Reinhardt memutuskan untuk mengambil kemudi selagi mereka masuk ke dalam kota Larcova. Eideth menolak gagasan itu dan mengatakan kalimat paling kuno dalam buku. "Pangeran, tolong Anda duduk saja di dalam, jika Anda diluar sini bisa membahaya—", "ayolah Eideth, Aku tahu Kamu orang terakhir yang akan berkata begitu" potong Reinhardt. Ia sudah bosan mendengar kalimat itu dari pengawal dan pelayannya yang lain. "Itu layak untuk dicoba tau, Aku kira Kamu akan masuk ke dalam setelahnya" gurau Eideth.
Eideth duduk disebelah kursi kemudi bersama Reinhardt, Ia menyarankannya untuk memakai sebuah tudung agar Ia tidak terlalu menarik perhatian. Eideth juga memperingatinya dengan kondisi politik saat ini untuk membuatnya menurut. Tanpa sadar, Reinhardt menyerahkan tali kemudi pada Eideth selagi memakai tudung itu. Ia menyadari itu cara Eideth mengambil kemudi dari tangannya. Mereka hampir saja membuat kereta kuda mereka keluar jalur karena perebutan kemudi itu.
Eideth membiarkan Reinhardt mengemudi selagi mereka masuk melewati gerbang kota. Eideth membayar biaya masuk membiarkan Reinhardt tetap diatas kemudi. Wajahnya yang biasa saja membuat orang tak memberi perhatian padanya sedikitpun, mempermudah pekerjaan mereka. Kelompok itu segera disambut dengan hangatnya oleh kerumunan yang bersemangat. Betapa banyak orang-orang berkumpul di jalan mempersiapkan diri mereka untuk festival yang akan segera dimulai. Sangat mudah untuk mengalihkan perhatian mereka dengan pemandangan itu.
Reinhardt meminta mereka semua untuk fokus dan langsung berbagi tugas. "Aku dan Eideth akan pergi memperingatkan Marquis Isolde terkait ancaman Apostle, Claudias, Vista, dan Paladin, tolong Kalian amati sekitar, perhatian gerak-gerik aneh sekecil apapun" perintah Reinhardt. Eideth meminjamkan sebuah Ponsel pada mereka agar mereka bisa saling berkomunikasi.
Mereka berdua segera pergi ke kediaman Marquis Isolde. Eideth hampir saja di usir ketika meminta izin masuk tapi Reinhardt segera mengambil alih. "Tolong panggil sang Marquis, katakan padanya, Pangeran Reinhardt datang berkunjung" ujar Reinhardt. Penjaga itu segera panik menerima kehadiran Pangeran kekaisaran, mereka bergegas memberitahu Marquis. "Kenapa Kamu tidak keluar dari tadi" keluh Eideth. Tampang Eideth yang mirip orang biasa membuatnya disepelekan oleh penjaga. Eideth tidak membenci hal itu karena Ia tahu kelebihannya.
Mereka disambut masuk ke kediaman Isolde yang megah. Eideth belum pernah berkunjung ke rumah bangsawan lain sebelumnya dan Ia tak menyangka akan semegah ini. Mengikuti para Pelayan, Eideth hendak dihentikan untuk masuk ke ruang pertemuan. Reinhardt meminta rekannya itu untuk turut serta mengingat pentingnya kunjungan ini. Mereka dipersilahkan masuk selagi menunggu sang Marquis.
Marquis masuk kedalam ruangan dengan sedikit terburu-buru, Ia tidak siap mendapat kunjungan tiba-tiba dari Pangeran. Ia datang dengan seorang teman dibelakangnya. "Yang Mulia, selamat datang, Saya benar-benar minta maaf tidak bisa menyambut Pangeran dengan benar, terima kasih telah memberkahi rumah ini dengan kehadiran Anda Pangeran" ujar Maquis Isolde. Ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat, mengangkat rok gaunnya dengan anggun. Eideth sedikit terpukau melihat betapa menawannya Ia, Eideth baru pertama kali mendapat impresi dari bangsawan lain seperti ini.
