Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 62 - People's Personal Struggle

Chapter 62 - People's Personal Struggle

Eideth pergi tidur untuk memulihkan Spell Slot yang sudah Ia gunakan. Pekerjaannya masih belum selesai karena masih tersisa beberapa anggota keluarga Arlaw yang terbaring sakit. Agar penyakit mereka tidak bertambah parah selagi Ia tertidur, Eideth menyarankan untuk menahan penyakit mereka dengan [Stasis]. Hal itu tidak menyakiti mereka namun mereka tidak dapat bangun sampai Eideth menghilangkan kekuatannya.

 

Selagi Eideth tidur, Reinhardt membubarkan pasukan khusus untuk kembali ke tempat penugasan mereka. Ia juga membuat laporan kembali ke Kekaisaran. Ia tidak bisa langsung pulang sehabis misi karena masih ada urusan yang belum terselesaikan. Berkat cermin sihir ajaib Eideth (ponsel) Kekaisaran menerima pesan itu dengan cepat, Reinhardt bahkan mengirim bukti sebuah foto untuk meyakinkan baginda Kaisar. "Untung saja Eideth sudah mengajariku cara mengambil foto" ucapnya.

 

Mereka memutuskan untuk melakukan aktivitas masing-masing. Arlaw duduk di samping adiknya menunggu Eideth menyembuhkan mereka, Claudias pergi berjaga di luar panti asuhan untuk menghabiskan waktu. Reinhardt melihat Vinesa mengambil kursi dan duduk didepan Eideth menunggu dengan sabar untuk mengomelinya ketika Ia bangun. Reinhardt tidak mau ikut campur karena itu adalah urusan keluarga Raziel tapi Ia berjanji untuk melindungi Eideth sebaik mungkin untuk menebus kesalahannya.

 

Arlaw mendapati adik-adiknya yang sudah disembuhkan Eideth menahan perut lapar mereka. Mereka malu dan tidak ingin menyusahkan Kakak mereka tapi Arlaw mengenal mereka dengan baik. Arlaw pergi ke dapur dan mendapati mereka tak punya makanan sedikitpun. Arlaw mencoba meminjam uang pada Reinhardt namun Ia juga tidak membawa uang sama sekali karena mereka pergi terburu-buru. Vinesa mengaku Ia ketinggalan dompetnya di Istana Kekaisaran. Arlaw sedikit putus asa namun Ia tak berhenti memikirkan cara untuk mendapat makanan. Ia tanpa sengaja melihat sebuah mangkuk di meja disebelah Eideth.

 

Ia berpikir itu adalah mangkuk cucian namun mendapati isinya adalah buah beri yang terlihat familiar. Reinhardt mengenali buah beri itu, diatasnya ada sebuah catatan. "itu adalah Goodberry, buah sihir untuk penyembuhan, beri ini juga makanan sihir, setelah Kamu memakannya, Kamu tidak akan lapar selama 24 jam" tertulis di catatannya. Arlaw juga menyadari Ia tidak merasa lapar hari ini setelah memakan beri itu. Reinhardt memastikan itu benar. Mereka memutuskan mogok makan beberapa hari karena mereka tidak lapar seharian penuh setelah memakan beri itu. Arlaw takut apakah itu sehat membuat Reinhardt menambah satu detail lagi, buah itu mengandung nutrisi harian yang cukup jadi aman untuk di konsumsi.

 

Arlaw memutuskan untuk memberi makan adiknya beri tersebut. Mereka makan dengan lahap kemudian kaget mendapati perut mereka tidak lapar lagi. Claudias masuk kembali setelah hawa dingin mengalahkan harga dirinya, Ia menghidupkan api di perapian untuk menghangatkan diri karena api dalam tubuhnya saja tidak cukup. Claudias ditawari Goodberry oleh anak-anak panti asuhan. Ia menerimanya dan berterima kasih pada mereka.

