Wajar kalau semua orang jadi tercengang.
Tapi Ayah membawaku dan keluar dari Ruangan.
Aku melirik Ayah.
'Kau melontarkannya begitu saja?'
Apakah kreativitasnya yang bagus? Atau karena harga dirinya sekokoh gunung?
Walaupun dia tidak mau tahu, Kakek mungkin sedang sangat marah.
"Aku sudah menyuruh mereka mengemasi barang-barang di kamarmu. Kau juga pergilah dan periksa apakah masih ada yang mau kau bawa"
Aku menganggukkan kepalaku dengan tenang.
'Semuanya berakhir dengan bagus!'
Kemudahan macam apa ini?
Di Kastil Utama, terkadang ketika Kakek tidak ditempat, baik paman(kakak laki-laki Ayah), paman (adik laki-laki ayah), atau bibi datang untuk menggantikannya. Disaat seperti itu, apa pun yang terjadi padaku, tidak akan ada satu orang pun yang akan membantuku. Itu sebabnya wilayah Ayah akan jauh lebih aman.
Aku sedang berjalan di lorong dengan Ayah ketika sekelompok orang berjalan dari sisi yang berlawanan.
"Bukankah ini Daymond?"
Pria yang berjalan di depan para pejabat, menyapa Ayah.
Rambut coklat muda. Mata hijau seperti semak-semak yang lebat di pertengahan musim panas. Berkesan baik.
Begitu aku melihatnya, aku langsung mengenali siapa dia.
'Grimmie Astra.'
Dia adalah putra tertua Kakek.
"Apakah kamu akan pergi sekarang?", Paman Grimmie bertanya dan mendekat dengan wajah cerah. Dia pria yang baik dan ramah, tidak cocok menjadi anak sulung Astra yang merupakan sarang predator.
"Ya. Apa yang membawa Kakak ke sini?"
Ketika Ayah bertanya, Paman menyentuh dahinya dengan tampang sedang kesulitan.
"Aku datang ke sini untuk mendengarkan omelan berulang untuk hal yang sama."
"Mereka masih mengusikmu dengan menyuruhmu menikah?"
"Yahh....", Paman Grimmie, tertawa canggung.
"Sepertinya semua orang khawatir karena sebagian besar adik laki-lakiku sudah memiliki keluarga, tapi Aku, putra tertua, masih belum"
"Cucunya ada banyak, apakah dia masih membutuhkan cucu putra tertua?"
"Dari pada Ayah, pengaruh dari sekitar lebih mendesakku karena mereka terus-menerus mengungkitnya.
Ah, jadi anak itu adalah keponakanku."
Paman Grimmie menekuk lututnya dan melakukan kontak mata denganku.
"Senang bertemu denganmu. Uhm, namamu... apakah itu Elliotte?"
Aku mengangguk ringan.
Mata Paman Grimmie melengkung dengan lembut.
"Walaupun Aku bilang aku ini pamanmu, kenyataannya, aku bahkan tidak bisa menjagamu dengan baik."
"...."
"Mari kita sering bertemu sekarang."
Paman Grimmie awalnya tinggal di Ibukota Kekaisaran. Dia datang ke Kastil sekali di Bulan Biru, Dia kesana kemari karena mendengarkan dan mengikuti anjuran pernikahan seperti saat ini. Dia juga sibuk karena perlu mengurus hal-hal lain. Hampir tidak mungkin baginya untuk menjagaku.
Paman dengan hati-hati meraih tanganku dan menjabatnya.
Pada saat itu, pejabat lain mendesaknya. "Duke sedang menunggu."
"Ah.... Betul sekali. Ayo pergi".
Paman Grimmie menyapa Ayah dan aku, lalu menuju ke kantor Kakek bersama para pejabat.
Suara khawatir para pejabat terdengar.
"Kalau anda masih belum memiliki keluarga, anda akan didorong keluar dari pertempuran sukseksi"
"Apakah anda tidak lihat bahkan Tuan Muda Daymond memiliki seorang anak?"
Tampaknya semua orang khawatir tentang dia, yang merupakan putra tertua dan tidak memiliki anak. Namun...
'Namun, anak yang bahkan tidak diketahui Paman tumbuh di suatu tempat.'
Putri yang ditinggalkan oleh cinta pertama Paman Grimmie, yang sudah meninggal dunia. Aku berbicara tentang 'Dahlia', karakter utama dari [IPTVG].
