Go to Another World with The Beautiful Goddess

HappyBoy
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 24.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

—Aku, Shinomiya Riku.

Hari ini, jarang-jarangnya aku memutuskan untuk pergi ke sekolah. Biasanya aku lebih suka membolos dan bermain game atau membaca novel di dalam rumah.

Tapi, karena hari ini ada ujian yang penting, aku terpaksa harus datang ke sekolah.

"Haaahh, aku masih ngantuk. Kurasa ini efek begadang selama 3 hari berturut-turut. Ayo cepat selesaikan ini dan langsung pulang ke rumah untuk tidur," gerutuku sembari berjalan dengan linglung menuju kelasku.

Benar-benar merepotkan.

Untuk apa kau perlu sekolah jika kau sudah pintar, sekolah hanya tempat yang merepotkan di mana kau dipaksa untuk tersenyum dan tertawa seperti orang bodoh, dan bergaul dengan orang-orang yang tidak kau sukai.

Tidak ada untungnya datang ke sekolah. Tidak bisakah mereka membuat sistem pendidikan yang lebih baik lagi untuk seorang penyendiri sepertiku.

Tapi, aku juga tidak bisa merepotkan orang yang telah merawatku lebih dari ini, jadi setidaknya untuk ujian saja aku akan datang ke sekolah.

Baiklah, mari ambil posisi pertama untuk membungkam mulut wali kelas itu yang terus cerewet tentang pentingnya pergi ke sekolah.

"Apa kelasku di sini?" tanyaku yang sudah lama tidak pernah ke sekolah, jadi aku sedikit bingung di mana letak kelasku sendiri.

Tapi, kurasa ini... Mungkin?

Yah, kalo pun salah aku tinggal bertanya saja kepada mereka di mana kelasku.

Berdiri di depan pintu kelas yang bahkan aku tidak tau apakah itu kelasku atau bukan, aku menarik nafas sebentar, dan kemudian meraih gagang pintu kelas itu dengan raut wajah yang gugup.

Aku sedikit penasaran seperti apa ekspresi mereka nanti jika melihatku yang tiba-tiba datang ke sekolah untuk sekian lamanya?

Sembari memikirkan hal tersebut, aku membuka pintu kelas, dan ketika itu juga—

"Hhg?!"

—Cahaya putih yang menyilaukan menelan diriku.

****************

Aku tidak tau apa yang telah terjadi.

"Ugh..."

Tubuhku terasa berat, kepalaku juga terasa pusing. Begitu aku mencoba untuk bangun dan membuka mataku, hal pertama yang kulihat adalah sebuah tempat yang serba putih, tanpa ada bayangan sedikitpun.

Jelas, itu bukan atap sekolah, atau atap dari ruang UKS.

Semisalnya aku pingsan seharusnya aku berada di kasur yang empuk, tapi ada apa dengan lantai yang keras ini?

Kenapa aku bisa ada di sini?

Di mana sebenarnya ini?

"Saat ini kau berada di tempat yang paling terisolasi di seluruh dunia, jadi percuma saja kau memikirkan ada di mana kau sekarang, kau hanya membuang-buang waktu." Seolah-olah telah melihat apa yang kupikirkan, seseorang menjawab pertanyaanku itu.

"?!"

Itu membuatku terkejut, alis mataku terangkat, dan spontan aku langsung mencari sumber suara tersebut.

".... Kau, siapa?" tanyaku mengernyit.

Di sana, aku melihat seorang wanita cantik bak seorang dewi yang sedang duduk di kursi tidur yang megah. Dia memiliki rambut emas panjang yang berkilauan, mata cembung dengan iris biru muda yang semurni langit, dan kulit putih bersih tanpa noda sedikitpun.

Bisa dibilang dia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat selama hidupku.

Tapi, kenapa ya?

Aku benar-benar tidak merasa bahwa wanita ini manusia. Suasana yang ada di sekitarnya penuh dengan tekanan yang aneh, yang secara tidak langsung memperingatkanku untuk tidak melawannya.

"Baiklah, karena kau sudah bangun, mari kita mulai saja, aku sudah membuang waktuku terlalu banyak hanya untuk menunggumu bangun, jadi aku ingin segera menyelesaikan ini," ucapnya.

"Hm?"

Aku menatap dengan keheranan.

Bagaimana tidak, begitu wanita itu berdiri dari kursinya, tiba-tiba kursi tersebut menghilang entah kemana seperti ditelan kabut dan dia berjalan ke arahku dengan santai seolah tidak terjadi apapun.

Kemudian, begitu dia berada di depanku, dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku, sangat dekat sampai membuatku bisa merasakan suara nafasnya.

Itu membuatku sedikit gugup, karena wajahnya benar-benar terlihat sangat cantik ketika dia berada sedekat ini.

Aaah, dia juga memiliki aroma yang harum.

Selagi aku memikirkan hal itu dengan pipi yang memerah, wanita itu kemudian berbisik kepadaku dengan suara yang lembut.

"Shinomiya Riku, kau telah terpilih sebagai salah satu pahlawan yang akan menyelamatkan dunia… tu-tunggu, tenanglah, kenapa kau tiba-tiba lompat?! A-Aku tau, aku tau kau senang, tapi kau tidak perlu sampai kegirangan seperti itu, kau menakutiku!! "