Chapter 60 - Teman baru

"Sebelumnya aku minta maaf jika membuat kalian harus menunggu lama, ini pertama kalinya bagiku bisa berjalan bersama seorang teman. Lain kali aku akan lebih cepat, maafkan aku." Jawab Astela merendah, sedikit menundukkan kepalanya.

"Tidak, tidak, kamu tidak perlu meminta maaf seperti itu. Kami tidak marah kok, jangan khawatir." Lucia merasa bersalah, ini pertama kalinya bagi mereka bisa berbicara akrab secara langsung.

Pasalnya, awal mula berkembangnya persahabatan mereka berawal dari pertemuan yang tidak disengaja saat penggerebekan bos tadi malam di ruang bawah tanah tingkat menengah (bos level 900), namun sangat disayangkan. Saat mereka melawan bos bersama-sama, tidak satu pun dari mereka yang mendapatkan item jarahan.

Alasannya mudah, banyak dari mereka (orang lain) yang sudah berada di level puncak dengan kekuatan jauh di atas mereka. Tingkat akhir dari tingkat tertinggi bukanlah 9999, melainkan tahap tak terhingga, tak terbatas yang tidak bisa dihitung hanya dengan angka nominal (∞).

Kemudian mereka saling berkenalan, lalu beralih ke ngobrol lewat gadget mereka masing-masing dan menjadi teman jauh. Bahkan tempat tinggal mereka tidak berada di dekat rumah modern milik Astela. Jauh, di lapisan dunia lain.

Lucia dan Liza berada di dunia yang sama dengan Astela, namun pada lapisan yang berbeda. Inilah dunia Messorovia, dunia yang menampung seluruh manusia dari berbagai ras yang ada di dalamnya dengan lapisan tak terbatas.

Bahkan Timeline di setiap lapisan dunia, memiliki Timeline yang tak terbatas di dalamnya, itu semua mencakup semua makhluk hidup yang tinggal di dunia lapisan yang tak terbatas.

Messorovia bukanlah dungeon atau semacamnya, melainkan sebuah dunia yang menampung makhluk-makhluk terkuat (Dewa, raja manusia, pahlawan, iblis, demi-human, elf, dan sebagainya) di dalam gelembung kristal atau yang paling mulia dan tertinggi terakhir, tingkat akhir—Genezis XEnigma.

Messorovia tidak termasuk dalam 10 dunia gelembung Ascendant Creator, tetapi terpisah.

Hanya saja settingnya ada yang sama dan ada pula yang berbeda, setiap timeline yang dibuat sangat berbeda-beda dan tidak terbatas didalamnya, lapisan dunia modern berisi (manusia biasa, dewa, demigod, pahlawan dan para raja) terbagi menjadi 30%, lapisan dunia setengah manusia-hewan terbagi menjadi 30%, dan lapisan dunia elf atau iblis dibagi menjadi 40%.

Yang Astela tinggali saat ini adalah dunia Messorovia lapisan 1-30 (saat ini Astela, lapisan ke-3), Lucia dan Liza berada di lapisan 1-30 (saat ini lapisan 4) dari dunia Messorovia. Tidak jauh, tidak dekat, hanya berbeda satu lapisan.

"Dia benar, Astela-san tidak perlu khawatir tentang itu."

"Begitukah ... Aku sedikit khawatir soalnya."

"Iya, tapi kalau kamu tidak ingin membuatku marah .…" Tambah Liza mendesak Astela dengan kata-kata yang tidak jelas di akhir kalimat yang membuat Astela kebingungan.

"Uh? Apa itu?"

Mengapa gaya bicaranya terlihat di sengaja seperti itu?

Tambah pikiran Astela yang curiga.

"Berikan kucing itu padaku."

"Hei, Liza." Lucia meliriknya dengan ekspresi wajah datar.

"Apaan? Kau mau juga?" Jawab Liza membalasnya dengan tatapan datar bagai kulkas yang tidak bisa dibakar dengan panasnya api kekesalan.

Menghela nafas. ".... Tidak. Mau sampai kapan kamu akan memaksanya seperti itu? Aku yakin, dia tidak mungkin akan memberikannya padamu." Jawab Lucia memperingatkannya, Lucia merasa sedikit terganggu dengan sikap Liza yang seperti itu meskipun dia harus bisa menerimanya.

Lucia kesal pada Liza karena dia bersikeras ingin bertemu kucing itu agar dia bisa bermain dengannya.

Benar membunuhnya? Hmmmmm ....

Astela yang mendengarnya hanya bisa tertawa cemas.

