Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 53 - Fantasy Problem Solving

Chapter 53 - Fantasy Problem Solving

Claudias dan Reinhardt mengambil bagian mereka mencari Apostle. Mereka memiliki petunjuk sendiri tentang "keributan" yang mereka cari. Reinhardt mengarahkan Paladin dan Vista untuk menyelidiki plaza tempat orang-orang berkumpul. Mereka mengambil bagian mengawasi parade festival yang sedang berlangsung. Mereka mengamati dari atas atap bangunan, untuk mendapat pandangan yang luas. 

 

Reinhardt memperhatikan dengan matanya sementara Claudias mencoba mencium bau dari Apostle. Jika Ia setidaknya menemukan bau dari Carmilla, itu sudah membuktikan ada Apostle di kota itu. Sayangnya pencarian mereka tak membuahkan hasil. Mereka tidak mendapati satu keanehan pun, Reinhardt berpikir apa yang kurang dari usaha mereka. Mereka memutuskan untuk kembali ke hotel saat festival hari itu selesai. 

 

Secara kebetulan, Reinhardt bertemu dengan Eideth di depan hotel. Eideth mengajak mereka masuk karena Vista dan Paladin sudah masuk lebih dulu. "Ayo Kita bicara di dalam" ajaknya, sadar pembicaraan mereka sebaiknya tidak diketahui publik. Vista dan Paladin sudah menunggu di koridor, mereka punya sesuatu untuk disampaikan. Mereka mengatakan mereka mendapat petunjuk kecil. Sebelum mereka berpencar, Ia meminta Vista untuk membuat keributan mereka sendiri. 

 

Awalnya mereka menolak permintaan itu, mereka berkata tidak sepadan dengan masalah yang ditimbulkan. Tapi tanpa sengaja, mereka mendapat masalah sendiri. Eideth tertawa terbahak-bahak mendengar cerita itu, "Vista jadi pengasuh anak-anak" ledeknya. Eideth mendapat pukulan di lengannya setelah itu. "Kami tidak bisa mengambil gambar mereka, tapi Kami tau mereka mengawasi Kami dari kejauhan, Aku bisa merasakan aura mereka" ujar Vista.

 

Eideth menyarankan mereka untuk menguji hal itu esok. Reinhardt bertanya keributan seperti apa yang harus mereka perbuat. "Haa… untuk itu dengarkan ceritaku", kini giliran Eideth menceritakan pengalamannya hari ini. Ia mendapat petunjuk yang lebih terang-terangan. Ia bercerita saat Ia beristirahat, Carmilla duduk pada bangku di belakangnya. "Kalian benar-benar datang," ujar Carmilla, "jangan menoleh ke belakang atau Kamu tau apa yang akan Aku lakukan".

 

Eideth terpaksa untuk mendengarkannya, Eideth tidak bisa melawan Carmilla tanpa membahayakan orang disekitar. Bahkan bermimpi melawannya adalah mimpi buruk baginya saat ini. "Apa sebenarnya rencana kalian" Eideth bertanya kalimat klise itu. "Ayolah… tidak seru jika Aku membocorkannya sekarang, tunggu saja besok, Aku lihat Kalian ikut bermain seperti Kami, jadi berikan Kami tontonan yang seru" perkataannya terhenti.

 

Tidak mendapat respon lanjutan, Eideth berbalik dan Carmilla sudah menghilang. Ia tidak berhasil menangkap foto, tapi untungnya Ia sudah merekam pembicaraan mereka. Mereka tidak percaya Eideth berhasil merekam itu, mereka mulai percaya mereka bisa meminta bala bantuan itu sekarang. Tapi Eideth menghentikan kesenangan mereka, "tunggu sebentar, ini masih belum cukup, Kita harus melakukan satu hal terakhir".

 

Eideth menyiapkan satu mantra [Divination] terakhir, Eideth tidak mau memberi bukti setengah matang seperti itu. Ia akan mengambil video Reinhardt berbicara dengan Zatharna. Tentunya video Pangeran mendapat wahyu dari seorang Dewi dapat meyakinkan mereka. Eideth memastikan Ia merekam dengan benar supaya hasil videonya tampak jelas. 