Saat aku tertawa canggung, aku melirik Paman yang sedang memasuki ruang kerja Kakek.
"Elliotte". Aku mendengar suara Ayah dari sisiku.
Aku tersentak dan menatapnya.
"Kamu harus pergi ke kamarmu."
"Ya", Aku mengangguk, dan menuju ke kamarku.
Di kamarku, para pelayan menangis sambil mengemasi barang-barangku
"Ya ampun, Nona Muda."
"Kalau Nona Muda pergi sekarang, tempat kerja kita akan berubah lagi! Ya Tuhan!"
"Saat melayani Nona Muda, adalah waktu terindah, dan kamu sangat menggemaskan! Kita tidak mengira kita akan kembali ke Menara Kebijaksanaan yang menakutkan itu!"
"Ya ampun!"
...Ternyata ada alasan mengapa para pelayan baik padaku sejak awal. Menara Kebijaksanaan, tempat generasi ketiga di didik, juga merupakan tempat kerja paling sulit di Kastil Duke. Itu pasti karena kepribadian mereka yang sangat brutal. Selain itu, Hilda dan Greta agak bodoh... tidak, itu karena mereka naif sehingga akan lebih sulit untuk beradaptasi.
'Meskipun aku menyukai mereka karena mereka orang baik'
Aku mengendap-endap menghindari pelayan yang menangis dan mengemasi tasku.
'pastikan aku membawa permata-permata'
Karena aku membawa tas yang berisi permata dari Kakek sebagai hadiah balasan, para pelayan memegang barang bawaan-ku yang lain dan terisak.
"Anda akan pergi sekarang, kan?"
"Yup."
Aku senang, tetapi aku tidak bisa mengungkapkannya karena para pelayan terlihat sangat sedih.
Setelah berkemas, aku berjalan keluar dari Kastil Utama bersama dengan para pelayan. Kereta yang menjemputku telah tiba lebih dulu. Aku baru saja akan mendekati kereta ketika seseorang datang berlari.
"Nona Muda!"
"Conrad"
"Anda harus tetap sehat dan berbahagia, Jangan jatuh sakit sampai kita bertemu lagi.... Saya berharap dapat melihat Anda lagi dalam keadaan baik, jadi, tolong.... Bagaimana saya bisa jauh dari Nona Muda untuk waktu yang lama .... "
Dengan dahinya menyentuh punggung tanganku, Conrad mengerang, "Hicc."
Itu adalah tampilan yang sangat putus asa. Para pelayan juga terisak dan menyeka air mata mereka di saputangan mereka.
'Paling lama hanya dua bulan, kan?'
Kalau orang yang tidak tahu apa-apa melihat ini, mereka akan berpikir aku akan berimigrasi. Jika fase istirahat selesai, aku akan datang ke Kastil lagi kok.
'Apakah rayuanku terlalu ampuh padanya? '
Dengan sedikit tampang enggan, Aku berkata, "Baik"
"Conrad, sehat-sehaat"
"Ya, jangan khawatirkan saya dan tolong istirahatlah dengan tenang...."
Sementara Conrad berbicara kepadaku dengan tatapan sedih, Enzo, yang mendekati kereta, berteriak.
"Apakah ini semua barang bawaan Anda? Apakah tidak ada lagi yang mau di bawa!?"
"Ya!". Aku menjawab dan segera berlari ke kereta.
Enzo, yang memuat barang bawaan, mengangkatku dan memasukkanku ke dalam kereta. Aku menunggu dengan tenang, dan beberapa menit kemudian Ayah datang.
"Ayaah"
"Tidak ada yang ketinggalan?"
"Ya"
Ayah berteriak. "Berangkat kembali ke wilayah."
Buk, Buk, Buk!
Suara tentara menghentakkan kaki mereka bergema.
Tak lama kemudian, kereta mulai bergerak.
***
Sesampainya di wilayah Daymond, aku berteriak, "Waw-!"
Wilayah ayah sangat indah. Mungkin karena letaknya terjauh dari Kastil Duke, wilayahnya tidak terlalu berkembang, tetapi, itulah mengapa rasanya tenang dan damai. Kastil Wilayah seolah-olah adalah situs bersejarah yang dirawat keaslian-nya.
Aku memegangi celana Ayah dan memasuki Kastil. Di depan, para pejabat berkerumun membawa dokumen setinggi gunung, dan di kedua sisi, para pekerja berbaris.
