Chereads / Bocil 3 Tahun ini adalah Penjahat / Chapter 9 - Chapter 9: Best Gift

Chapter 9 - Chapter 9: Best Gift

Hari berikutnya.

Aku bangun pagi-pagi dan sibuk kesana kemari. Ada banyak yang harus dilakukan.

Karena pada sore harinya, aku harus menghadiri perjamuan.

Baju Nyonya Rita sudah sampai pagi ini.

Area yang ternoda tinta kemarin kini bersih tanpa bekas.

'Dia pasti kesulitan memotong bagian terkena tinta dan memasangnya kembali'

Melihatku sedang di dandani, Conrad berkata "Anda terlihat luar biasa hari ini"

"Karena aku adalah tuan putrwi"

Saat membusungkan diriku dengan bangga dan mengangkat daguku, dia tersenyum cerah." Ya, anda terlihat seperti Putri yang luar biasa"

"Terwima kasih untuk gaunyaa"

"Bukan apa-apa"

Conrad dengan telaten memberi tahuku hal-hal apa saja yang harus aku ketahui tentang pesta perjamuan.

"Pesta dibagi menjadi dua bagian, Bagin I dan Bagian II…"

Bagian I untuk menikmati makanan di aula perjamuan, dan Bagian II untuk menikmati pesta sambil ditemani alkohol ringan di aula.

"Aku di bagiian satu"

Conrad menangguk. "Benar, Nona Muda Liantyn juga ditempatkan di Bagian I"

Kemudian dia melanjutkan dengan wajah khawatir. "Anda boleh menyapa sebentar dan meninggalkan aula. Karena Nona Muda masih sangat muda"

"Yaa". Aku menganggukkan kepalaku dengan tenang.

'Sepertinya dia khawatir karena Liantyn'

Conrad menyaksikan insiden botol tinta kemarin, wajar kalau dia jadi khawatir.

Akhirnya matahari terbenam, lampu di ruang perjamuan dinyalakan.

Itu adalah awal dari pesta ulang tahun.

***

Memasuki ruang perjamuan, mataku terbuka lebar.

'Luar biasa...'

Lantai marmer hitam mengkilat. Pilar-pilar dengan hiasan emas yang melilit bagaikan tanaman menjalar. Tepat dibelakang tempat duduk kehormatan, air jatuh perlahan bagaikan air terjun.

Saat aku melihat sekeliling aula perjamuan, mata orang-orang tertuju padaku. Karena hanya ada satu anak perempuan bangsawan bertubuh mungil yang bisa memasuki  ruangan perjamuan, tubuhnya sekecil lengan orang dewasa.

"Salam untuk Nona Elliotte"

Orang-orang yang mengenaliku mulai berkumpul satu per satu.

"Saya Stein dari Keluarga Count Morizo"

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda. Saya Gildas dari Keluarga Jover"

Aku membentangkan rokku lebar-lebar, lalu menekuk lututku sedikit

"Sayaa Elliotte Astwa"

Orang-orang tersenyum padaku ketika aku berbicara dengan pintar. Tentu saja, ada juga tatapan yang tidak begitu menyenangkan.

"Kudengar dia anak haram?"

"Kabarnya walaupun Gerbang Surgawinya tertutup, Anugerahnya bermanifestasi. tapi apakah itu mungkin? ada juga isu tentang kemungkinan dia adalah mutan..."

Aku bisa melihat Conrad, yang berada di kejauhan dengan ekspresi mengeras. Sepertinya dia khawatir aku akan terluka, tapi aku tidak terlalu memperdulikan mereka. 

Bukannya aku tidak memperkirakan reaksi ini. Sebaliknya ini lebih ringan dari dugaan, dan yang lebih penting lagi…

'Tambang emas! ini adalah tambang emas!'

Pasti akan sangat menguntungkan dimasa depan jika aku membangun banyak koneksi disini. Aku menyapa lebih banyak lagi dengan berani dan berjalan-jalan. Orang-orang jadi bangga denganku yang berani menghadiri pesta sendirian bahkan tanpa didampingi orang tua.