 

"Bagaimana Kakak bisa menyemburkan api" tanya anak-anak itu penasaran. "Itu karena Kakak adalah seorang Naga" ungkapnya dengan santai. "Naga…" mata anak-anak berbinar penuh kekaguman, mereka segera melontarkan pertanyaan lanjutan mengenai penampilannya. Claudias terlihat asik bermain dengan anak-anak, Ia memamerkan kemampuan berubah wujudnya mulai dari menunjukkan sisik, merubah pupil, hingga memunculkan tanduknya. Arlaw hendak menghentikan anak-anak mengganggu Claudias tapi Reinhardt memastikan Ia tidak apa-apa.

 

Salah seorang anak kemudian mengalihkan perhatiannya ke sisi lain ruangan. Ia melihat pedang besar di punggung Vinesa. Ia melihat ekspresi Vinesa yang serius terlihat mengerikan. Ia mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk menyentuh pedang itu. Ketika pria kecil pemberani itu berhasil menyentuh pedang di punggung Vinesa, Ia melihat pantulan dirinya bagaikan cermin. Ia terlihat begitu keren di dalam pantulan itu. Vinesa akhirnya menghiraukan anak itu.

 

"Ada apa adik kecil" tanya Vinesa, "apa itu berat" tanya-nya dengan naif. Vinesa menghunuskan pedangnya membiarkan anak itu memegangnya. Ia menunjukkan betapa berat pedang dua tangan itu. Tak butuh waktu lama, anak itu menyadari gestur buruknya. Ia menguatkan pijakannya, membuatnya mampu mengangkat pedang itu beberapa waktu. Hal itu membuat Vinesa terkagum, "Ia memiliki bakat" pujinya. Anak itu segera menyadari dan memperbaiki kesalahannya sekaligus memahami pusat gravitasi pedangnya dengan sekilas.

Di pojok ruangan, Eideth berusaha keras untuk tertidur tapi terlalu banyak gangguan tetap membuatnya terjaga. Eideth tidak bisa bergerak karena Vinesa memutuskan untuk duduk didepannya menunggu Ia bangun. Eideth menyadari betapa keras kepala keluarganya terkadang jadi Ia menunggu kesempatan emas itu muncul. Dewa Artleya tidak dapat membaca isi hati dan pikiran Eideth karena keistimewaannya. Jadinya Ia harus secara fisik memanggil mereka agar mereka sadar.

 

Saat Vinesa berbalik untuk bermain dengan seorang anak kecil. Eideth membuka menggerakkan mulutnya mengeluarkan suara sekecil mungkin, "Zatharna, tarik Aku keluar". Eideth tidak harus selalu melakukan ritual untuk melakukan perpindahan ke domain Zatharna, Ia bisa meminta Zatharna kapanpun. Yang harus Ia lakukan hanyalah bertanya. Setelah kesadarannya di tarik oleh kekuatan supranatural dari Zatharna, Ia akhirnya lepas dari tubuh fisiknya membuatnya seperti benar-benar tidur. Ia bisa kabur kesana hingga Ia selesai tidur.

 

Eideth tidak menyangka akan begitu senang melarikan diri menuju domain Zatharna. Disana Ia mendapati Zatharna bersama saudarinya yang lain memiliki ekspresi yang serius. "Hai teman-teman, kenapa Kalia—", "Eideth duduk" potong Zatharna dengan tegas. Eideth tidak pernah melihat Zatharna memakai ekspresi seperti itu kecuali berakting saat bermain. Ia tak punya pilihan selain mengikuti mereka untuk sekarang hingga Ia memahami situasi.

 

"Eideth, apa yang sebenarnya terjadi, Kami merasakan koneksi Kami terputus denganmu, katakan apa yang Dewa dunia lain itu lakukan padamu… Kamu terlihat berbeda" ungkap Zatharna. "Aku benar-benar tidak apa… tunggu, apa maksud Kalian Aku terlihat berbeda" Eideth tidak percaya apa yang di dengarnya. Eideth mencoba meminta penjelasan dari mereka tapi mereka tidak menjawabnya.