Millenia Isolde, Marquis Wanita pertama dari keluarga Isolde. Dibawah kepemimpinannya, Larcova kini menjadi jalur perdagangan besar untuk benua Arkin. Ia membentuk kelompok dagang yang terkenal di seluruh benua. Ia juga salah satu pelopor kerja sama internasional dengan benua luar. Meski berasal dari keluarga dagang yang besar, Millenia memiliki etiket seorang bangsawan disetiap sisi hidupnya. Tak satupun pesta yang diberkahi kehadirannya tidak berjalan mujur, Ia seperti tuan rumah pesta kedua dengan semua perhatian tertuju padanya.
"Perkenalkan ini temanku, pemimpin klan Merfolk, Kana, Kana ini yang Mulia Pangeran Reinhardt". Dibelakang Millenia, ada seorang Merfolk dengan rambut hijau. Eideth bisa mengetahui Ia seorang Merfolk karena ada sepasang sirip menggantikan telinga mereka. Kana mengenakan gaun putih yang cukup mewah, kemungkinan dipinjamkan olehnya. Mengikuti apa yang Millenia lakukan sebelumnya, Kana menundukkan kepalanya dan memberi hormat. Mereka berdua duduk dan mengajak satu orang lain untuk duduk bersama mereka.
"Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Eideth Raziel, tolong duduklah bersama Kami" Milennia bisa mengenali Eideth. Reinhardt begitu senang Ia menoleh pada Eideth membuat sebuah wajah di luar kebiasaannya. Eideth mengira Milennia takkan bisa mengenalinya, jadi Ia membuat taruhan pada Reinhardt sebelumnya dan Ia setuju untuk bermain. "Baiklah, Kamu menang, tidak perlu membuat wajah seperti itu" Eideth melemparkan sebuah koin emas pada Reinhardt. Millenia tidak percaya dengan interaksi mereka berdua, Ia tidak tahu Eideth dan Reinhardt memiliki hubungan yang begitu dekat. Ia sendiri tak berani bertindak tidak sopan didepan Yang Mulia Pangeran.
"Langsung saja Nona Isolde, Kami datang membawa pesan darurat" Reinhardt mengeluarkan sebuah surat undangan. Millenia membuka surat itu namun segera kebingungan, Ia tidak bisa membaca tulisan di dalamnya. Eideth langsung mengerti bahwa surat itu hanya ditujukan pada mereka jadi Ia minta izin untuk menjelaskan. Eideth merapal sebuah mantra pada surat itu, Ia tahu orang yang tepat untuk menjelaskan situasi ini. "[Identify]" rapalnya. Millenia terkejut Eideth bisa memakai sihir, rumor umum yang diketahui semua orang di kalangan bangsawan adalah anak tertua dari Raziel tidak bisa memakai sihir. Ternyata rumor itu salah, Eideth bahkan merapal mantra yang belum pernah Ia dengar.
Mana berkumpul pada surat itu, mantra sihir Eideth memanggil sebuah avatar kecil diatas surat itu dan mulai menjelaskan surat itu. "Tolong ya Zatharna, bisakah Kamu menjelaskan surat apa ini" tanya Eideth pada avatar itu. Ia mulai mengidentifikasi sihir pada surat itu, "surat ini diciptakan dengan kekuatan dunia lain, penciptanya adalah Apostle dunia lain bernama Carmilla, Ia menciptakan surat ini empat hari yang lalu setelah dikalahkan oleh Reinhardt dan rekan-rekannya, isi surat ini mengatakan…", "cukup sampai disana, terima kasih" potong Eideth
Ia menjelaskan bahwa isi surat itu adalah undangan dari Apostle bahwa mereka akan mengadakan perekrutan Apostle baru di Larcova. Millenia sekarang baru saja mengerti bagaimana mereka berdua berada disini disaat yang sama. Latar belakang keduanya mendorong menjelaskan semuanya pikir Millenia dalam hati. Meskipun begitu, Ia ingin mendengarkan penjelasan mereka hingga selesai.
