Saat itu rasa kecewa dan penyesalan mengguncang hati, pikiran, mata dan jiwaku setelah melihat kematian tragis Haze di depan mataku sendiri.
Yang ada di pikiranku hanyalah rasa bersalah dan kegagalan karena tidak mampu menyelamatkannya.
Kedua kakiku lemah dan tidak berdaya seperti kayu rapuh yang sulit diperbaiki. Tanpa sadar aku mulai benar-benar menangis dan terjatuh lemas, lututku menyentuh tanah dengan bunyi gedebuk yang teratur, wajah penyesalan dan penderitaan yang mendalam terlihat di mataku bagai kebahagiaan yang tidak akan pernah aku dapatkan lagi suatu saat nanti.
Tatapanku hanya menatap kosong, partikel cahaya yang tak terhitung jumlahnya mulai membawanya pergi, menghilang dari hadapanku dengan begitu tenang bagaikan angin sepoi-sepoi yang menusuk hatiku karena kematiannya.
Aku benar-benar tidak menyangka kalau hal yang selalu membuatku curiga akan benar-benar terjadi setelah melihat kenyataan seperti ini.
Perasaan macam apa ini? Kenapa hatiku merasakan sakit yang luar biasa seperti ditusuk tombak neraka ... Kenapa ini harus terjadi padaku?
Air mataku terus mengalir hingga menetes ke tanah, aku ingin berusaha menahannya namun tak mampu. Ini terlalu berat untuk diterima oleh hatiku, tak ada secercah cahaya pun yang mampu membuatku kuat untuk membalas dendam pada seseorang yang telah melakukan hal ini.
Sebenarnya siapa aku?
Bertanya pada diriku sendiri dengan perasaan menyesal tak akan kutemukan jawabannya, pikiran, hati dan hidupku akan hancur lebur karena aku merasa ini semua adalah kesalahan terbesarku.
Mengapa?
Kemarahanku mulai naik, mendidih, membara jauh di dalam jurang yang dalam di dalam diriku.
Mengapa?!
Kebencianku mencoba untuk mengendalikanku sepenuhnya.
Mengapa?!!!!
Pandanganku gelap, takdir seolah menyuruhku untuk membunuh, membinasakan dan membinasakan semua makhluk hidup yang mencoba merampas hal-hal yang berharga bagiku.
Uh? Suara apa itu?
Tiba-tiba di saat itu, aku mendengar langkah kaki dari lorong lain, aku merasakannya, langkah kaki itu begitu tenang dengan suasana yang membuatku tidak percaya kalau ada orang lain di tempat ini.
Suara itu datang dari lorong tempat aku pertama kali muncul di tempat ini. Aku tidak melihatnya, aku hanya mendengarnya dengan kedua telingaku.
Kini aku hanya duduk kosong di tengah taman, meratapi kematian Haze. Pandanganku gelap, aku sama sekali tak menoleh ke belakang, yang kurasakan hanyalah hati yang penuh kehampaan dengan amarah penuh kebencian yang tak terkendali.
Dia sudah berada di belakangku, gesekan rumput akibat langkah kakinya terdengar jelas di telingaku.
"Siapa?" gumamku.
"Tanyakan pada dirimu sendiri."
Aku tak tahu apa yang sedang dia lakukan, pendengaranku hanya mengatakan dia sedang mengeluarkan atau melepaskan sesuatu. Tapi, entahlah ....
"Siapa?!" aku bergumam lebih keras.
"Kau tak perlu marah-marah seperti itu, kau memang pantas mendapatkan kekosongan. Tapi tak ada salahnya jika kau mencoba menatanya kembali dengan rapi."
Kebencian, kesedihan dan hati yang hampa masih mengunci pikiranku untuk bisa bertanya dan berkata lebih spesifik. Yang bisa kumanfaatkan kini hanya mulut dan telingaku, bahkan badanku terasa mati rasa karena kesedihan yang menghancurkan sumber emosiku ibarat kertas yang sewaktu-waktu bisa dibakar hingga hilang.
"Jawab, siapa?" Suaraku kembali melemah seolah nyawaku lenyap karena penyesalan ini.
"Tak ada gunanya kau terus bertanya seperti itu, kekosongan sepertimu tak pantas di emosikan, semuanya akan tenggelam ke dasar yang tak ada habisnya. Kau harus mencarinya sendiri, setengahnya akan ku kembalikan yang sudah tersegel, karena semuanya sudah terpisah. Kau harus segera menemukannya, ketidakseimbangan dunia."
Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat, kegelapan menyuruhku untuk selalu berada di sana, tapi ... Ucapan dia membawaku bisa keluar dari penjara yang ingin mengurungku.
Perasaan dan pikiranku mulai terbuka, tapi tidak dengan diriku yang kembali sadar sepenuhnya dan bisa melihat bagian luar dari pandangan yang di penuhi kegelapan.
"Apa maksudmu? Kau berbicara seperti seseorang yang tahu tentang diriku saja. Tidak ada yang berhak untuk menilainya."
"Begitukah ... Kau malah menyalahkan dirimu sendiri, bodohnya dirimu berpikir bahwa dia telah mati."
"Menyalahkan diriku sendiri? Aku tidak percaya kalau dia masih hidup, kau tidak akan merasakannya!"
"Hmmmm kau bahkan meremehkan pelayan setiamu sendiri, benar-benar makhluk yang seharusnya tidak pernah ada."
"Apa katamu?"
"Aku akan memasuki tubuhmu, nikmatilah bingkai kekosongan yang akan membuatmu mengingatnya karena kekejaman dirimu sendiri."
"Kau ... Kacchk-ahhhh...."
Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menepuk leherku dari belakang, apakah itu aliran sihir yang menekan tubuhku dengan paksa?
Tidak, sepertinya ada sesuatu yang mau menyatu dengan tubuhku. Tidak mungkin dia ... Dia benar-benar melakukannya? Sakit juga.
Tubuhku terasa seperti dipenuhi sesuatu, tapi aku tetap tidak bisa merasakannya dengan jelas. Apakah ini semacam kekuatan yang kumiliki sebelumnya? Perasaanku tak yakin, hatiku berkata tidak, dia seperti menolaknya mentah-mentah.
Tapi aku merasa benar-benar ada yang sedang menyatu dengan tubuhku, emosi, hati dan apapun yang berada di dalamnya.
Aku merasa seperti ada pusaran yang mencoba memakan seluruh emosiku dari dalam, tapi entah kenapa pusaran itu tidak bisa menghancurkanku.
Tapi ingatan ini ….
Apakah ini ....
Aku serahkan segalanya padamu ....
Semangat ya ....
Aku tersentak terbangun setelah dirinya berhasil memasuki ke dalam tubuhku sepenuhnya.
"Huh? Hoi, tunggu?!" Aku sadar, mataku terbuka terkejut.
Ketika aku mencoba berbalik untuk melihat ke belakang, suara itu dengan cepat menghilang dan lebih cepat dari pandanganku saat aku berbalik karena terkejut ketika aku sadar kembali, bahkan ketika aku melihatnya, hanya ada gumpalan asap putih yang ada dan tertiup angin sepoi-sepoi.
"Tidak ada?"
Apakah dia benar-benar telah memasuki tubuhku? Perasaan dan kekuatan ini ....
Aku melihat kedua tanganku sendiri, kebingungan mengisi pikiranku.
Sighh ... Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia sepertinya tahu siapa aku?
Orang itu membuatku kesal, tapi bukan karena aku tidak bisa melihatnya. Aku kesal saat dia mengatakan hal-hal yang tidak kupahami, seolah-olah dia sudah mengetahui segalanya.
Karena itu, aku masih belum sadar sepenuhnya dan belum terlalu memahami setiap kata yang diucapkannya tadi. Ketidakseimbangan dunia? Hmmmmm, itu sama seperti yang telah di ucapkan Haze sebelumnya. Tapi ....
Tidak mungkin, kalau begitu ....
Hmmmmm, tidak, aku tidak mengakuinya, jika itu adalah diriku ... Kenapa aku tidak bisa mengingatnya? Bahkan aku saja hanya berada di dunia manusia biasa saat aku dilahirkan, tidak masuk akal sama sekali dah.
Apa artinya? Emmmm, terserahlah, aku tidak mengerti dan tidak mempercayai kata-katanya sama sekali. Dia tahu segalanya, tapi aku tidak mempunyai bukti untuk bisa mempercayainya.
Detik berikutnya saat aku tersadar, aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku sendiri, tiba-tiba aku merasa sedang memakai jubah dan penutup mata yang terasa jelas di kulit wajahku.
