Chereads / Sang pria pemuas / Chapter 18 - Bab 18 (21+)

Chapter 18 - Bab 18 (21+)

*LANJUT MAEN SAMA BU YULI*

(warning baca ini khusus dewasa)

Ternyata menyetubuhi perempuan gemuk ini asyik juga. Karena aku merasa sedang menelungkupi kasur yang sangat empuk dan hangat.

Terlebih lagi karena perempuan gendut ini masih perawan sebelum kusetubuhi tadi.

Ketika aku mengentot Bu Yuli sambil menahan tubuhku dengan kedua telapak tanganku yang ditekan ke kasur, aku jadi bisa melihat kont*lku yang sedang maju mundur di dalam liang mem*k tembem Bu Yuli.

Aku melihat buktinya itu. Bukti bahwa kontolku seperti dilapisi darah ... darah perawan Bu Yuli ... !

Menyaksikan bukti itu, aku pun semakin bergairah untuk melanjutkan aksiku di atas perut Bu Yuli ini.

Sebenarnya aku ingin mengentotnya dengan gerakan normal. Tapi liang mem*k Bu Yuli benar - benar masih sangat sempit.

Sehingga aku hanya bisa mengentotnya dengan irama

"Santai atau slowmotion".

Biar lambat asal nikmat. Ya, meski entotanku gak bisa cepat, tapi aku sangat menikmatinya.

Bahkan saking nikmatnya, ketika Bu Yuli mendesah - desah sambil klepek - klepek, aku pun hampir ngecrot.

Tapi aku berusaha untuk mengulur durasi ngentotku. Kucabut kont*lku, lalu melorot turun.

Kujilati mem*k Bu Yuli dengan lahapnya. Tanpa mempedulikan ada darah perawannya atau tidak. .

Aksiku ini hanya untuk mengulur meletusnya ejakulasiku.

Dan aku sangat ganas menggasak mem*k dan kelentit Bu Yuli dengan bibir dan lidah yang sudah terlatih ini.

Sehingga pada suatu saat Bu Yuli memekik lirih,

"Jo ...nii .... ini seperti ada yang mau ambrol tapi enak sekali Joonn .....!"

Mendengar rintihan itu aku malah semakin bersemangat untuk menyedot kelentitnya kuat - kuat.

Sementara jari tengahku diselundupkan ke dalam liang mem*k super sempitnya. Lalu Bu Yuli menahan nafasnya sambil mengejang tegang.

Disusul dengan sesuatu yang berbeda pada liang mem*knya.

Ya ... liang mem*knya mengejut - ngejut, lalu bergerak seperti spiral, seperti ingin mendorong jari tengahku yang sedang utak - utek di dalam liang kewanitaannya.

Kemudian tubuh Bu Yuli melemas.

"Beneran aku masih perawan kan ?" tanyanya sambil berusaha duduk meski masih tampak lemas.

"Benar. Itu saksinya, " sahutku sambil menunjuk ke arah bercak - bercak darah yang sudah mulai mengering di kain seprai.

Lalu kudorong agar Bu Yuli menelentang lagi. Setelah ia celentang kembali,

kubenamkan lagi kont*lku ke dalam liang mem*knya.

"Udah orgasme barusan ya ?" cetusku setelah membenamkan sekujur badan kontolku di dalam liang mem*k Bu Yuli.

"Gak tau, " sahut Bu Yuli lugu,

"Apa itu yang disebut orgasme atau bukan. Yang jelas aku seperti melayang - layang ... lalu seperti mau jatuh ... dan ... begitulah. "

"Tapi enak sekali kan Bu ?" "

"Iya. Luar biasa enaknya ... "

"Ya itulah yang disebut orgasme. Puncak kenikmatan wanita pada saat melakukan hubungan seks. "

"Owh ... baru tau, " ucapnya ketika aku mulai mengentotkan kembali kont*lku,

" Aku kan masih bodoh dalam soal seks sih ... ddududuuuh ...

jooonn ...

ini enak lagi Jooon ....

oooooooh ....

mem*kku enak Jon?" racau bu Yuli.

"Uuuughhhh ...

enak sekali Bu ....

memek Bu Yuli ini paling enak di dunia ... " ucap gombalku terengah,

karena sedang enak - enaknya mengentot mem*k perempuan gendut setengah baya ini.