".... Ehhehehe ... Tentang itu ...." Memalingkan tatapan matanya.

"Kamu tidak bisa memberikannya kepadaku, ya?"

"Tidak, tidak, aku tidak bermaksud begitu."

"Terus?"

Astela mencoba menawarkan sesuatu, mungkin inilah saatnya bagi mereka untuk menjalin hubungan pertemanan lebih dekat lagi. "Kalau mau, main saja ke rumahku. Kalian berdua berada di lapisan dunia keempat, kan? Aku akan sangat senang kalau kalian mau main ke rumahku."

"Iya, kamu benar. Tapi, apa kamu yakin?" Lucia mencoba meyakinkannya.

Ini pertama kalinya bagi mereka, kan? Bahkan di dalam dungeon, mereka hanya kenalan biasa, seperti orang yang meminta nomor lalu pergi begitu saja.

Liza menambahkan. "Benarkah itu? Sepertinya akan lebih menyenangkan."

Tidak, tidak, itu tidak mungkin ... Tidak mungkin Liza ingin membunuh Charly, kan? Ahahaha ... Mustahil ....

Pikir Astela yang memikirkan hal buruk tentang dirinya.

"Tentu saja! Jangan khawatir, aku tidak keberatan kok. Aku hanya ingin menjadikan kalian sahabat baikku."

Jawab Astela sambil tersenyum, memikirkan hal-hal yang belum terjadi tidak akan membuatnya merasa yakin bahwa mereka adalah orang-orang yang berperilaku buruk.

Lucia dan Liza merasa senang, bersemangat ketika Astela mengatakannya tanpa paksaan yang akan membuat persahabatan mereka menjadi semakin kuat.

"Begitu ya. Baiklah kalau begitu, lain kali kita berdua akan bermain ke rumahmu. Aku pasti akan memberitahumu nanti."

"Kamu baik sekali Astela-san ... Kuharap kucing itu tidak kabur."

"Terima kasih, aku senang kalian mau. Aku berharap kalian bisa menjadi teman yang pertama kali datang ke rumahku."

"Tentu saja!"

"Benar."

Meski senyumannya mampu menutupi raut wajah khawatirnya, Astela masih belum percaya dan paham dengan Liza yang terus ngotot menginginkan Charly.

Ya ampun ... Aku tidak mengerti kenapa Liza benar-benar menginginkan Charly. Sebenarnya ada apa dengan hubungan mereka? Apakah ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan dariku?

Astela memandang Charly sejenak, tidak tahu harus berkata apa. Charly hanya bisa membalas tatapannya dalam diam dan tiba-tiba melontarkan pertanyaan padanya.

"Astela-sama." Seru Charly.

"Uh? Ada apa Charly?"

"Apakah kamu benar-benar ingin membawa mereka ke sini nanti?"

"Iya, memangnya kenapa? Apakah itu akan membuatmu merasa terbebani, Charly? Jangan khawatir, aku yakin dia tidak akan melakukan hal itu padamu." Jawab Astela seraya mengelus-ngelus kepala Charly dengan lembut.

"Tidak, tidak ada masalah sama sekali. Aku hanya ingin menanyakannya saja, tidak lebih dari itu."

"Hmmmmm baiklah, kamu tidak perlu cemas seperti itu ya. Semuanya akan baik-baik saja kok—"

Tiba-tiba dengan nada tinggi Liza menyela pembicaraan mereka berdua.

"Kenapa? Apa kamu takut bertemu denganku, kucing rumahan?!" Seru Liza bertanya yang membuat Charly langsung menatap ke arahnya.

Charly berbicara dalam hati, jengkel pada Liza.

Tchh, dasar Ratu Naga Es Surgawi ....!

"Apa yang kau bicarakan barusan?" Tanya Liza, merasa curiga.

Begitu ya. Ternyata anak ini bisa mendengarnya meski terlihat masih samar-samar ... Menarik nih bocah! Tidak salah lagi, dia adalah ....

"Ya, aku bisa mendengarnya walaupun tidak cukup jelas bagiku untuk bisa membacanya dengan baik."

Pembicaraan Liza membuat Lucia dan Astela kebingungan dan merasa aneh, padahal Charly tidak berbicara sama sekali.

"Eh, Eh? Apa yang kalian berdua bicarakan?" Sahut Astela, menoleh ke arah Charly dan Liza bingung.

"Tunggu ... Kau bisa berbicara dengannya?" tanya Lucia.

"Benar, memangnya kenapa?"

"Bagaimana bisa?"

"Bisa kok!"