"Selamat atas kepulanganmu."
"Selamat atas kepulanganmu."
Begitu salam selesai, seorang wanita yang mengenakan gaun merah mendekat dari tengah dengan langkah pendek dan cepat.
"Ya ampun, Tuan Daymond. Sudah berapa lama? Saya khawatir kalau-kalau Anda mungkin terluka di medan perang, sa..., saya....".
Sambil menutupi mulutnya dengan sapu tangan, wanita itu menatap Ayah dengan mata berbinar.
'Siapa nih?'
Apakah dia sekitar awal, atau pertengahan tiga puluhan?
Pakaiannya juga bukan pakaian seragam pelayan, melainkan gaun bangsawan
Enzo memperkenalkan wanita itu.
"Dia adalah Nyonya Rachel. Kepala pelayan disini"
"Ooh", Aku mengangguk.
'Jadi orang ini adalah Nyonya Rachel, yang menjaga Kastil Wilayah sewaktu Ayah tidak ditempat.'
Biasanya, ketika Pemilik meninggalkan kediaman mereka, pasangan mereka akan mengelola kastil. Namun, karena Ayah tidak memiliki istri, Nyonya Rachel, yang merupakan kepala pelayan, mengambil alih peran tersebut.
Nyonya Rachel tersenyum manis padaku, "Senang bertemu denganmu, Nona Muda."
"Hai"
"Ya ampun, betapa manisnya."
Rachel, tertawa sekali dan segera mengalihkan pandangannya ke Ayah.
"Biar saya bawakan mantelmu."
"Lupakan." Ayah menolak bahkan tanpa memandangnya dan hanya berfokus kepada-ku. "Elliotte, biar kutunjukkan kamarmu...."
-Saat dia mengatakan itu, tatapan dari segala penjuru mengalir seperti air pasang. Karyawan yang memegang dokumen seperti gunung menatap Ayah dengan mata berkaca-kaca. Mungkin karena betapa tulusnya cahaya di mata mereka, bahkan aku bisa membaca situasi ruangan itu.
'Benar saja, kalau sudah lima tahun, pekerjaannya menumpuk tak karuan.'
Bahkan jika orang lain mengambil alih, masih ada hal-hal yang harus disetujui oleh Pemiliknya.
"Elliottee akan pergwi sendirii"
Ekspresi para pejabat langsung menjadi cerah.
Ayah bilang, "Tetap saja, aku-"
"Pergwi sendiriii!"
"Tapi..."
"Sayaa bisa pergwi sendiiri"
"...."
Ayah terdiam, dan para pejabat yang mengira inilah saatnya berbondong-bondong menyerbunya.
"Tembok kastil telah runtuh, tetapi tidak ada dana untuk membangunnya kembali...!!"
"Ini bocel karena senjatanya sudah tua, tapi dananya...!"
"Ada kebakaran hutan di desa, tapi karena tidak ada dana pendukung yang bisa diberikan...!"
Ayah diseret oleh para pejabat yang air matanya di hampir bercucuran.
Madam Rachel, tertawa kecil saat melihat adegan itu. "Kita harus menyiapkan teh dan makanan ringan ke Ruang Rapat"
"Uhm, kalau saya melakukan itu, maka Nona Muda...."
Mendengar kata-kata pelayan itu, Nyonya Rachel mengalihkan pandangannya ke arahku. Kemudian, ketika dia melihat Enzo, yang berdiri dengan tatapan kosong tapi tersenyum lebar. "Tentu saja, aku akan membimbingnya ke kamarnya secara pribadi. Mari, Nona Muda."
Aku mengikuti Nyonya Rachel, dan naik ke lantai dua.
"Ini adalah tangga menuju kamar Nona Muda. Hmm, kamarnya ada di sana, dan....". Nyonya Rachel, yang kurang rinci dalam menjelaskan, mencuri pandang ke arahku. "Uhm, Nona Muda."
"Ya."
"Secara kebtulan, apakah ada desas-desus adanya seorang wanita di sisi Jenderal?"
"...?"
"Aku tahu rumor tentang ibu Nona Muda. Kabarnya dia menghabiskan malam di tengah-tengah medan perang, tetapi karena kesalahannya, dia jadi mengandung seorang anak.... Selain rumor itu, apakah tidak ada rumor lain yang berhubungan dengan wanita lainnya?"
