*Pergi makan Malam*
"Ayok kita berangkat Sayang,,," ajak tante Shara sambil mengapit lenganku, dan melangkah keluar dari villa.
Tak lama kemudian kami keluar dari villa. Tante Shara mengetuk jendela depan kanan mobilnya.
Pintu depan kanan itu spontan dibuka. Pak sopir pun turun dari mobil alpard itu.
"Ke restoran langgananku itu Pak, " kata Tante Shara.
"Siap Bu Boss, " sahut sopir tua yang kutaksir usianya sudah lebih dari 60 tahun itu.
Lalu si sopir bergegas membukakan pintu belakang sebelah kiri, untuk Tante Shara masuk.
Sementara aku mengikuti dari belakang tante Shara masuk kedalam, setelah aku masuk dan duduk di dalam Mobil mewah ini, si sopir segera menutup pintu mobil,
setelah menutup pintu mobil, si sopir segera menuju ke tempatnya untuk menjalankan mobil mewah ini.
Tak lama kemudian mobil Alpard yang kita naiki pun bergerak meninggalkan villa. menuju tempat tujuan.
Di dalam mobil tiba tiba. Tangan tante Shara menarik tangan kiriku dan dimasukkan ke balik gaun beludru birunya itu.
Tepat berada di permukaan mem*knya.
Aku yang kaget karena tante Shara tidak memakai celana dalam di balik gaunya.
"Sengaja aku gak pake celana dalam. Biar kamu tetap bisa menyentuhnya, atau memainkanya" ucap tante Shara.
Meski pun lampu di dalam mobil dinyalakan, kami memang bisa melakukan apa pun dengan bebas.
Karena tirai yang menutupi sekeliling bagian belakang Alpard ini dan terdapat penyekat dibelakang supir.
Kini tangan kananku menggantikan tangan kiri, untuk meraba - raba memem*k Tante Shara.
"Kalau dengan tangan kiri, kurang peka Tante. Kalau pake tangan kanan, terasa lebih enak menyentuh mem*k Tante yang sangat sangat enak sekali ini ... " kataku sambil mencari - cari kelentit Tante Shara.
"Lakukanlah apa yang kamu suka, " ucap Tante Shara pada saat jari tanganku sudah menemukan kelentitnya.
Lalu aku mutar - mutar ujung jariku di permukaan kelentit yang sebesar kacang kedelai itu.
Tante Shara duduk menyandar dengan kedua kaki direnggangkan.
Sementara aku yang masih belum puas dengan cuma memutar - mutar ujung jariku di kelentit wanita setengah baya itu.
Maka tanpa basa basi aku pun turun dari kursi mobil lalu duduk di atas karpet, sambil melanjutkan dengan menyerudukkan mulutku ke mem*k Tante Shara.
Tante Shara malah semakin merenggangkan kedua kakinya, sambil mengusap - usap rambutku dengan lembut.
Lalu dengan lahap kujilati mem*knya. Pada saat itulah terdengar suara Tante Shara perlahan di dekat telingaku,
ahh.... sshhhh....
"Jangan lebih dari sejam ya. Nanti keburu sampai di restoran langgananku. " ucap tante shara sambil mendesis.
Meski lidahku sedang terbenam di kemaluan Tante Shara, aku berusaha mengangguk. Lalu bibir dan lidahku memusatkan kegiatan di kelentit Tante Shara.
Sementara telunjuk dan jari tengah kubenamkan ke dalam liang mem*k Tante Shara.
Sebenarnya aksi ini merupakan kegilaan yang pertama buatku.
Tapi sekarang aku malah jadi asyik sendiri mengentotkan telunjuk dan jari tengahku, sambil menyedot dan menjilati kelentit wanita yang senantiasa harum di setiap lekuk tubuhnya yang putih mulus ini...
Sementara nafas Tante Shara mulai tak beraturan.
Kedua kakinya pun terpentang semakin lebar, membentuk garis lurus saking ngangkangnya.
Membuatku semakin leluasa menjelajahi area kewanitaannya.
Memang cukup lama aku melakukan kegilaan yang indah ini.
Sampai akhirnya Tante Shara tergelepar dan kejang kejang dengan kaki gemetar, sambil menjambak rambutku dan menahan kepala ku.
Aaahhh... crit... criit....
"Cukup Sayaaaang .... " rintihnya saat mencapai klimasks,.
Aku pun menghentikan aksiku dan menyedot kuat semua cairan lendir di liang tante Shara masuk ke mulutku dan aku langsung menelanya,
setelah selesai dengan aksiku, aku lalu mengambil kertas tissue dari kotaknya yang ada dimobil, untuk menyeka mulutku yang belepotan liur dan lendir kewanitaan Tante Shara yang cukup banyak.