Entah siapa yang memberikannya, apakah itu semua karena orang itu yang telah menyatu dengan tubuhku? Hmmmmmm, mungkin ini sedikit masuk akal.
Aku berdiri dan melihat perawakan diriku sendiri. "Jubah dan topeng? Apakah dia yang memasangkannya untukku? Tidak, mana mungkin." Aku melepaskan topeng itu dan memegangnya dengan wajah heran. "Topeng ini serasa tidak asing bagiku, tapi apa maksudnya?"
Warnanya yang hitam legam dengan garis ungu bercahaya yang begitu garang.
Memang benar, bentuk topeng ini agak familiar dan hampir sama ketika aku menggunakannya saat melawan Asyluminaz.
Tetapi ....
Yang masih ada dipikiranku adalah bukan tentang ini dan itu, aku hanya memikirkannya. Apakah dia beneran masih bisa kembali? Mudah-mudahan, aku benar-benar ingin meminta maaf lebih keras dari sebelumnya karena telah membuatnya merasakan kesakitan yang begitu besar.
Aku hanya bisa terdiam seraya memandangi taman dengan perasaan pahit, kejadian yang sungguh menyedihkan telah menimpa aku dan dia.
Hatiku mungkin masih rapuh karena aku masih mengingat Haze yang telah pergi, namun entah kenapa perasaan itu tiba-tiba menghilang, membuat pikiranku berpikir seolah aku tidak perlu memikirkannya lebih dalam lagi.
Kepribadianku telah menyatu dengan dia?
Mungkin jika aku terus menangisinya, maka dia akan lebih menderita dibandingkan aku menangisinya. Aku yakin, jika dia bisa melihat dan merasakannya, mungkin dia akan sangat kecewa padaku.
Karena yang dia harapkan pasti bukan itu, walaupun aku tidak pernah tahu, tapi sepertinya dia punya sesuatu yang sangat berharga baginya.
Entah apa itu, sepertinya masalah besar memang harus dipertaruhkan.
Dalam hal ini, apakah ada sesuatu yang akan kembali padaku? Hmmmm, rasanya sikapku benar-benar telah berubah menjadi berbeda.
Bagiku mungkin terlihat normal. Benar-benar sulit dipahami, orang itu mungkin ada benarnya juga tentang apa yang dia katakan bahwa Haze belum mati, dan yang dia maksud dengan kekosongan sepertinya murujuk kepada kekuatanku sebelumnya. Tapi aku masih merasa aneh kalau aku bisa sesantai ini setelah merasa bahwa aku bersalah atau semacamnya.
Mungkin hanya itu yang bisa aku simpulkan saat dia mengatakannya.
Tapi, apakah ini tentang membicarakan kebijakan karena memikirkan satu hal yang membuat hatiku berkata oke padahal semua yang terjadi begitu menakutkan?
Hahhhhhhhhhhhh ... Sepertinya aku kembali ke pengaturan pabrik.
Menjadi laki-laki yang tidak peduli dengan sebuah perasaan, keadaan, realitas dan emosi atau semacamnya. Yah, meski bertarung adalah hal yang paling menyenangkan bagiku, tapi aku tak yakin dengan pandangan hatiku yang lain ketika merasakan kesedihan dan sakit hati yang terus menusuknya.
Ini ... hanya perasaanku, kan? Ini jelas terlihat seperti orang biasa yang tidak peduli pada apapun. Hmmmm, terserah. Aku lebih memilih mengukirnya daripada harus memikirkannya yang bisa membuatku terbebani dengan pikiran-pikiran yang tidak masuk akal untuk dicerna.
Menurutku, cara yang paling efektif adalah dengan bertemu orang-orang agar mereka bisa menilai kepribadianku. Yayaya, itu benar sekali.
Sama seperti di duniaku sebelumnya, manusia seperti mereka terlalu pintar untuk bisa menilai seseorang tanpa melihat isinya, bahkan bisa menghinanya karena kekurangannya sendiri.
Benar-benar sampah, tapi jika tidak ada hitam dan putih maka keseimbangan dunia tidak akan baik-baik saja.
Aku memakai kembali penutup mata itu sambil berjalan meninggalkan tempat itu di tengah hembusan angin keheningan yang membawanya pergi ke dalam ketenangan dunia.
Aku berjalan pergi tanpa melihat kebelakang. "Serahkan semuanya padaku. Aku akan segera mengambilnya kembali."
.
.
**************