Astela yang merasa sangat penasaran, seketika bertanya kepada Charly.

"Hei, Charly. Apa yang sedang kamu bicarakan dengannya?"

Charly terdiam, tatapan Liza dan Charly saling bertemu, bahkan keduanya tetap diam dan tidak melontarkan kata-kata makian yang sewaktu-waktu bisa keluar dari mulut mereka.

Namun, tiba-tiba Charly angkat suara dan berbicara.

"Kami berdua hanya memikirkan makanan apa yang paling enak untuk dimakan saat kita bertemu nanti. Kami tidak membicarakan hal lain, kan Liza Frostvin ...?"

Astela dan Lucia menatap mereka berdua, menunggu apa yang akan di katakan oleh Liza, Liza masih terdiam dan menatapnya. Kemudian Liza sedikit mengangkat mulutnya untuk berbicara.

"Itu benar, dia tidak salah."

Seketika Astela dan Lucia hanya bisa menghela nafas panjang, karena melihat tingkah Liza yang membuat mereka merasa lelah karena seolah-olah sedang menjalani cobaan yang tiada habisnya.

".... Aku kira apaan."

Astela dan Lucia menepuk kepalanya pelan.

"Ada-ada saja ... Cukup Liza!" Lucia sedikit membentaknya, alhasil Liza sedikit terhenti dan menjauh dari layar monitor.

Haahhhh ... Entah ini benar atau tidak, sepertinya terjadi perkelahian yang tidak bisa kuketahui dari percakapan ini. Aku tidak begitu paham apa maksudnya ....

Astela memegang kepalanya, pikiran Astela menjawab bingung karena tak kuasa menahan pikiran yang membuatnya tak paham akan hal ini.

Astela menambahkan, menghentikan suasana keheningan dengan senyuman manis terlihat di bibirnya ceria. "Aku tidak menyangka akan menemukan teman seperti kalian berdua yang satu sekolah denganku. Aku senang!"

"Iya, iya, aku bahkan tidak tahu kalau kamu juga bersekolah disana, bahkan saat pertama kali aku melihatmu saat melawan bos itu. Aku merasa kamu memiliki kesamaan seperti kami, selalu berjuang sendirian tanpa party." Lucia berkata, merasa senang meski sama halnya yang di rasakan oleh Astela karena selalu berusaha sendiri.

Hal ini terjadi begitu cepat, pertemuan tersebut membuat mereka merasa yakin bahwa inilah takdir yang pantas di berikan kepada mereka bertiga untuk menjadi seorang sahabat.

"Kalau begitu, ayo kita segera berangkat." Kata Liza yang mengingatkannya.

"Ohh iya. Ayo, Astela-san."

"Baik! Kalau begitu, sampai bertemu di sana ya." Astela mengangguk.

"Baiklah." Lucia dan Liza mengangguk.

Tambah Lucia. "Hati-hati ya."

"Ya!"

Panggilan video terputus ....

Astela segera berpamitan pada Charly. "Yosh! Terima kasih untuk hari ini ya, Charly. Aku berangkat dulu ... Aku harap kamu tidak sedih di rumah sendirian. Bye, bye ...." Astela melambaikan tangannya sambil tersenyum pada Charly.

Charly membalasnya dengan sebelah lambaian tangannya.

Seketika cahaya biru membawa Astela pergi dengan cepat, Astela segera berteleportasi menuju halte kereta dimana Liza dan Lucia sudah menunggunya disana. Mungkin kebanyakan orang ingin berjalan kaki karena dekat walaupun harus melewati portal dimensional terlebih dahulu, tidak dengan Astela yang merasa terlambat langsung menggunakan kemampuannya untuk berteleportasi dengan mudah dan sampai dengan selamat.

Karena semua orang di dunia Messorovia mempunyai kemampuan seperti ini tanpa terkecuali (tergantung keinginan masing-masing).

Charly merasa lega, meskipun itu terlihat tidak menyenangkan.

"Benar-benar merepotkan ... Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi ...." Charly kembali menuju ke arah jendela dan memandang ke atas langit.

Kuharap semuanya akan baik-baik saja meski aku merasa akan segera terjadi sesuatu yang sangat buruk ... Entah apa itu ... Mungkin, sebaiknya aku mengamatinya terlebih dahulu sebelum aku memberitahu dan meyakinkannya ....

Ini terlalu sulit untuk dipahami bagiku meskipun memiliki pengetahuan tentang dunia ini ... Kekuatan yang tidak masuk akal .... Hebat, jauh, diluar kuasa itu sendiri yang tidak dapat di definisikan .

.

.

********************