 

Seketika itu juga, Deith datang dan menengahi mereka. Ia menyuruh Eideth tidak menghiraukan apa yang baru saja Zatharna katakan. Ia mendapat permintaan dari IDC untuk menjelaskan situasi yang mereka. Eideth tidak mempermasalahkannya dan meskipun Ia sedikit penasaran dengan apa yang mereka maksud. Deith meminta privasi dengan Zatharna dan saudarinya.

 

Eideth duduk di meja tempat mereka biasa bermain, Ia menonton apa saja yang terjadi saat Ia tidur. Rekan-rekannya menghabiskan waktu bersama anak-anak dengan gembira. Eideth merasa sedikit aneh Vinesa bersikap begitu ramah dengan anak-anak. Ia menyadari bibinya telah berubah begitu banyak dalam waktu beberapa bulan saat Ia tidak ada. Eideth memainkan dadunya karena bosan selagi menunggu perbincangan Deith dengan Dewa Artleya selesai. [d20/18] Meja permainan mereka menunjukkan sesuatu yang terlewat dari pengheliatannya.

Di tangan kiri Vinesa, lebih tepatnya pada jari manisnya, terdapat sebuah cincin pernikahan. "Bibi sudah menikah" teriak Eideth terkejut. Ia berdiri dari kursinya tidak percaya untuk melihat lebih dekat, bibinya telah menikah. Banyak pertanyaan muncul dikepalanya, "bagaimana, kapan, sama siapa" tiga pertanyaan besar itu memenuhi kepalanya. Eideth bukan tidak mau bibinya menikah, namun siapa yang cukup berani dan berhasil memenangkan hati bibinya. Ia tidak punya pandangan lain selain kekaguman pada pamannya itu.

 

Deith akhirnya keluar bersama Zatharna dan Dewi lain dari ruangan sebelah. Eideth bertanya apa masalah mereka sudah selesai, Deith membalas dengan acungan jempol. Eideth meminta Zatharna untuk mengembalikannya ketika waktu istirahat selesai. Ketika mereka semua berkumpul di meja permainan, Deith terkejut melihat apa yang ditampilkan di meja itu. Reaksi itu membingungkan Eideth, Ia tidak tahu mengapa Pendukungnya bersikap seperti itu.

 

Deith segera mengembalikan ketenangannya dan duduk bersama mereka. Ia berkata Ia terkejut dengan perkembangan karakter Vinesa dan mengira sesaat Vinesa sedang bermain dengan anaknya. Eideth juga baru menyadari anak itu mempunya kemiripan dengan Vinesa entah bagaimana. Para Dewi tidak mengerti apa yang mereka berdua lihat tidak terlalu menghiraukan kehebohan itu.

 

Eideth terbangun di pojokan ruangan tempat Ia tidur. Ia mendapati ruangan itu kembali hening karena tidak ada seorang pun disana. Eideth berpikir mereka pergi keluar bermain atau semacamnya jadi Ia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Eideth permisi masuk ke dalam ruangan dimana adik-adik Arlaw yang masih sakit ditidurkan menggunakan [Stasis]. Eideth segera merapalkan [Lesser Restoration] untuk menyembuhkan anak-anak itu kemudian Melepaskan [Stasis].

 

"Baguslah, Kalian sudah bangun" ujarnnya. Anak-anak itu terkejut melihat kakak mereka tidak ada malah muncul orang asing. Eideth memperkenalkan dirinya mengaku sebagai teman Arlaw agar mereka mau mempercayainya. Eideth tahu mereka belum makan seharian penuh sehingga Ia memberi mereka makan menggunakan [Goodberry]. Meskipun ragu-ragu mereka akhirnya memakan beri itu dengan lahap. 

 

Eideth berniat menyembuhkan wanita itu, namun menyadari hal aneh. Ia tak memiliki gejala yang sama dengan adik-adik Arlaw dan [Lesser Restoration] tidak bekerja padanya. Eideth punya satu Spell Slot level 3 terakhir bingung harus menggunakan mantra apa selanjutnya. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, Eideth mendapati tubuhnya terlihat tak bernyawa. Eideth bingung apa itu semacam kutukan namun Ia hanya bisa menuliskan petunjuk ini untuk sekarang.