Apa-apaan nih orang? Apakah Kau menganggap orang-orang secara normal akan mengangkat topik seperti ini kepada anak-anak? Kalau aku adalah anak biasa, aku akan sangat shock.
Madam Rachel melipat lengannya dan menyandarkan tubuhnya sedikit ke arahku. Itu bukan sikap menghormati anak tuannya.
"Bagaimana dengan wanita-wanita yang menempel pada Jenderal, atau orang-orang tua dari Kastil Duke yang mengusiknya untuk menikah. Apakah Anda tahu sesuatu tentang itu? "
"...Tidak."
Nyonya Rachel mengangkat bahu. "kamu tidak membantu sama sekali"
Setelah bergumam seperti itu, dia menunjuk ke ruangan tertentu dengan ujung jarinya. "Kamarnya ada di sana. Kalau begitu, selamat tinggal."
Setelah itu, Nyonya Rachel menuruni tangga.
Aku yang terbiasa melihat orang-orang yang tahu sopan santun di Kastil Duke, mendapati perlakuannya tidak masuk akal. Bahkan di Menara #12 tidak ada yang seperti ini.
'Karena dia belum pernah melihat anak kecil berusia tiga tahun disini, pasti dia mengira aku tidak tahu apa-apa kan'
Namun mengejutkannya anak-anak itu peka dan mengerti. Mereka dapat mengingat dengan baik siapa yang mengabaikan mereka, dan apa yang dikatakan orang-orang itu kepada mereka.
'Pertama-tama, mari pergi dan melihat kamar.'
Aku masuk ke ruangan yang ditunjuk oleh Nyonya Rachel. "Whoa...."
Di Kastil Duke, kamar tamu yang kutempati direnovasi kilat untuk digunakan, jadi ruangan itu kecil. Namun, kamar Wilayah Daymond sangat-sangat besar. Kamar mandi, toilet, kamar tidur, ruang ganti, ruang bertamu. Dan bahkan ada ruang belajar, meskipun kecil.
Wallpaper dengan warna lembut. Furnitur berwarna hangat, berbeda dengan furnitur berwarna glamor di Kastil Duke. Karpetnya lembut dengan motif yng imut. Selain itu, jendelanya sangat-sangat besar, aku bisa melihat pepohonan dari sini.
'Ini persis seperti kamar-kamar di dalam dongeng!'
Sebenarnya aku mendambakan interior seperti ini sejak aku masih seorang Yoo Hyemin, aku sangat menyukai ruangan yang di tata sedemikian rupa.
'Siapa yang menyuruh mereka mendekorasi kamarnya dengan begitu indah seperti ini?'
Sepertinya Rachel tidak tulus untuk mempersiapkannya sendiri, dan-
Tampaknya juga tidak ada pejabat yang berkoar-koar mengatakan tidak ada dana untuk menyiapkannya.
'Apakah ... Ayah?'
Aku semakin mengenalnya seiring berjalannya waktu, Ayah itu ramah dari pada penampilannya, bertentangan dengan rumor.
Aku melompat ke tempat tidur. 'Lembuuut ... Oooh, aku menyukainya.'
Kepalaku sedikit pusing, mungkin karena mabuk perjalanan ketika aku naik kereta, tapi karena aku bisa berbaring, tidak ada yang lebih baik dari surga ini.
***
Aku tetap tinggal di kamarku sampai waktunya makan malam, barulah aku turun ke Ruang Makan ketika memang sudah waktunya makan malam. Di ruang makan, ada Ayah dan Rachel yang sudah menunggu di meja.
Ayah yang melihatku bertanya. "Apakah kamu menyukai kamarmu?"
"Sukaa!"
"Oke."
"Terwima kasiih"
"Bukan apa-apa"
Rachel, tertawa kecil saat dia menuangkan air ke gelas Ayah.
"Jenderal sangat peduli dengan kamar itu, tentu saja Nona akan menyukainya."
Tatapan Rachel yang sedang menatap Ayah sangat lekat.
Dia sudah mengganti pakaiannya, itu adalah gaun mewah yang hanya bisa dilihat di sebuah pesta. Agar tidak diskriminasi dengan kepala pelayan lainnya, pakaian kepala pelayan utama harusnya tidak didesain secara terpisah. Walaupun berbeda, seharusnya mengutamakan kerapian, tapi ini gaun yang terlalu mewah.