"Jadi… apa yang Yang Mulia ingin Kami lakukan" tanya Millenia. "Apa memungkinkan untuk menunda festival itu sampai Kami dapat menangkap Apostle ini" tanya Reinhardt. "Maaf tapi itu tidak memungkinkan yang Mulia Pangeran," jawab Kana dengan tegas, "Kami tidak bisa menunda festival ini meskipun Kami mau, festival ini harus Kami laksanakan esok, untuk alasan mengapa, ini adalah tradisi Kami Pangeran". Reinhardt membuat wajah kesulitan tapi Ia menerima itu dengan baik.
Di Artleya, banyak orang percaya bahwa sihir berkaitan langsung dengan budaya dan tradisi. Semua orang di Artleya akan menghormati budaya dan tradisi masing-masing karena mereka membawa kekuatan dari sihir mereka. Karena itulah di Artleya sangat mudah menerima pernyataan bahwa sesuatu adalah rahasia ataupun tradisi dan orang lain takkan berkomentar ataupun mengganggu lebih lanjut. Eideth mempelajari hal ini sedari kecil dan masih mencengangkan mengetahui sistem sihir yang unik ini.
"Apa boleh Kalian bisa menjelaskan pada Kami rincian festival ini, dari hasil sihir ramalan Saya, Kami menemukan petunjuk bahwa Apostle ini akan muncul di tempat keramaian yang ribut, Kami ingin mencoba membuat tindak pencegahan sebelum masalah terjadi" pinta Eideth. Millenia mengerti dan meminta pelayan untuk membawakan peta kota Larcova. Ia mulai menjelaskan jalannya festival melalui peta itu.
…
"Hmm… ini benar-benar sulit" guman Eideth. Dari penjelasan Millenia, ada beberapa bagian acara saat festival berlangsung dimana penduduk berkumpul di satu tempat. "Tapi itu bukan bukti yang cukup" ujar Reinhardt melihat hal yang sama yang Eideth pikirkan. Mereka harus memilih untuk mengungkapkan kedok Apostle saat festival berlangsung atau mencari keberadaan mereka disetiap ujung kota dihari sebelumnya. Kedua pilihan tidak terlihat bagus. Eideth menunjukkan bahwa bagian acara terakhir adalah tempat paling memungkinkan untuk Apostle bergerak dan mereka semua tahu itu. Semua ini hanyalah asumsi mereka tanpa bukti yang jelas.
Reinhardt kebingungan dengan masalah ini, tanpa bukti yang konkret, mereka tak dapat meminta bala bantuan dari Kekaisaran karena kondisi mereka saat ini. Mereka juga tak punya kesempatan untuk menghentikan mereka disaat festival, mengetahui ada lima Apostle yang akan muncul. Eideth memainkan koin di tangannya sambil berpikir, Ia melihat kearah Merfolk itu mencoba mengambil inspirasi. "Andai saja… kita bisa… memancing mereka keluar…" Eideth tanpa sadar mendapat ide yang cemerlang. "Pangeran, Aku punya usulan, bagaimana jika Kita membuat keributan Kita sendiri" usulnya, Ia kemudian lanjut menjelaskan rencananya.
…
Mereka tertarik dengan ide itu, meskipun kesempatannya berhasil tidak memiliki garansi. Ide itu layak untuk dicoba. Mereka dapat memancing Apostle untuk keluar dari persembunyian mereka tanpa harus menunggu festival dimulai. Eideth mengingatkan bahwa tujuan rencana itu bukan untuk bertarung dengan Apostle, melainkan untuk menginvestigasi keberadaan mereka. Mereka tidak diperbolehkan untuk berbuat tindakan yang gegabah untuk rencana ini. Jika mereka bisa mendapat bukti keberadaan Apostle, mereka dapat meminta bantuan dari Kekaisaran tanpa perlu diskusi panjang.