 

"Ya Dewi, tolong jawab panggilanku, berilah Kami petunjuk untuk hari esok, bagaimana Kami harus menghadapi Apostle" tanya Reinhardt. Sebuah cahaya terang muncul menciptakan sebuah avatar kecil milik Zatharna, Ia datang untuk menjawab pertanyaan Reinhardt. "Jangan terlibat konflik dengan mereka, penyelamat Kalian akan datang menolong jika Kalian menurut". Setelah menyampaikan wahyu itu, avatar itu menghilang.

 

Eideth berhasil merekam semua itu. Reinhardt jujur, "ramalan itu sedikit membingungkan". "Kita tidak boleh menghadapi Apostle itu hingga ke saat paling kritis, tapi bagaimana Kita bisa melakukan itu" itu adalah pilihan yang sulit. "Apakah sesulit itu" Eideth memiliki pandangan lain. Ia meminta mereka mengulas kembali semua petunjuk yang sudah mereka dapat hingga saat itu.

"Dari semua petunjuk yang Kita dapat, Aku menemukan sebuah pola, mereka sudah menyadari keberadaan Kita tapi mereka masih belum menunjukkan diri, besok adalah hari acara inti festival akan dilaksanakan, Kita dapat berasumsi mereka akan menyebabkan kegaduhan menunggu acara inti itu" ungkapnya. "Bagaimana Kamu tahu" tanya Claudias. "Mereka tidak membuat pergerakan sedikitpun hari ini, bukankah itu aneh, mereka punya banyak kesempatan tapi sepertinya mereka menunggu momen yang paling di tunggu untuk mengambil perhatian" ujarnya.

 

"Ritual persatuan" ujar Reinhardt, Vista bertanya apa itu. "Itu adalah sebuah ritual mantra sihir dengan skala besar, dimana semua orang akan melakukan parade mengelilingi kota, mereka akan memasang kubah pelindung anti kejahatan di atas Larcova" jelasnya. "Kubah pelindung, apa itu yang dimaksud Nona Millenia tadi pagi" tanya Eideth. 

 

"Itu benar, apa Kalian sadar semenjak datang kesini, hanya sedikit kejahatan yang terjadi, alasan hampir terjadinya penculikan anak adalah karena mantra pelindung ini mulai hilang, setiap tahun penduduk Larcova akan membangun ulang kubah sihir ini, memastikan keamanan Larcova untuk kedepannya" sambung Reinhardt. 

 

"Oh… jadi itu seperti buff save checkpoint ya…" gumam Eideth. Reinhardt tidak mengerti istilah aneh yang Eideth gunakan, "biarkan saja, dia sering seperti itu" jawab Vista. Reinhardt kemudian bercerita tentang sedikit sejarah Larcova yang Ia ketahui, mulai dari awal berdirinya hingga sekarang. Eideth mencermati kisah itu dengan teliti, Ia terkagum dengan sejarah panjang dunia ini yang belum Ia ketahui. Eideth adalah penggemar sebuah cerita yang bagus. "… hingga sekarang… aduh cukup berceritanya, Kita harus fokus" tegas Reinhardt, "kamu kok yang bercerita" balas Eideth.

 

Reinhardt ingin segera meminta bantuan kemudian menyampaikan temuan ini pada Marquis Isolde. Eideth memberi ponsel miliknnya pada Reinhardt dan mengajarkannya cara mengirim rekaman itu. Setelah mengirim semuanya, Reinhardt langsung membuat panggilan ke Kekaisaran lewat ponsel itu. "Aku permisi sebentar" Reinhardt pun pergi.