"Kont*lmu juga enak sekali Jon ...

bikin sur - ser dari ujung kaki sampai ke ubun - ubunku. "

"Pahanya jangan dirapatkan gini Bu ... renggangkan lagi ...

renggangkan selebar mungkin deh. Biar kont*lku leluasa menjelajahi liang memek Ibu ...

naaaaah ... .

iya ....

iya begitu Buuuu ... "

Kali ini aku semakin serius ingin membuat Bu Yuli orgasme lagi, kalau bisa.

. Karena itu tangan dan mulutku mulai beraksi.

Menjilati lehernya yang sudah lembab oleh keringat, disertai gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

Kebetulan leher Bu Yuli sudah diharumkan entah oleh parfum atau deodorant apa. Sehingga aku sangat bersemangat menjilati lehernya, sementara tangan kananku mulai asyik meremas - remas toket kirinya yang seperti buah melon ini.

Bu Yuli pun tampak terlena dibuatnya. Matanya kadang terlongong menatap plafon kamarku.

Kadang - kadang terpejam, dengan mulut ternganga dan berdesah - desah seperti kepedasan.

Terlebih ketika mulutku menyeruduk ketiaknya. Pada mulanya seperti kaget. Tapi ketika aku sudah mulai menjilati ketiaknya disertai gigitan dan sedotan kuat, ia pun merintih - rintih histeris,

"Jooonnnniii ...

ooooooh ...

kenapa semua yang kamu sentuh enak sekali rasanya Joonn ?

Ooooohhhhh ...

entot terus Jooonn...

rasanya h****ku lagi dimanjakan oleh kontolmu Joonnn ...

entooooottttttt ...

entoooootttttt ....

iyaaaaa ...

makin lama makin enak Joonn ....

entoootttt .... entoooootttttt terussssss Joonnn .....

entot terus Jooonn ...

ternyata memang nikmat sekali diewe kamu ini jjoonn ...

gak nyangka ... enak Jooon ...

enak sekaaaaliiiii ... " racau bu yuli.

"Uuuuggghhh ....

iyaaa Buuuu ...

nanti kalau aku mau ngecrot, lepasin di mana Bu ?"

"Di dalam mem*kku aja Jon ....

kan aku udah nyiapin pil kontrasepsi .... "

Mendengar kata "tem*ik" itu aku tersenyum sendiri. Karena seorang guru pun kalau sedang lupa daratan begini, ya bisa lupa diri. Bisa melontarkan kata - kata vulgar begitu.

Kata orang, terkadang identitas asli seorang manusia bisa muncul pada waktu sedang bersetubuh. Tapi aku juga pernah membaca dalam sebuah buku pengetahuan seks, antara lain ada kalimat seperti ini :

Pada waktu berhubungan seks, sesekali boleh berbicara sekotor mungkin. Karena hal itu bisa membangkitkan gairah.

Mungkin Bu Yuli pun pernah membaca buku itu. Tapi baru sekarang bisa mempraktekkannya.

Tapi biarlah hal itu tak usah dipikirkan. Yang mesti kupikir, liang mem*k Bu Yuli ini memang nikmat sekali.

Karena setiap kali kont*lku bergerak, gesekan antara kont*lku dengan dinding liang memek Bu Yuli terasa sekali. .

Karena liang mem*k perempuan gendut ini memang super sempit. Dengan sendirinya terasa benar menjepitnya pada waktu kontolku sedang kuayun.

Sampai pada suatu saat, Bu Yuli merengek manja,

"Awww ... Jonii ... ini kayaknya mau orgasme lagi Joonn..... !"

Mendengar rengekan Bu Yuli itu, aku pun tak mau mengulur waktu lagi. Karena rasanya ejakulasiku sudah dekat juga.

Maka dengan agak gencar sang kont*l kuayun.

(jangan kasih kendor)

Sampai akhirnya, ketika Bu Yuli sedang mengejang tegang, kudesakkan kontolku sekuat mungkin.

Sehingga moncong kont*lku menabrak dan mendesak dasar liang memek wanita gendut itu.

Pada saat itulah, ketika kontolku ditancapkan tanpa digerakkan lagi, liang mem*k Bu Yuli terasa berkedut - kedut kencang.

Disusul dengan mengejut - ngejutnya kont*lku yang sedang memuntahkan air maniku.

Creeettt ... croooooootttt ... crettt ... crettt ... crooottttttt ... crooooooooottttttt ... cretttt ... !

Nafas Bu Yuli tertahan beberapa detik. Lalu menghembuskan nafas panjangnya.