Reinhardt juga mengusulkan agar mereka membuat rencana cadangan jika konflik pecah sebelum waktunya. Ia bertanya apakah ada rencana evakuasi jika suatu masalah terjadi di Larcova. Mereka mungkin dapat mengalihkan serangan Apostle untuk menjauhi rute evakuasi. Reinhardt menegaskan hal ini untuk terakhir kalinya, "Kami benar-benar tidak tahu apa Apostle betul-betul melakukan penyerangan atau tidak, ini sepenuhnya spekulasi dari pengalaman Kami berinteraksi dengan mereka, Kami benar-benar berharap festival ini tidak terganggu oleh mereka dan menghargai tradisi yang sudah Kalian jaga ini, terima kasih atas waktu Kalian".
"Sama-sama Pangeran, Kami juga berterima kasih sudah memberi Kami peringatan ini, jika hal itu terjadi, Kami akan mengandalkan kerja sama dari Anda dan rekan-rekan Anda" balas Millenia. Kana menundukkan kepalanya berterima kasih mengikuti Millenia, Ia masih belum terbiasa dengan hal ini. Mereka pamit pergi untuk kembali ke Kota untuk mencari sebuah penginapan. Millenia berkata mereka dapat tinggal di kediamannya sementara waktu tapi Eideth menolak. "Kami akan lebih mudah untuk turun tangan langsung dengan berada di Kota bersama dengan Apostle itu, tolong percayakan pada Kami atas keamanan Pangeran" ujarnya.
Millenia memahami tekad mereka dalam misi ini, Reinhardt malah kaget dengan perubahan tiba-tiba dari Eideth. Ia meminta rekomendasi hotel terbaik di kota dengan lokasi yang strategis, sebagai Tuan rumah yang baik Ia menyarankan penginapan yang sesuai untuk mereka. Ia memberi kartu nama miliknya beserta catatan di kartu itu untuk diserahkan kepada pemilik hotel nanti. Eideth menerima itu menggantikan Reinhardt, dan mereka berdua pamit pergi. "Semoga Kalian bisa ikut menonton Keistimewaan kota Kami" Millenia memberi salam perpisahan.
Setelah tamu itu pergi, Kana bertanya pada Millenia sesuatu yang tidak bisa Ia ucapkan didepan tamu mereka. "Milly, Apa Kamu kenal dengan pemuda itu, yang memiliki wajah biasa saja", "oh… ada apa ini Kana, apa Kamu menyukai Tuan Eideth" usil Millenia. "Bukan seperti itu… dia orang yang aneh, Ia tidak terlihat seperti memiliki kekuatan sihir, tapi Aku bisa tahu Ia orang yang berbahaya, Ia seperti laut berombak yang dalam" ujarnya.
Millenia kaget Kana bisa berkata seperti itu, saat Merfolk serius, mereka akan menggunakan ungkapan laut. Millenia jadi semakin penasaran dengan Tuan muda Raziel itu, "terus, saat Ia menyadari Aku takut melihatnya, Ia merubah suasana hatinya, Ia menjadi tenang dan ramah, pria yang aneh" lanjut Kana.
Millenia mencoba merangkai kalimat dalam kepalanya, "Kana, dia seorang Raziel—", "dia seorang Raziel" potong Kana terkejut. "Kamu tahu" tanya Kana, "Aku pernah bertemu dengan Raziel sebelumnya di utara, mereka terlihat seperti orang yang kasar dan menyeramkan tapi sangat ramah begitu Kamu mengenal mereka, bukannya mereka kaum Barbarian" tanya Kana.
"Ratusan tahun lalu, Kaisar masa itu mengangkat seorang Barbarian menjadi seorang bangsawan, awalnya Ia menolak tapi bujukan Kaisar meyakinkannya, Ia pun setuju diangkat menjadi bangsawan, sejarah Raziel memang panjang dan sulit diceritakan secara singkat, tapi mereka adalah orang yang baik tak seperti penampilan mereka" jelas Millenia. "Sudah, Kita harus menyelesaikan persiapan untuk festival" ajak Millenia, Ia menarik tangan Kana mengajaknya pergi.