 

Mereka berempat di tinggal disana, bingung untuk melanjutkan percakapan. Vista yang pertama pergi karena Ia juga tidak terlalu peduli, Paladin kembali ke kamarnya ingin mengambil buku tulis baru untuk berbicara. Tinggal Claudias dan Eideth, berdiri dengan canggung menunggu yang lain. Eideth punya banyak pikiran dalam kepalanya, beberapa rencananya sudah dipersiapkan, tapi Ia khawatir dengan eksekusi mereka nanti. 

 

Eideth punya sebuah pertanyaan pada Claudias, "Claudias, apakah Kamu tahu cara belajar paling cepat untuk melihat Mana". Claudias sedikit bingung mengapa Eideth bertanya hal itu dan mendengarkan ceritanya. "Begitu… Aku mengerti, Kamu hanya bisa mengetahui adanya Mana dengan mencoba sihir, itu sedikit menyulitkan" komentarnya. Ia mengatakan Ia tak punya metode yang dapat membantunya, "walau ada metode paling cepat, metode itu setidaknya memakan waktu beberapa hari, untuk menguasainya dalam semalam itu tidak mungkin" jelas Claudias.

 

Eideth tahu itu, Ia sudah mencobanya beberapa hari lalu namun masih tidak membuahkan hasil. Ia terjebak di jalan buntu, Ia bukanlah orang yang genius seperti rekan-rekan lain dalam kelompoknya. Saat itulah Eideth mendapat sebuah ide. "Itu dia… untuk apa Aku memakai cara dari para genius seperti Kalian, Aku akan pakai caraku sendiri" ujarnya. Eideth mengajak Claudias ke kamarnya. Ia tidak tega meninggalkan Claudias di luar sendirian. 

 

Eideth mengambil sebuah kertas perkamen dan mulai menulis formula sihir. Ia menggunakan semua buku sihir yang Ia salin ke dalam ponselnya. Ia bersyukur sudah menyalin mereka ketika berada di Akademi Tarnum. Vista memanggil dari luar kamarnya, "Eideth, Ayo, Kita akan pergi". Karena Eideth belum menyelesaikan mantra itu, Ia membawanya pergi bersamanya.

 

Mereka menaiki kereta kuda pergi ke kediaman Isolde. Sepanjang perjalanan, Eideth sibuk menyelesaikan mantra sihirnya itu, Ia bisa santai karena Reinhardt menjadi ketua sekarang. Paladin bertanya apa yang Eideth kerjakan, "ini sebuah mantra level 0 yang sedang ku kembangkan" jawabnya. Ia berkata Ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk esok.

 

Eideth memutuskan untuk menunggu di kereta selagi mereka berbicara dengan Marquis. Ia berkata teman Marquis dari ras Merfolk, sedikit tidak nyaman berada di dekatnya. Akhirnya Ia bebas untuk melakukan apapun yang Ia mau. Eideth segera mencoba mantra barunya itu. Ia bertanya pada Adazh apakah Ia mengizinkan mantra seperti ini. Adazh hanya membalas lewat ponselnya, [coba saja, Aku tidak keberatan]. Eideth masih belum terbiasa dengan hal ini, setelah mengetahui kehadiran Adazh Ia bersyukur bisa mendapatkan sihir di dunia ini.

 

Eideth menepuk kedua tangannya dua kali, membuat gestur menggiling pada satu telapak tangannya, beberapa gerakan aneh selanjutnya, Ia mengakhirinya dengan menjentikkan jari. Perlahan Eideth dapat melihatnya, mantra itu baru saja memberi warna pada Mana disekitarnya, membentuk bola bola cahaya kecil berwarna putih. Eideth tidak percaya mantra itu berhasil, Ia dapat melihat Mana. 

 

Itu hanya bertahan sementara membuatnya bingung mengapa itu terjadi. Yang Eideth lakukan adalah memanipulasi mantra sihir umum cahaya dan mengaplikasikannya dengan sihir level nol (Cantrip) miliknya. Eideth membuka Manascope miliknya dan Ia segera mengetahui apa yang terjadi. Eideth menghabiskan semua Mana disekitar dengan membuat mereka menyala di matanya. Eideth tahu kemungkinan yang dapat terjadi, tapi hal ini di luar perkiraannya. Eideth mencoba memperbaiki formula sihir ini. Ia mengganti beberapa bagian dan merubah target aplikasinya.