"Hhhhhaaaaaaaaaaahhhhhh ... luar biasa jon. Barusan Joni ejakulasi juga ?" tanyanya

"Iya Bu, " sahutku,

" Kalau diletusin bareng - bareng, nikmat kan ?"

"Ho'oh (tenan) ... indah sekali. Waktu spermamu menyemprot liang memekku, lebih indah sekali.

Karena merasakan hangatnya lendir manimu membasahi mem*kku.

Aaah ... pantasan banyak orang bilang bahwa nikmatnya bersetubuh itu tiada tandingannya.

Bahkan banyak yang menyebutnya sebagai surga dunia."

Lalu kucabut kont*lku dari liang memek Bu Yuli, sambil berucap,

."Gemuknya Bu Yuli menimbulkan greget tersendiri bagiku.

Makanya tak salah kalau aku bilang gendut itu seksi di mataku. "

Bu Yuli bangkit dan memelukku yang masih duduk di atas bed.

"Pokoknya sekujur tubuhku ini milikmu seorang, sampai aku punya suami.

Tapi kalau aku ditakdirkan hidup sendiri terus, seumur hidup aku akan tetap menjadi milikmu Jon. "

Mendengar ucapan lugu itu, aku menyambutnya dengan ciuman hangat di bibir sensualnya.

"Aku siap untuk memuasi Bu Yuli kapan dan di mana pun, " ucapku setelah melepaskan ciumanku.

"Terima kasih, " Bu Yuli memelukku,

"Rasanya aku bakal ketagihan sama dirimu Jon. "

Ketika Bu Yuli membelakangiku, kutepuk bokongnya yang gede banget sambil berkata,

"Aku juga bakal ketagihan sama bokong gede ini Bu ... ! "

Lalu kami melangkah ke kamar mandi dalam keadaan masih sama - sama telanjang.

Kami pun mandi bersama. Sambil saling menyabuni.

Pada waktu Bu Yuli menyabuni kont*lku yang sudah lemas, ia berkata,

"Ajarin aku cara untuk ngemut kont*l Jon. "

"Gampang itu sih, " sahutku sambil menarik tangan kanannya ke dekat mulutku.

Lalu kukulum telunjuknya, diibaratkan kont*l yang sedang diemut.

Kugerak - gerakkan juga telunjuk itu, maju mundur di dalam mulutku.

Sementara lidahku pun ikut menggeluti telunjuk Bu Yulu.

Pokoknya aku mengibaratkan telunjuk Bu Yuli itu kont*lku yang sedang disepong.

"Gitu aja, " kataku sambil mengeluarkan telunjuk Bu Yuli dari dalam mulutku,

"Mudah kan ?"

Bu Yuli mengangguk - angguk. Lalu menyemprotkan shower manual ke kontolku sambil berkata,

"Mau nyobain ya. Tapi aku sulit jongkok ... "

"Kalau mau praktek, aku bisa duduk di sana, " kataku sambil menunjuk ke meja washtafel. Karena sebagai landasan washtafel keramik itu ada meja nya yang terbuat dari batu granit,

" Supaya Bu Yuli gak usah jongkok. Cuma membungkuk dikit aja. "

Lalu aku melangkah dan naik ke atas meja batu granit yang tingginya lebih tinggi daripada meja makan itu.

Kemudian aku duduk dengan kedua kaki terjuntai ke bawah, sambil memegangi kont*l yang akan disepong oleh Bu Yuli.

Bu Yuli tersenyum. Dan langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Ia pun berdiri di depan meja batu granit penyangga washtafel, sambil memegang kontolku yang masih lemas.

Lalu dengan agak membungkuk ia mengulum kont*lku.

Ternyata tak sulit mengajari bu guru gendut itu untuk nyepong kontolku. Ia mulai memaju mundurkan mulutnya sambil memegangi pangkal kont*lku.

Sambil mengalirkan air liurnya ke badan kont*lku. Bu Yuli pun mulai bisa mengurut badan kont*lku setelah dibasahi air liurnya. Sehingga kont*lku seperti sedang dikocok,

sementara "topi baja"nya dijilati oleh guru BBW itu.

Setelah belasan menit Bu Yuli menyepongku ...

"Sudah ngaceng lagi Jon, " ucapnya.

'Iya ... " sahutku sambil turun dari meja batu granit itu,

"Sekarang kita main lagi dengan posisi yang berbeda. "

Lalu kuatur agar tetap berdiri menghadap meja granit itu, sambil membungkuk dan memegang pinggiran meja granit.