Kemudian Aku lantas duduk kembali di samping kanan wanita itu.
Tante Shara bahkan merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, sambil tersenyum manis.
Sambil dia meremas - remas kedua tanganku. Tanpa kata - kata, namun seperti mengirimkan getaran dari batinnya,
bahwa ia sangat senang dengan segala yang telah kulakukan barusan.
Mobil Alpard yang kita naiki meluncur terus di tengah kegelapan sang malam.
Ternyata restoran itu cukup jauh juga letaknya.
Sehingga membutuhkan waktu lebih dari sejam untuk mencapainya.
Setelah sejam lebih kita sudah tiba di restoran langgananya itu, Si sopir lantas turun dan membukakan pintu untuk kita keluar dari mobil.
Kita berdua lantas turun dari mobil dan menuju masuk kedalam restoran.
Tante Shara mengajakku duduk di lantai dua. Sopir tua itu pun ikut masuk ke dalam restoran, tapi ia tidak berani mengikuti kami ke lantai dua.
Suasana di lantai dua memang hening dan sepi. Karena hanya ada aku dan Tante Shara di sini.
Seorang pelayan datang menghampiri kita, dan menannyakan apa yang mau kita pesan,
Setelah aku dan tante Shara memilih apa yang akan kita pesan Sang pelyan pun undur diri dan segera menyiapkan apa yang kita pesan tadi.
Sambil menunggu pelayan mengantarkan apa yang kita pesan, Tante Shara mulai membuka latar belakang kehidupannya.
Bahwa dia sudah 12 tahun menikah dengan seorang pengusaha sukses.
Tapi lelaki itu tak pernah sukses untuk menghamilinya.
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata suami Tante Shara itu yang bermasalah.
Sementara Tante Shara sendiri normal - normal saja.
Setelah bertahun - tahun mereka berumah tangga, akhirnya lelaki itu menyerah pada keadaan dirinya yang bermasalah.
Ia mengijinkan Tante Shara mencari lelaki yang mampu membuahi telurnya dan bisa membuatnya hamil.
Dengan kata lain, lelaki itu alias suaminya mengijinkan istrinya dihamili oleh lelaki lain.
Tapi lelaki yang bisa menghamilinya nanti itu harus sehat dan bisa menutupi rahasia rapat rapat.
Di akhir penuturannya, Tante Shara berkata,
"Jadi, semua yang kita lakukan ini, atas ijin dari suamiku yang sekarang sedang berada di luar negeri. " ucap tante Shara.
Aku berusaha menanggapinya,
"Mudah - mudahan aku bisa menghamili Tante. " Sahutku.
"Secara teori, usiaku belum tua - tua benar Jon. Baru tigapuluh delapan tahun, " kata Tante Shara,
"Jadi seharusnya aku masih bisa hamil, asalkan spermamu normal. Dan ingat, ini rahasia kita berdua saja ya. "
"Siap Tante, " sahutku,
"Sampai kapan pun aku akan merahasiakannya. " ucapku meyakinkanya.
Tak lama kemudian, dua orang pelayan mengantar dan menghidangkan makanan di meja kami berdua.
Kami pun mulai makan. Setelah selesai makan kita beranjak pergi meninggalkan restoran dan kembali menuju ke villla.
Setibanya di villa, aku melanjutkan petualangan kont*lku untuk lanjut ngecrot dalam ronde ketigaku.
Untuk ketiga kalinya kont*lku menyemprotkan lendir pejuh di dalam liang memzk Tante Shara.
Setelah selesai Acara ronde ketiga, kita bersih bersih bersama, kali ini kita lngsung bersih bersih tanpa ada adegan lanjutan ronde ke empat di kamar mandi.
Setelah bersih - bersih di kamar mandi, Tante Shara mengajakku tidur bersama.
"Besok bangun sepagi mungkin ya. Aku akan membawamu ke sebuah rumah yang tidak jauh dari kantor perusahaanku.
Rumah itu untuk tempat pertemuan kita selanjutnya. Kalau di villa ini, jaraknya terlalu jauh dari kota, " kata Tante Shara menjelang tidur. Aku mengiyakan saja.
"Ini pertama kalinya aku tidur bersama lelaki yang bukan suamiku, " kata Tante Shara lagi,
"Berarti kamu istimewa bagiku Jon. "
"Terima kasih kalau Tante sudah menganggapku istimewa, " sahutku.
Lalu kami tertidur dengan nyenyaknya. Sambil ku peluk mesrah tubuh tante Shara.