'Jadi, dia menyukai Ayah.'
Itulah sebabnya dia menlontarkan pertanyaan-pertanyaan padaku sebelumnya.
Memang, Ayah masih sangat muda di usia 29 tahun. Dan dengan betapa tampannya dia, penampilan Ayah jelas yang terbaik bahkan di Astra, patut dibanggakan orang-orang Kekaisaran. Selain itu, dia juga putra Duke, dan dia tahu seni bela diri. Pasti yang terbaik di Benua.
'Sudah pasti banyak yang jatuh hati padanya'
Apakah benar-benar seperti itu atau tidak, aku hanya fokus pada makanannya. Pasta bakso yang paling ku-suka ada di menu. Aku sedang mengisap mie, tapi Rachel, terus mengetuk-ngetuk di sekitar mulutku dengan sebuah saputangan.
"Ya ampun, Nona Muda. Sepertinya kamu harus belajar tata krama lagi."
Ayah, yang sedang melihat dokumen sambil makan, mengalihkan pandangannya ke arahku.
Rachel menutupi satu pipinya dengan tangannya dan mendesah.
"Hal semacam ini biasanya diajarkan oleh ibu....", Sambil terus melakukannya, dia melirik Ayah.
'Apa yang tante ini ocehkan?'
Meskipun aku tidak bisa makan seperti orang dewasa karena otot saya belum sepenuhnya berkembang, aku melakukan 'tata krama makan' dengan cara-ku sendiri. Etiket adalah area di mana aku menerima pujian paling banyak bahkan di Menara #12.
"Tidak apa-apa, Nona Muda. Karena saya di sini, saya dapat membantu Anda dalam banyak hal."
"...."
"Hmm, Jenderal. Tentang Pendidikan tata krama Nona Muda... bagaimana kalau makan bersama denganku mulai saat ini...?"
Berkata demikian, Nyonya Rachel mengedipkan mata dan membulatkannya lagi
'Hah?'
kalau kamu seperti itu, apakah Ayah tidak akan kesal?
Aku tidak peduli dengan pendapat Rachel tentangku, karena segala tingkah lakuku tidak akan menjengkelkan Ayah.
Kataku dengan segera, "tidak apa-paa!"
Saat aku mengatakan itu, Ayah dan Rachel menatapku.
"Saya akan belajwar dari Ghuru"
Itu berarti aku akan mempelajarinya ketika aku kembali ke Kastil Duke untuk di didik.
Bibir Rachel berkedut, "Sebelumnya, meskipun cuma sedikit, pasti baik kalau lebih cepat terbiasa. Dan juga akan ada komentar-komentar dari antara garis Keturunan Langsung...."
"Ayah boleh mengajwari saya"
"Jenderal sedang sibuk. Jika anda peduli dengan ayahmu, maukah anda menyerahkan masalah seperti ini kepadaku?".
Nadanya seolah-olah memberi pengertian kepada seorang anak yang membuat tuntutan konyol dan tidak masuk akal.
Kemudian dia memegang tanganku seolah-olah dia menghiburku, namun,
'Ugh!'
-Tanganku sakit karena betapa kerasnya dia menggenggamnya.
Maksudnya, dia menyuruhku untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak berguna lagi.
Aku menghela nafas di dalam. 'Benar-benar deh'
Aku sudah bersabar dengan Rachel sepanjang hari ini. Dengan masalah dia mengabaikanku saat Ayah tidak ada. Dan bagaimana dia menggunakanku untuk menunjukkan sisi baiknya sesudah mengkritikku.
'tapi aku tidak tahan dengan kekerasan'
"Aneeh?"
Aku memiringkan kepalaku dengan sengaja.
Kemudian Ayah, dan para pelayan yang bertugas menunggu menatapku.
"Ayah kann sibuk, tapii kenapa Rachel mau makan berswama Ayah ?"
"Itu ....". Mungkin dia berpikir kalau anak kecil itu tidak bisa berbicara secara logis, Rachel jadi kebingungan.
Tidak melewatkan kesempatan itu, Aku bertepuk tangan senang.
"Ahh, jadi Rachel sukyaa Ayah!"
Biasanya, kalaupun aku tahu hal semacam ini, aku tidak akan mengungkitnya.
Wajah Rachel memerah seolah-olah akan meledak.
Dan Ayah...