 

Eideth melakukan percobaan itu sekali lagi. Ia keluar dari keretanya berdiri dibawah langit malam. Ia merapal mantra itu tapi kali Ia hanya mengaplikasikannya pada matanya. Eideth bisa melihatnya lagi, partikel cahaya berterbangan di udara, partikel Mana. Eideth mencoba menyentuh mereka dan cahaya itu menembus tubuhnya. Eideth merasa ini adalah solusi sementara terbaik yang bisa Ia ciptakan. Ia dapat membuat kalkulasi untuk menghitung penggunaan Mana pada setiap mantra sihir yang Ia miliki dengan lebih efisien. 

 

"Berhenti" teriak seseorang. Eideth seketika mengangkat kedua tangannya ke udara. Eideth tak berani berbalik sambil mencoba terlihat tidak mencurigakan. Eideth mulai berpikir sebagai orang ketiga dan menilai situasinya. Berdiri sendirian di tengah malam, berada di dekat kediaman Marquis, tidak ada satupun dari bagian dirinya yang terlihat meyakinkan di situasi itu. "Sial…" Eideth hanya dapat berharap mereka bukan dari prajurit penjaga Isolde. 

 

"Apa yang Kau lakukan disini, bangsawan aneh" Ia bertanya dengan tegas. Eideth merasa familiar dengan suara itu berbalik untuk memastikan identitasnya. Disana ada seorang Merfolk, sangat mudah menyadari mereka karena kulit bersisik itu memantulkan cahaya bulan. Eideth mencoba bersikap ramah, "halo Nona… Kaaana kalau tidak salah" sapa Eideth dengan canggung.

 

"Apa yang Kau lakukan manusia bangsawan aneh" tegasnya. Eideth malah aneh mendengar tambahan manusia didepan panggilannya. "Aku hanya berlatih…" jawab Eideth datar. Eideth menurunkan kedua tangannya dan Ia kembali fokus pada latihan sihirnya. "Karena tidak ada masalah disini, bisakah Kamu meninggalkanku sendiri" pinta Eideth. 

 

 "Hey, jangan hiraukan—", "Nona Kana" Eideth memotongnya dengan teriakan lantang. Kana kaget dibentak seperti itu dan bingung harus bagaimana. Ia memutuskan untuk menunggu perkataan pria didepannya itu. Eideth disisi lain, mencoba menenangkan pikiran sebaik yang Ia bisa. Eideth menyadari Ia selalu emosional saat berbicara dengan orang lain, Revnis tahu Ia labil secara emosional jadi Ia memakai pendekatan terbuka dengannya. Eideth hampir saja mengulangi kesalahan yang sama tanpa Ia sadari.

 

"Anda pasti sibuk besok, sebaiknya Anda beristirahat untuk menyiapkan diri Anda" ujarnya dengan sopan. "Kamu orang yang aneh manusia… Kamu baru saja menghentikan kemungkinan masa depan yang unik, Aku jadinya penasaran" Eideth kaget dengan perkataan Kana. "Apa Kamu tahu kaum Merfolk, menyembah Dewi lama yang hampir terlupakan, Zatharna Dewi takdir adalah namanya" ungkap Kana. "Apakah Kamu ingin tahu apa yang kulihat di masa depan" tanya Kana. Eideth terpaku tak bisa bicara. Ia mulai bercerita dari sudut pandang ketiga.

 

"Apa Kamu sudah bertemu dengan rekan-rekanku" tanya Eideth. Kana tidak menjawab. "Aku yakin Kamu sudah bertemu dengan mereka," Eideth berasumsi, "mereka semua adalah orang-orang kuat dibidang yang mereka tekuni, sementara Aku… hanya orang biasa dibandingkan mereka semua" jelasnya. 