Bu Yuli menurut saja. Karena mungkin ia ingin punya pengalaman baru.

"Kata orang, pengantin di malam pertama bisa lebih dari lima kali disetubuhi pengantin pria ya. "

"Katanya sih begitu. Bahkan ada yang sampai sepuluh kali eweannya. Ibu mau begitu juga ?" tanyaku.

"Terserah Joni aja, " sahutnya,

"tapi gak usah sampai sepuluh kali benar ... tiga atau empat kali juga cukup. "

"Kalau gitu, Ibu harus nginap di sini. Karena di ronde berikutnya, pasti aku lama sekali durasi ngentotnya. "

"Nginap sih gak bisa Jon. Besok pagi aku harus ngajar. "

Aku tak bicara lagi. Karena sedang berusaha memasukkan kontolku dari belakang.

Dalam keadaan membelakangiku ini, mem*k Bu Yuli malah tampil sepenuhnya.

Seperti sepasang bibir yang sedang tersenyum malu - malu di bawah an*snya.

Kali ini tak terlalu sulit membenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Yuli. Lalu, dalam posisi sama - sama berdiri, aku mulai mengentot liang mem*k yang masih sempit tapi sudah agak melar karena baru orgasme tadi.

Meski tidak saling berhadapan, aku suka posisi ini. Karena pantat Bu Yulu super gede.

Sehingga sambil mengentot liang mem*knya aku pun bisa memijat - mijat dan menepuk - nepuk buah pantat gedenya.

Plak ... plok ... plak .... plok ...

plaaaaakkkk .... plooookkkk ....

plaaaaakkkk .... ploooookkkkk ....

plaaaaaakkkkk .... ploooookkkkkkk .... !

Terdengar suara Bu Yuli,

"Duh enak pantatku ditepokin gitu Joonn ... coba lebih keras lagi nepokinnya ... !"

Aku pun menguatkan tepukanku seperti yang diinginkannya. Bahkan kini bukan tepukan lagi, melainkan tamparan - tamparan kelas.

Plaaaaaar .... pllllllaaaaaaarrr ... plaaaaarrrrr .... plaaaaaarrrr .... !

Terdengar lagi suara Bu Yuli,

"Lebih keras lebih enak Jon..! Kemplangin terus bokongku sekuat mungkin Sayaaaang .... !"

Jadinya aku "sibuk" sekali. Harus mengentot sambil mengemplangi bokong gede Bu Yuli.

Sampai kedua telapak tanganku terasa panas, sementara pantat Bu Yuli pun sudah merah padam.

Semerah bekas kerokan. Tapi Bu Yuli tampak menikmati dengan aksiku kali ini. Bahkan pada suatu saat ia memekik perlahan,

"Joonniii ... aku orgasme lagiiiii .... "

Memang dia klepek - klepek sambil berdiri membungkuk dan membelakangiku itu. Dan setelah klepek - klepeknya reda,

aku mau mencabut kontolku, untuk memberi kesempatan pada Bu Yuli untuk istirahat, Tapi Bu Yuli melarangku.

"Jangan dicabut Jon ... !

Entot aja terus ... !

Udah orgasme juga tetap enak, gak ngilu ... entot terus sambil kemplangin lagi pantatku ... !"

" Heheheee ... telapak tanganku sudah pada panas Bu. "

"Pantatku juga sakit. Tapi entah kenapa, kayaknya aku harus disetubuhi sambil disakiti. Karena semakin sakit malah semakin nikmat Jon.

Mungkin tetek atau leherku harus dibuat sakit ... pindah ke kamar aja yuk. "

Lalu kucabut kont*lku, untuk melangkah keluar dari kamar mandi. Bu Yuli duluan celentang di atas bedku sambil mengangkangkan kedua paha gempal sintal itu.

"Tadi kan kamu bisa ngentot sambil jilatin dan gigitin leherku.

Coba sekarang cupangin leherku. Kalau perlu sampai keluar darah Jon.

Soalnya aku merasakan sakitku jadi nikmat pada waktu sedang dientot sih, "

kata Bu Yuli sambil mengusap - usap mem*k tembemnya.

Tanpa banyak bicara lagi, aku menelungkup di atas perut buncit Bu Yuli, sambil membenamkan kont*lku dengan mudahnya, karena liang memak Bu Yuli masih sangat basah.

Aku pun langsung mengentotnya. Mengent*t liang mem*k yang sudah becek ini.