 

Eideth kemudian merapal [Remove Curse] menghilangkan kutukan dari tubuh wanita itu. Anak-anak melihat dengan kagum dari belakang selagi Ia menunjukkan kemampuan sihirnya. Tak berapa lama, Wanita itu membuka matanya kembali. Ia menegakkan tubuhnya dari atas tempat tidur memegang kepalanya yang sedikit pusing. Ia segera menyadari orang lain di ruangan itu bersamanya, "Siapa Kamu" teriak gadis itu, menendang Eideth mendorongnya menjauh. Tendangan itu mengenainya tepat di diafragma membuatnya kehilangan nafas.

 

Anak-anak menjelaskan pria didepannya itu adalah semacam dokter, mereka semua disembuhkan olehnya. Wanita itu meminta maaf berkata Ia tidak sengaja. Eideth tidak masalah, Ia hanya kaget dengan kekuatan Wanita itu yang mengejutkan. Eideth bertanya pada Wanita itu kejadian sebelum mereka jatuh sakit. Kejadian ini tidaklah normal, Ia berniat menginvestigasi hal ini lebih jauh jika perlu. Eideth berpikir ini adalah subquest yang potensial, Ia juga perlu memenuhi milestone untuk naik level.

 

Eideth tahu Ia mencoba ikut campur ke dalam masalah orang lain. Ia biasanya enggan tapi Ia harus mencoba menjadi lebih inisiatif. Eideth menyadari dirinya sekarang sudah menjadi karakter level enam. Tentu saja Ia akan mengambil kelas baru lagi namun kedepannya akan semakin sulit untuk naik level. Ia tak bisa terus mengandalkan Zatharna untuk memberinya tantangan. Ditambah, Eideth tidak bisa menghilangkan perasaan aneh bahwa Ia akan mendapat masalah, sehingga Ia harus membuat persiapan apapun bentuknya.

 

Wanita itu mengakui Ia di datangi oleh pria aneh ketika Arlaw tidak ada. Namun Ia segera berhenti bicara karena Ia tak bisa mengingat lanjutan ingatan itu. Eideth berterima kasih atas usahanya. Ia setidaknya tahu sekarang bahwa kejadian ini adalah muslihat seseorang. Arlaw hanya mencoba menyelamatkan keluarganya dengan segala cara yang Ia bisa sampai Ia bertemu dengan Apostle.

 

Eideth menceritakan kisahnya bertemu dengan Arlaw, "Arlaw bilang Ia perlu bantuan dari dokter atau tabib, jadi Aku datang menolong" jelasnya singkat. Wanita itu berterima kasih sekali lagi pada Eideth. Ia hendak memperkenalkan namanya tapi Eideth menghentikannya. Ia berkata Arlaw akan memperkenalkan dirinya secara pribadi. Eideth memaksa untuk tidak mengetahui nama wanita itu karena persyaratan sihirnya, Eideth hanya membuat alasan yang muncul di kepalanya.

 

Wanita itu berkata itu sihir yang aneh dan anak-anak juga berkata hal yang sama. "Sihir itu apa sih Kak" tanya adik kecil. Eideth agak ragu menjawab karena Ia sendiri tidak tahu pasti. Ia mencoba menjelaskan apa itu sihir lewat pemahamannya sendiri. "Bisakah Kakak pinjam cangkir itu" pinta Eideth. Setelah Ia diberi cangkir keramik yang dimaksud, Eideth membungkusnya dengan kain kemudian memecahkannya dengan berhati-hati agar tidak membuat pecahan tajam. Anak-anak dan Wanita itu terkejut tapi Eideth meminta untuk mereka mendengarkan penjelasannya.