Eideth merasa gatal di telinganya, seperti seseorang baru saja membicarakan dirinya. Reinhardt menelpon yang lain menggunakan ponsel Eideth, Ia mengikuti arahannya yang tertera di ponsel itu. Ia merasa bangga melakukan itu dengan benar dalam percobaan pertama. Ia mengembalikan ponsel itu pada Eideth dan memujinya, walaupun Ia seorang Pangeran, Ia tidak pernah melihat cermin ajaib dengan model seperti itu. Eideth bertanya berapakah nilai kepuasannya dalam bentuk bintang. Mendengar penjelasan itu, Ia memberi nilai pengalaman itu lima bintang.
Mereka berkumpul di hotel dan membahas apa saja yang terjadi. "Kita mendapat jalan buntu lagi," mereka sudah memperkirakan jawaban itu, "tapi tenang Kita punya kabar baik". Eideth berhasil membuat mereka bersemangat, "Kita harus mengumpulkan bukti bahwa ada Apostle bersembunyi di kota ini". Eideth memberi mereka harapan palsu lagi, menghilangkan senyuman di wajah mereka.
Reinhardt menjelaskan, "Kita harus mengumpulkan bukti yang cukup kuat untuk meyakinkan Kekaisaran untuk mengirimkan unit elit Kita, untuk kali ini, Kita tidak perlu bertarung". Claudias bertanya bagaimana mereka mencari bukti, kini giliran Eideth maju. Eideth menyerahkan pada mereka masing-masing sebuah ponsel. Cukup aneh melihat dirinya mematahkan ponsel di tangannya menjadi dua untuk menggandakan ponsel itu.
Claudias dan Reinhardt memperhatikan ponsel itu dengan teliti, mencoba memikirkan bagaimana Ia menggandakan ponsel itu. Vista dan Paladin sudah terbiasa melihatnya jadi mereka tak masalah. Eideth menjelaskan mereka hanya perlu mengambil foto seorang Apostle, dari ramalan yang mereka dapat, ada lima Apostle yang harus mereka ambil foto. Ia juga mengajarkan mereka mengambil video, jika mereka bisa menangkap basah Apostle memakai kekuatan mereka, lebih baik lagi informasi itu.
Eideth mengingatkan ini bukanlah paksaan, mereka masih punya rencana cadangan untuk menarik Apostle keluar tapi itu tak membiarkan mereka menyia-nyiakan waktu. Reinhardt menyarankan agar mereka berpencar menjadi dua tim, "maaf Pangeran, tapi Aku ingin pergi sendiri kali ini" potong Eideth. "Tapi…", "biarkan saja Dia Pangeran, Eideth lebih mudah memakai sihirnya saat Ia tak perlu menjelaskannya pada orang lain, Aku tebak Kamu juga ingin membuat persiapan sendiri" jelas Vista mewakili Eideth. "Tau aja Kau ini" Eideth terkekeh. Setelah setuju dengan tujuan mereka, Eideth lebih dulu beranjak pergi.
Reinhardt menghela nafas melihat seberapa cepat Eideth pergi, "apa Dia selalu seperti itu". [Dia sulit dimengerti tapi Ia bekerja dengan efektif seperti itu, Kita hanya harus percaya padanya] tulis Paladin di buku tulisnya. "Kalau begitu, tolong percayakan punggung Kalian padaku juga" ujar Reinhardt, "Aku juga, Aku…" Claudias ikut bergabung.
