukup mumpuni, mereka takkan bisa bertahan lama menghadapi bala bantuan yang Reinhardt panggil. Dalam keadaan terjepit, Theo dan Carmilla memutuskan untuk mengeluarkan upaya terakhir mereka. Theo melemparkan sebuah benda setinggi mungkin ke atas langit.

 

Mereka semua dapat merasakan perasaan mencekam dari benda itu. Benda itu menarik tatapan mereka padanya. Saat mencapai titik tertinggi, benda itu melayang di udara dan menimbulkan ledakan besar sambil memunculkan sinar bagai suar ke atas langit. Perlahan benda itu menghisap Mana dari awan badai milik Reinhardt kemudian mengalirkannya untuk kedua Apostle itu. Ini adalah informasi baru yang tidak terduga, mereka tidak tahu Apostle punya alat untuk mengumpulkan Mana.

 

Apostle biasanya hanya muncul di sekitar Menara Sixen. Itu karena Menara Sixen menarik semua Mana di lingkungan sekitar mengumpulkannya untuk dirinya sendiri. Akibatnya, persediaan Mana di dekat bahkan di dalam Menara Sixen hampir tak terbatas. Apostle yang tidak pernah tercatat muncul di luar Sixen pasti belum pernah kehabisan Mana. Itulah yang orang-orang Artleya pikirkan, tapi mereka salah.

 

Eideth menyadari bahwa benda itu seperti Menara Sixen portabel dan menunjuk pada yang lain untuk menghancurkannya. Theo membentuk [Barrier] di udara untuk pijakan mereka selagi menjaga Beacon mereka itu. Carmilla segera mengaktifkan [Transmutation] miliknya untuk menarik semua benda yang Ia sudah transmutasi. Pecahan batu, besi, dan kayu mulai berkumpul membentuk sebuah golem raksasa di bawah Apostle itu. Theo menciptakan lebih banyak [Barrier] untuk menghalangi lawan mereka.

 

Eideth berkata Ia punya sebuah rencana tapi butuh bantuan teman-temannya. "Bersihkan semua penghalang yang mengganggu dan beri Aku waktu" mereka punya satu kesempatan ini dengan Mana terbatas yang mereka miliki. Claudias berubah menjadi wujud naga miliknya dan menghadapi golem batu itu. Vista dan Reinhardt tetap di sisi Eideth membagikan sisa Mana didalam tubuh mereka untuk Ia gunakan. Vinesa dan Paladin melompat naik coba menghancurkan Barrier yang mengganggu.

 

"Ini sudah cukup, tolong Kalian bantu yang lain" ujar Eideth pada Reinhardt dan Claudias. Eideth menusuk dirinya kembali menggunakan [Stasis], berkata pada Varrak Ia akan kembali memakai Talent miliknya. Varrak menerima tawaran itu setelah menyadari betapa banyak konsekuensi kausalitas yang akan Ia hadapi. [Conceptualize: TTRPG aktif kembali] tulis layar status.

 

Rekan-rekan Eideth mengeluarkan semua kemampuan mereka untuk membukakan Eideth satu peluang itu. Vinesa dengan mudah menghancurkan beberapa [Barrier] dengan satu tebasan tapi Theo terus menciptakan penggantinya. Paladin sadar akan hal itu dan pergi mengganggunya, Ia melayangkan tebasan energi menggunakan dua teknik sihir [Overflow] dan [Wave]. Vinesa berhasil mendaratkan tusukan menukik, menghancurkan penghalang terakhir yang Theo gunakan untuk berpijak.

 

Eideth melihat Varrak disisi lain meja dengan wajah tidak senang, tapi Ia tetap berlaku adil dan membiarkan Eideth melakukan gilirannya. Eideth mengangkat tongkat sihir yang Ia dapat lewat Talentnya pada Beacon itu. "Level 9 [Fireball]" sebuah bola api ditembak keluar dari tongkat itu. Rekan-rekannya yang menyadari bahaya mantra itu, mundur ke tepi. "Satu serangan meleset dan satu tepat sasaran, Varrak sekarang giliranmu" ujarnya di sisi lain meja. Varrak menggulir 14 dadu enam sisi dan menghitung hasilnya.

 

Carmilla mendapat luka bakar senilai 50 poin kerusakan dan Theo mendapat setengahnya. Carmilla jatuh tak sadarkan diri akibat ledakan itu. Theo menangkap temannya sambil menahan rasa sakit. Carmilla masih hidup namun kondisinya cukup kritis. Theo pun menggigit bibirnya setelah mendapat perintah untuk mundur. Selagi ledakan api itu masih menyala, mereka berdua melarikan diri.

 

Setelah semua orang sudah mendarat dengan selamat turun dari punggung Claudias, Eideth jatuh berlutut pada kedua kakinya. Rekan-rekannya seketika khawatir tapi Eideth berkata Ia tidak apa-apa. Eideth menunjukkan jarinya pada sebuah benda, mereka memperhatikan apa yang ditunjuknya dan mendapati Beacon yang tadi sudah terjatuh. Vinesa coba mengambilnya tapi Ia mendapat sensasi terbakar. Eideth memberi Vinesa sebuah toples dan berkata untuk menaruhnya disitu.

 

Awalnya Ia berpikir toples kaca itu akan pecah karena panasnya tapi Eideth bersikeras meminta. Setelah memasukkan Beacon itu kedalam toples, tidak terjadi apa-apa. Toples itu tidak pecah dari panas Beacon itu yang membakar. Akhirnya pertarungan panjang itu selesai. Walau Vinesa datang terlambat Reinhardt tetap menunjukkan rasa terima kasihnya. "Terima kasih Yang Mulia senang Anda tidak apa-apa, tapi Kota ini" Vinesa menunjuk pada bagian kota Larcova yang sudah hancur.

 

Reinhardt menggaruk kepalanya memikirkan apa yang harus Ia katakan pada Marquis Isolde. Claudias menepuk pundaknya berkata untuk tidak berpikir terlalu sulit dan menikmati kemenangan mereka. "Itu benar Pangeran, untuk masalah kerusakan kota, serahkan saja padaku" ujar Eideth. Reinhardt mengira Eideth bercanda tapi Ia segera melihat tatapan mata Eideth yang serius.

 

Eideth menutup matanya mencoba bertemu dengan Varrak untuk yang terakhir kali. "Varrak, bisakah Aku meminta sebuah permintaan" tanya Eideth. Varrak menghela nafas menerima kekalahannya, Ia dengan sportif bertanya permintaan apa yang Eideth inginkan itu. Eideth membuka matanya dan mengangkat tongkatnya dengan tinggi. "[Wish], Aku berharap semua yang hancur kembali ke seperti semula" pintanya.

 

Sebuah kekuatan misterius bergerak mengikuti perintah Eideth. Puing-puing bangunan mulai melayang kembali ke posisi mereka, jalan yang retak pulih tanpa bekas, pohon-pohon yang tumbang dan terbakar berubah kembali ke asal mereka. Itu adalah pemandangan yang luar biasa. Sayang Eideth tak bisa melihat permintaannya hingga selesai. Eideth pun jatuh tak sadarkan diri di tempat.