"Lihat cangkir ini, sudah pecah bukan," Eideth membuka kain tersebut memperlihatkan pecahan gelas. "Ini adalah lem, cairan lengket untuk menempel benda, Kakak akan tunjukkan kegunaannya" tunjuknya. "Kita dapat menempelkan kembali pecahan gelas untuk memperbaiki kerusakannya, dan tadah" Eideth berhasil menempelkan semua pecahannya, gelas itu sudah menyatu kembali namun kini memiliki banyak retakan. "Sekarang, apa cangkir itu sudah kembali seperti semula" tanya Eideth, anak-anak mengangguk menjawab iya.

 

"Salah…" Eideth menyilangkan kedua lengan didepan wajahnya, "cangkir ini sudah tertempel kembali tapi bekas kerusakannya masih terlihat, namun perhatikan baik-baik". Eideth merapal [Mending] dan memperbaiki retakan di cangkir itu. Anak-anak itu tidak dapat mempercayai mata mereka, mereka segera bertanya bagaimana bisa. "Ini adalah sihir, Kamu bisa belajar sihir dan dapat menggunakannya untuk apapun, memperbaiki cangkir, menyembuhkan kakakmu, membuat buah beri, semua hal yang tidak biasa bisa Kamu lakukan". Eideth mengembalikan cangkir itu pada anak-anak.

 

"Tapi ada syaratnya" ungkap Eideth, "syarat apa itu Kak". "Syaratnya bisa apa saja, dan dengan mengikuti syarat itu, Kamu bisa memakai sihir, tapi untuk sekarang syaratnya adalah belajar, nanti saat Kalian sebesar Kakak Kalian pasti bisa memakai sihir" jelasnya. Eideth mengelus kepala anak-anak itu, "sihir itu ada bermacam-macam, jadi carilah sihir yang Kamu sukai" ucapnya.

 

Eideth berbalik dan melihat Vinesa bersandar di pintu kamar. Eideth bahkan tidak merasakan kehadirannya dari tadi. Vinesa menatap Eideth dengan tajam dan Eideth hanya bisa terdiam membeku di tempat. Eideth tidak tahu sudah berapa lama Vinesa mendengar percakapannya tapi Ia memperkirakan kemungkinan terburuk. "Kamu sudah bangun Eideth" sapa Vinesa dengan datar. Vinesa meminta yang lain untuk memberi mereka privasi untuk membicarakan hal serius. 

 

Reinhardt dan Claudias memutuskan untuk keluar rumah, sementara Arlaw dengan keluarganya diam didalam kamar. Eideth duduk berhadapan dengan Vinesa, Ia mempersiapkan dirinya. "Eideth, Aku dengar Kamu ingin menjadi Catalyst, bisa Kamu ceritakan kenapa". Eideth mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan bibinya dengan lancar, Ia tidak boleh gugup.

 

Keluarga Raziel adalah salah satu keluarga bangsawan di Kekaisaran Lucardo. Kebanyakan dari mereka adalah petarung handal yang telah berperan besar pada Kekaisaran sebagai pendekar pelindung yang dapat dipercaya. Keluarganya juga merupakan salah satu keturunan Suku Barbarian Raziel dari utara yang memiliki tradisi petarung yang kental. Vinesa mewakili keluarganya disini ingin mengetahui apa yang Eideth ingin lakukan dengan hidupnya. Eideth sudah punya jawaban untuk pertanyaan ini sudah lama sekali.

"Dalam petualanganku Bi, Aku menemukan bahwa Talent milikku ini cukup spesial, Aku dapat menciptakan mantra unik seperti yang sudah bibi lihat, mantra penyembuh yang belum pernah dilihat sebelumnya" Eideth menatap memakai ekspresi yang ceria tapi Vinesa tidak merubah ekspresi, tetap tegar dan keras. "Tapi ada sebuah syarat, semakin Aku mengembangkan Talent milikku, Aku semakin lemah tanpa keinginanku, Aku tidak tahu apa Bibi menyadarinya tapi Aku mengambil posisi belakang karena itu" Eideth menundukkan kepalanya sambil mengeratkan tinjunya.