Eideth segera pergi ke bazar festival untuk membeli beberapa barang. Ia mencoba menahan liurnya karena tidak sabar, Ia mencari ke setiap pojok bazar untuk mencari toko istimewa itu. "Itu dia" sahutnya dengan energik. Eideth melihat-lihat barang-barang yang dijual dan Ia segera menemukan apa yang Ia mau. "Aku mendapatkannya, sebuah gitar" Eideth bisa mendengar efek suara yang dimainkan Zatharna, efek suara dalam game saat karakter mendapat item.
Eideth mencoba memetik senar gitar itu dan memainkan sebuah lagu. [Pengambilan kelas Bard gagal. Tolong mainkan sebuah lagu dengan benar] Talent milik Eideth muncul memperingatinya, "main gitar itu susah tau" keluh Eideth kesal pada Talent miliknya. Eideth belum pernah memainkan gitar selama hidupnya, Ia bahkan kesulitan menggerakkan jarinya membentuk sebuah kunci. Jangankan memegang sebuah gitar, Ia baru pertama kali memetik senarnya dari ketiga hidupnya.
Eideth meminta pemilik toko untuk mengajarkannya bermain gitar, [d20/17] dan Ia setuju. Ia mengajari Eideth latihan dasar dan sebuah lagu yang mudah untuk pemula. Eideth meminta izin untuk merekam ajaran pemilik toko dalam ponselnya agar Ia bisa latihan di penginapan. Pemilik toko malah semakin bersemangat karena itu, Ia membiarkan Eideth mengambil video sambil memainkan beberapa lagu tambahan buat Ia berlatih.
Permainan musik yang indah dari pemilik toko menarik perhatian dari orang-orang disekitar. Tak lama banyak penonton yang menikmati alunan musik yang Ia mainkan. Eideth sedikit iri dalam hatinya mengingat semua musisi yang Ia tahu selama hidupnya, mereka semua pasti sangat keren seperti itu pikirnya dalam hati. Eideth juga membeli sebuah seruling dan buku musik untuknya berlatih. Ia mengucapkan terima kasih pada pemilik toko sebelum menghilang ditelan kerumunan.
[Pengambilan kelas Bard gagal. Anda bisa memainkan lagu dengan benar, gak sih?] tulis layar status itu. Eideth sangat kesal melihatnya bersusah payah hanya untuk di ledek seperti itu. Ia bahkan mengadu pada Zatharna, mencari tahu kenapa Talent miliknya bersikap seperti ini. [Dia benar Eideth, permainanmu jelek] tulis Zatharna blak-blakan, Ryx memberi emoji tertawa mengeluarkan air mata dan Fawn memberinya dukungan untuk terus mencoba tidak seperti yang lain.
Kekuatan takkan datang secara cuma-cuma, Eideth mengerti sekali arti perkataan itu. Eideth berpikir apa kesialannya selama ini adalah salah satu cara menyeimbangkan karma dari kekuatannya. Tapi Eideth tidak menerima pemikiran itu. "Aku sudah menderita cukup banyak, apalagi yang kurang" itulah keyakinannya selama ini. Dirinya yang tidak bisa mendapat kematian yang layak setidaknya ingin menggapai hidup yang penuh kepuasan. Namun realita berkata lain saat bakat dipertanyakan, Ia benar-benar kesulitan disini.
Eideth mengganti strateginya dengan memainkan sebuah seruling, permainannya masih jelek tapi itu cukup untuk mengambil kelas Bard. [Bolehlah… Kau lulus. C rank] tulis layar status. Eideth tidak peduli dengan nilai karena Ia bisa memperbaiki permainan musiknya nanti, Ia hanya butuh kemahiran dan mantra sihir dari kelasnya. Eideth sudah lama ingin memakai [Bardic Inspiration] sebagai kemampuan pendukung, Ia benar-benar merasa seperti Catalyst sekarang.
Eideth pergi berbelanja kebutuhan tambahan, dengan koin emas yang diberikan Reinhardt, Ia bisa berbelanja sedikit boros dari biasanya. Eideth memastikan untuk memasok benda-benda penting seperti bumbu dan rempah, Ia juga membeli beberapa cemilan yang bisa disimpan untuk waktu yang lama. "Memangnya apa yang akan kulakukan saat memainkan ponsel di jalan, memakan debu" Ia memikirkan ide bermain ponsel tanpa cemilan saat perjalanan adalah hal yang bodoh.