 

"Kamu mulai mengadu betapa sulitnya hidupmu secara tidak langsung" ungkap Kana. Eideth menundukkan kepalanya karena malu, Ia mengakui Ia akan melakukan semua itu. Kana menghentikan pengheliatannya karena Ia sudah menyampaikan semuanya. Ia tidak bisa melihat apapun lebih jauh dari itu. "Jadi, apa yang akan Kamu lakukan sekarang" tanya Kana. Eideth berhati-hati berbicara dengan Merfolk itu, hanya dengan niatnya saja, masa depannya terlihat. Eideth tidak pernah terpikir untuk melawan seseorang yang dapat melihat masa depan. 

 

Eideth tersenyum sinis membuat Kana takut, "jadi begitu, halo adik kecil" sapa Eideth. "Kamu penyembah Zatharna… bukankah itu sebuah kebetulan…" Kana merasa bingung, perubahan karakter Eideth tiba-tiba membuatnya tak siap. "Kau tahu mengapa Aku biasa bersikap itu, sebagian besar orang membenci sikapku itu dan memilih menjauhiku setelahnya, lebih mudah untukku karena Aku tak suka perhatian mereka".

 

"Aku beruntung punya teman yang bisa menerima kejelekanku itu, tapi untuk beberapa orang yang bisa melihatnya, apa tujuan Kalian, apa yang membuatku terlihat menarik di mata Kalian" Eideth maju beberapa langkah dan Kana terintimidasi. "hehe, bercanda… Aku tidak akan membully junior kecilku" guraunya. Kana baru saja menyadari Eideth memanggilnya "adik kecil". 

 

"Apa Kamu ingin melihat Dewi yang Kamu puja itu" tanya Eideth. Kana tertegun mendengar ajakan itu. Kana tahu Eideth adalah orang yang berbahaya, ditambah Eideth baru saja mengganti masa depan yang Ia lihat. "Apa yang Kamu maksud… bertemu dengan Zatharna… siapa kau ini sebenarnya" Kana mundur sedikit menjauhinya. 

 

"Ayolah, untuk orang yang melihat masa depan, masa Kamu takut" tantangnya. Eideth merasa dipermalukan oleh Kana tadi, sekarang saatnya Ia membalas sakit hati itu. "Aku tidak mau, Aku minta maaf mempermainkanmu Tuan Muda" Kana menundukkan kepalanya, Ia sudah membuat pilihan. Ia segera sadar pandangan di mata Eideth serius, Ia tahu Eideth punya cara membawanya bertemu Dewi. Pikiran Ia bertemu dengan Dewi hanya karena alasan sepele membuatnya malu. 

 

"Ya sudah kalau begitu, maaf karena menjahilimu seperti itu, dan maaf karena Aku terlihat mencurigakan di luar kediaman Marrquis, Aku seharusnya bersikap lebih dewasa" Eideth meminta maaf. Eideth menjelaskan Ia ingin menyiapkan persiapan sebanyak mungkin sebelum menghadapi lawan mereka. "Aku mengerti, maafkan Aku karena kurang perhatian, Kami benar-benar terbantu dengan pertolongan Kalian" sambung Kana.

 

"Ini festival ulang tahun pendirian Larcova ini sangat penting untuk Kami" ujar Kana. Eideth menyadari Kana akan menceritakan sebuah kisah bersejarah, Eideth mendengarkan dengan serius. "Pendiri Larcova, Belial Isolde adalah seorang penyihir hebat, tapi dalam hatinya Ia adalah seorang yang mencintai Masyarakat, Ia membangun Larcova untuk membantu pemulihan benua Arkin setelah perang besar ras, menggunakan keterampilan dagangnya, Larcova tumbuhnya menjadi salah satu pusat perdagangan dunia, banyak masalah yang dihadapinya karena menjadi pelopor perdagangan antar benua, Ia pun menciptakan mantra sihir yang orang kenal sebagai Pelindung Larcova". Eideth tidak menyangka akan mendengar kisah seorang penyihir yang juga raja pedagang, Ia tetap fokus mendengarkan Kana bercerita.