 

"Sejak kapan Kamu mulai menjadi lemah karena Talent milikmu ini" tanya Vinesa mencoba bersimpati pada Eideth. "Sejak Aku memberitahu Talent akhirnya bangkit" jawabnya. Vinesa tertegun, "itu tidak mungkin, berarti mantra sihir yang Kamu itu di Larcova". "Itu adalah bayaran untuk kekuatan bersyarat Bibi, Aku harus mengorbankan sesuatu". "Apa yang Kamu korbankan" tanya Vinesa sambil memegang kedua pundak Eideth.

 

Eideth tidak bisa menjawab. Vinesa melepas pegangan tangannya, merasa kasihan pada keponakannya. "Itu karena Aku memilih untuk menjadi lebih lemah" ungkap Eideth, "apa" Vinesa tidak mengerti. "Sulit jika kuceritakan panjang lebar tapi singkatnya seperti ini, sebelum Aku jatuh koma waktu itu, Aku dan Zain diserang oleh makhluk aneh itu, Kami kewalahan menghadapi lawan Kami, dan pada hari itu Aku mendapat pilihan, Aku bisa mendapat kekuatan yang kubutuhkan untuk menyelamatkan Zain namun Aku akan merusak masa depanku dan Aku memilihnya tanpa ragu".

 

"Aku dapat tambahan kekuatan namun Aku harus hidup dengan pilihan itu selamanya… tolong jangan beri tahu Zain soal ini" pinta Eideth, Vinesa tidak bisa berjanji. "Jadi, apa rencanamu untuk masa depan" tanya Vinesa. "Aku ingin membantu perkembangan sihir" balasnya. Vinesa melihat keteguhan di mata Eideth merasa teryakini, Ia melepas senyumnya meringankan situasi ruangan. Ia mengelus kepala Eideth meyakinkannya Ia tidak marah dan Ia mendukung keputusannya itu. Eideth memeluk Vinesa berterima kasih padanya.

 

Setelah masalah Eideth selesai, gilirannya menanyai Vinesa. "Jadi Bibi, kapan Aku akan bertemu dengan pamanku", Vinesa tersipu malu dan menutupi jarinya yang terpasang cincin. Eideth tidak menyangka Vinesa dapat berekspresi seperti itu tapi itu membuatnya ingin menjahili bibinya lagi. "Sudah hentikan itu," Vinesa memukul lengan Eideth, "ayo Kita pulang".

 

Dengan begitu, Mereka memutuskan untuk pulang. Eideth bertanya pada Reinahrdt kemana mereka pergi saat Ia tertidur yang mana Ia menjawab Ia berkunjung ke kediaman bangsawan di Timastal. Tak butuh waktu lama hingga bangsawan lokal menyadari kehadiran Pangeran kekaisaran di wilayahnya. Reinhardt tidak memberitahukan kejadian mereka disini, Ia hanya berkata Ia sedang menjalankan misi. Ia memberitahu bangsawan disana akan kehadirannya agar mereka dapat menyelesaikan masalah yang tersisa. "Masalah" tanya Eideth.

Eideth sedikit bingung bagaimana mereka pulang, Timastal berada di wilayah utara, butuh waktu beberapa minggu perjalanan agar mereka kembali ke Kaisaran. Karena mereka tidak ada yang bisa memakai sihir teleportasi, Claudias menyarankan perjalanan kali ini untuk terbang di punggungnya. Eideth menyukai ide itu karena mereka menghemat lebih banyak waktu. Arlaw mengucapkan selamat tinggal pada keluarganya di panti asuhan berjanji Ia akan segera kembali.

 

Claudias berubah menjadi wujud naganya, mempersilahkan mereka untuk naik. "Semua siap, ayo Kita berangkat" kepakan sayap raksasa itu meniupkan angin yang kuat, perlahan-lahan mengangkat tubuh besarnya itu ke udara. Kemunculan seekor naga raksasa diatas langit kota Timastal membawa kehebohan yang besar. "Oh… jadi itu yang dimaksud masalah tadi" Eideth merasa kasihan pada bangsawan disana karena Ia akan datang lagi nanti.