Eideth mengurangi cemilan di keranjang belanja mengingat Ia akan pulang ke rumah sebentar sebelum mendaftar ke Akademi Gonan, jika Ia ketahuan bersantai-santai oleh Vinesa. Ia bahkan tidak mau memikirkan omelan itu. Eideth berpikir apalagi yang Ia butuhkan tapi Ia segera mendapat jawabannya. Tanpa sadar, Eideth hanya memiliki uang receh dari sisa belanja di dompetnya.
Sebuah ingatan melewati kepala Eideth memperkuat kesadarannya akan kenyataan. Ia mengingat potongan hidupnya saat Ia tidak memiliki uang. Hatinya merasa sakit Ia menjadi miskin kembali. Eideth tidak menyangka Ia sudah menghabiskan 500 koin emas pemberian ayahnya. Ia sudah berhemat cukup banyak selama 6 bulan dengan berburu dan lain-lain. "Masa sih sudah habis," pikirnya, "Aku cuma membeli… oh ya… Desa Gobbi, bagaimana Aku bisa lupa" Ia mengingat investasi yang Ia lakukan untuk pembangunan desa Gobbi.
Jujur saja Ia masih merasa Ia terlalu pelit memberi bantuan pada Desa Gobbi. Eideth hanya membeli beberapa peralatan untuk bekerja, Ia juga menawar pada pedagang waktu itu untuk mendapat potongan harga. Ia tidak menyangka Ia akan berprasangka buruk seperti itu dan mengusir pikiran buruk dari kepalanya. Ia berdoa meminta maaf karena berpikiran negatif.
Setelah masalah penggunaan uang terselesaikan, Eideth memutar otaknya memikirkan cara mendapat uang. Eideth tidak punya cukup uang untuk pergi ke Ibukota, Ia bisa mengambil uang di tabungan yang Ayahnya siapkan tapi Ia tidak mau mengganggu uang itu. Satu-satunya cara adalah Ia memanfaatkan kesempatan di depan matanya.
Eideth melihat barang belanjaannya. Ia tahu Ia tak bisa mengamen di jalan karena nyanyian dan permainan musik nya masih jelek. Tapi Ia masih punya satu kemampuan yang dapat dimonetisasi. Eideth bertanya pada Zatharna, "apa boleh Aku berjualan membuka toko". [Toko apa itu…] tanya Zatharna balik. "Aku hanya akan…", [tidak, hentikan, Aku tidak mau tahu, Aku akan izinkan, ini akan jadi pengalaman yang bagus, Aku harap Kamu menunjukkan sesuatu yang menarik] tulis Zatharna.
Eideth tidak menyangka Zatharna sama antusias dengan dirinya. Ia bahkan mengizinkan Eideth untuk berbuat semaunya selagi Ia menonton. Eideth tersenyum gembira, Ia menutup mulutnya menahan tawa jelek di bibirnya itu. Eideth menggunakan Otoritasnya untuk mengeluarkan sebuah buku, buku khusus dimana Ia bisa bereksperimen sepuasnya di dunia penuh sihir ini. Eideth segera pergi menyiapkan semuanya.
…
Paladin dan Vista sedang berjalan-jalan mengawasi keramaian disekitar plaza festival. Dari petunjuk Reinhardt, kemungkinan besar Apostle mungkin akan coba menunjukkan diri mereka. Vista berjalan di depan selagi Paladin mengikuti di belakang, "Ayo Paladin, ikuti Aku, hati-hati Kita terpisah, kerumunan ini… sangat… padat". Vista menoleh ke belakang setelah sensasi di tangannya berubah, Ia mendapati seorang anak kecil memegang tangannya menggantikan Paladin. "Kakak… Kakak ingin bawa Aku kemana…" Anak itu perlahan mulai menangis.