Meski pun becek, liang memek Bu Yuli tetap terasa sempit. Namun jadi sangat licin, memudahkanku untuk mengentotnya. Lalu Bu Yuli berkata terengah,

"Oooooh .... ini mulai enak lagi Jon.

Cupangin leherku ...

sambil digigitin yang kuat.

Sampai keluar darah juga gak apa - apa ... "

"Aku bukan dracula Tante ... mana tega aku menggigit leher Tante sampai berdarah. Cupangin biasa aja ya. "

"Aku ingin digigit sampai berdarah please ... " ucapnya bernada memohon.

"Toketnya aja cupangin lalu akan kugigit juga sampai berdarah ya Bu. "

"Iya, iyaaa ... mendingan juga toketku. Kalau di leher nanti harus ditutup pake selendang terus.

Tapi jangan gigit pentilnya ya. Badan toketnya aja. "

"Iyaaaa .... " sahutku sambil mempergencar entotanku.

Maju mundur dan maju mundur dan maju mundur terus di dalam liang super sempit namun licin sekali ini. Lalu.

ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot liang mem*k Bu Yuli, aku pun mulai menyedot - nyedot toket gedenya sekuat mungkin.

Sampai meninggalkan bekas merah padam sebesar coin seribuan.

"Duuuh ... enak sekali Jonn ... !

Ayo gigit sampai berdarah ... !" rintih Bu Yuli sambil memejamkan matanya.

Tapi aku tetap tak tega menggigit toket gede itu sampai berdarah. Maka kataku,

"Bu ... mendingan aku disuruh meremas toketnya sekuat mungkin. Gimana ?"

"Ya, cobain aja. Pokoknya remas sampai aku keszkitan, " sahutnya sambil menatapku dengan senyum manis di bibir sensualnya.

Aku pernah diberi petunjuk oleh Mamih, bahwa meremas toket klien harus dengan lembut. Jangan menimbulkan kesakitan.

Tapi kali ini aku harus meremasnya sekuat mungkin, sampai Bu Yuli merasa sakit. Karena rasa sakit pada waktu disetubuhi, menimbulkan nikmat tersendiri.

Aku memang pernah membaca buku tentang beberapa sensasi wanita tentang seks.

Ada wanita yang ingin dominan pada waktu bersetubuh, pokoknya dia harus berkuasa untuk menentukan apa pun pada waktu sedang bersetubuh.

Ada juga wanita yang mengikuti selera pasangannya.

Ada pula wanita yang ingin disakiti pada waktu sedang wikwik.

Antara lain minta dipukulin dulu pantatnya dengan plastik penggebuk lalat. Ada juga yang ingin dicupang di lehernya, sampai bekasnya merah menghitam.

Dicupang itu sakit, tapi wanita jenis ini senang membaurkan rasa nikmat dan rasa sakit. Mungkin jenis yang terahir itulah Bu Yuli.

Ingin diberi kenikmatan sekaligus rasa sakit. Maka berdasarkan itulah aku meremas sepasang toket gede Bu Yuli sambil mengentotnya dengan gencar ...

dengan ganas ...

dengan garang ... !

Bu Yuli malah terpejam - pejam sambil mendesah dan merintih,

"Hhhhhhehhhh .... hheeehhhhhh .... ini lebih nikmat Sayaaaaang ...

remas terus toketnya kuat - kuat Joonn ....

ooooooohhhhh ...

ini luar biasa nikmatnyaaaaaa .... ooooooohhhh .... "

Aku tidak tahu apakah toket segede itu mati rasa atau bagaimana. Yang jelas, kalau aku melakukannya pada Iis, pasti akan berteriak kesakitan.

Tapi Bu Yuli malah merengek enak dan enak. Ini suatu pengalaman baru bagiku.

Bahwa tiap perempuan punya selera yang berbeda pada saat sedang disetubuhi.

Yang jelas, kont*lku tetap lancar menggenjot liang mem*k super sempit namun licin ini. Dan akhirnya,

aku berhasil tiba di puncak kenikmatan secara serempak.

Bahwa ketika liang memek Bu Yuli sedang berkedut - kedut kencang, kont*lku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lahar lendirku ... !

Ketika hari sudah mulai malam, Bu Yuli pulang. Dengan wajah seperti berat meninggalkanku.

Memang aku pun merasakan hal yang sama. Kepergiannya meninggalkan kesan khusus di dalam batinku.

Namun ternyata Bu Yuli tak pernah datang lagi ke rumah megah milik Tante Shara ini