 

"Ketika para ras yang bertahan setelah perang masih skeptis dengan hidup rukun bersama semua orang, Ia membuka lengannya untuk Kami, mengajak Kami membangun sebuah rumah bersama, Ia membuat persatuan antar ras terlihat seperti mimpi yang dapat di raih, Kami Merfolk mengenang jasanya dan memilih hidup berdampingan dengan keturunan Marquis Isolde dan manusia lainnya, kini Larcova menjadi surga dimana semua ras dapat hidup berdampingan, dan kota-kota lain segera mengikuti". Eideth terkagum dengan kisah itu, ternyata adalah sejarah lebih dalam tersembunyi dalam Artleya. 

 

Eideth bisa merasakan kenyamanan unik di Larcova, tidak senyaman rumah tapi sesuatu yang spesial itu bisa meninggalkan bekas di hatinya. Ia melihat disini berbagai ras hidup sangat rukun. Pemerintahan disini sangat memperdulikan kebutuhan rakyatnya, Eideth sangat kaget begitu banyak fasilitas penyediaan kebutuhan rakyat untuk berbagai ras, raksasa maupun kurcaci punya rumah sendiri di Larcova.

 

"Tenang saja, Aku punya alasan sendiri untuk melindungi tempat ini, salah satunya…," Kana mendengarkannya dengan serius, "apa Kamu bisa melihat jawabanku dimasa depan" ledek Eideth. "Ayolah jangan buat Aku menunggu, Aku benar-benar percaya padamu", "orang-orang, Aku suka orang-orang seperti Kalian hidup rukun bersama" jawabnya. Eideth segera pergi setelah membuat kesan terakhir yang keren, Ia tidak berbalik sedikitpun setelah bersikap keren seperti itu.

Eideth bertemu dengan rekan-rekannya yang sudah menunggunya di kereta kuda. "Hey semuanya, jadi bagaimana pertemuan dengan Nona Isolde" tanya Eideth. Reinhardt menjelaskan situasi mereka. "Alasan Larcova tidak melakukan penanggulangan atas masalah ini karena ritual mantra pelindung mereka", "bisa Kamu jelaskan Pangeran" tanya Eideth. 

 

"Mantra ritual yang diciptakan pendiri Larcova, Belial Isolde, adalah Mantra ritual level 8," Eideth kaget mendengar mantra level 8. Reinhardt melanjutkan, "mantra itu memerlukan waktu beberapa hari untuk dirapal, ritual itu dibagi menjadi beberapa bagian dan besok adalah fase terakhirnya, parade keliling kota adalah bagian terpenting dimana mereka memasang pelindung anti kejahatan yang terkenal itu, siapa saja yang berada di dalam kota saat kubah pelindung itu diaktifkan, semua kejahatan hati mereka akan dikekang, Nona Millenia yakin mantra itu dapat melumpuhkan mereka dengan mudah".

 

Eideth merasa teryakinkan dengan ide itu, sihir level 8 adalah sihir yang kuat. Ditambah pengetahuannya akan aturan sihir Artleya, semakin sulit merapal sebuah mantra sihir, semakin kuat hasilnya. Eideth selalu berpikir, apakah persyaratan yang membelenggu dirinya ini adalah sebuah kutukan. Harga dari sebuah kekuatan bersyarat, terdengar cukup keren pikirnya. Eideth yakin dengan rencana Millenia, "kalau begitu, tunggu apalagi, ayo Kita pulang" ajaknya bersemangat.

Eideth sedikit hari esok tidak akan berjalan sesuai rencana mereka, tapi Ia yakin semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya. Itu bukanlah harapan tanpa dasar, itu adalah penerimaan akan takdir, yang sudah Ia rasakan lewat pengalaman. Eideth mempercayai dirinya, seburuk apapun situasi yang akan terjadi, Ia akan mengambil pilihan yang tidak akan Ia sesali.