Mengetahui itu bukan tempat yang sesuai untuk meladeni anak kecil, Ia pergi ke tepi. Anehnya anak itu berhenti menangis. Vista mengangkat anak itu dan membiarkannya duduk di pundaknya. "Hey, anak kecil, apa Kau tahu nama Ibu mu" tanya Vista, Ia menggelengkan kepalanya menjawab tidak. Vista bingung harus melakukan apa Dia disana. Tidak lama, Ia menemukan Paladin dengan seorang anak di pundaknya, Ia juga memegang tangan anak-anak tambahan.
Ia kesulitan untuk mengeluarkan buku tulisnya karena anak-anak itu, [apa yang harus Kita lakukan] tanya Paladin. "Bagaimana Aku tahu" Ia juga sama kebingungannya. Vista teringat sesuatu, sebuah mantra sihir yang Eideth gunakan untuk situasi seperti ini. Ia menepuk tangannya, membentuk rangkaian gerakan tangan aneh, dan menggambar sebuah lambang di lehernya. Vista memakai mantra pembesar suara ciptaan Eideth. "Ehem, testing… testing… Perhatian untuk orang tua yang kehilangan anak-anak mereka, tolong jemput," Ia sepertinya dapat mengecil suaranya jika mau, "namamu siapa". "Nico", "tolong jemput Nico di tengah Plaza terima kasih". Ia mengulang panggilan itu sekali lagi.
Tak lama para orang tua mulai berdatangan, anak-anak senang melihat Ayah Ibu mereka datang menjemput. Karena anak-anak mulai berkurang, Paladin membantu dengan segenap kemampuannya. Ia menuliskan nama anak-anak itu di buku tulisnya, mengangkat dan memeriahkannya seperti papan iklan. Itu cukup membantu.
Tinggal beberapa anak tersisa, mereka melanjutkan usaha tersebut. Lalu datang seseorang yang mengaku kehilangan anak mereka. Ia mencoba mengambil seorang anak disana, mengaku sebagai orang tua mereka. Vista bisa melihat anak-anak itu bahkan tidak kenal dengan pria itu. "Ayolah… Arin… ayo Kita pul—", "jauhkan tanganmu bajingan, jika Kamu masih ingin punya tangan pergi dari sini" ancam Vista. "Kenapa Tuan, terima kasih sudah menjaga anakku, tapi Kamu harus pulang", "tutup mulutmu" Vista peringatkan terakhir kali.
"Masih mau bermuka tebal, Arin jelas-jelas tidak mengenalmu, orang yang menculik anak kecil sepertimu… membuatku jijik" ucap Vista tepat sasaran. Orang-orang mulai menonton mereka, dan perhatian itu membuatnya pergi. "Sial" umpatnya, Ia mencoba melarikan diri karena identitasnya sudah ketahuan. Menggunakan keramaian untuk melarikan diri, sejenak Pria itu berpikir Ia sudah selamat.
Walau Pria itu sudah pergi, entah kenapa hati Vista tidak puas. Ia melihat wajah Arin yang ketakutan membuatnya sadar perasaannya itu. Pria itu dapat mengancam anak tidak bersalah lainnya diluar sana. Vista menitipkan anak-anak Paladin, "Aku pergi sebentar". Ia melompat tiga meter ke udara hingga Ia dapat melihat pria itu dengan jelas. Seperti berlari di udara, Ia menangkap pria itu, menghantam kepalanya ke tanah selagi jatuh.
Keributan seperti itu segera di laporkan kepada penjaga, tak lama mereka mulai berdatangan. Vista menjelaskan ceritanya dan para penjaga mengamankan penculik itu. Vista mendapat tepuk tangan salut tapi Ia tak membutuhkan itu, "ya, ya, terima kasih semuanya, tapi apakah ada yang kehilangan Arin kecil disini" Ia menggunakan perhatian itu untuk menyelesaikan masalah di tangannya.