"Dia sangat menggemaskan"

"Ada momen ketika putriku juga seperti ini"

Pada saat itu

"Count Morizo!". Suara ceria bisa terdengar

"Oh, Nona Liantyn"

"lama tak berjumpa"

"Aah benar, sepertinya...sudah sekitar empat bulan berlalu sejak bertemu"

"Terima kasih sudah mengundang saya terakhir kali. Saya memberitahu 'Kakek' kalau tamannya indah"

"Apakah anda berbicara tentang Duke!?". Mata pria itu bersinar

Liantyn tertawa besar. "Ya! Saya suka memberi tahu Kakek berbagai hal"

"Sepertinya Duke meluangkan waktunya untuk Nona Liantyn...!"

"Ye, di antara garis Keturunan Langsung, Beliau paling sering berbincang denganku. Benarkan, Ayah?". Liantyn menoleh kebelakang.

Aku bisa melihat seorang pria gemuk berambut cokelat

'Itu Paman'

Orang itu adalah Paman Decones, anak ketiga Kakek.

"Ya. Liantyn selalu akrab dengan Ayah-ku"

"Ayah juga begitu. Kupikir karenanya Kakek lemah terhadap saya. Benar kan~?"

"Tentu saja. Dia sangat sayang padamu". kata Paman sambil tertawa.

Perhatian di aula pesta terfokus pada Liantyn dalam sekejap. Duke Astra adalah seorang pria tua yang terkenal tidak memiliki darah atau air mata. Dia berdarah dingin dengan desas-desus bahwa dia bahkan bisa membunuh anaknya dengan tangannya sendiri, terutama yang berani merencanakan pemberontakkan.

Beliau juga bukan orang yang mudah mengulurkan tangannya, bahkan jika seseorang ingin mendekatinya, kemungkinan berhasilnya nol.

Tapi jika itu adalah cucu perempuan yang diperlakukan dengan penuh kasih oleh orang seperti Duke, akan menguntungkan untuk dekat dengannya.

"Taman mansionku juga indah, Nona Liantyn"

"Putriku dan Nona seumuran kan? Lain waktu datanglah ke kediamanku..."

Liantyn dengan cepat menjadi bintang aula perjamuan. Anak itu tertawa lepas.

"Akan sulit untuk meluangkan waktu karena aku harus menempuh pendidikan, tetapi karena anda meminta..."

Pada saat itulah

"Yang Mulia Duke Astra memasuki ruangan"

Aula perjamuan dengan cepat menjadi sunyi. Orang-orang saling menjaga jarak seolah-olah telah berlatih sebelumnya, tak lama setelah itu, Beliau memasuki pintu.

Pemilik aroma emas.

Penguasa dari wilayah terluas dan berkembang pesat di barat. Pusat dunia dibalik Kekaisaran.

- Duke Astra.

"Kami menyambut Duke"

"Kami menyambut Duke"

Kakek melewati kerumunan dan menuju ke tempat duduk kehormatan. Satu per satu orang berkumpul di meja besar.

Katika Kakek duduk, mereka juga duduk.

Kursi terdekat Kakek diisi oleh Paman dan istrinya, serta Liantyn. Aku duduk di sebelah Liantyn.

Satu gelas champagne dibagikan ke setiap kursi. Jus jeruk ditempatkan didepanku dan Liantyn.

Paman Decones bangkit dari tempat duduknya dan menyerukan. "Untuk Kemuliaan Astra yang Kekal!"

"Bersulang-!"

"Bersulang-!"

Suara keramaian bisa terdengar dari jarak tertentu. Suasana perjamuannya bagus. Walaupun seseorang mencoba mengacaukan suasananya, pastinya tidak akan bekerja. Karena semua orang sangat waspada dan berusaha keras untuk terlihat baik dihadapan Kakek.

Pada saat sekitar setengah dari hidangan tersaji, Paman Decones membuka mulutnya. "Ayah, Liantyn menyiapkan hadiah untuk ulang tahunmu"

Mata Kakek beralih ke Liantyn. Liantyn tersenyum malu.

Paman Decones tertawa dan meletakkan tangannya di bahu putrinya.

"Dia telah berusaha keras untuk menyiapkan hadiah, dan dia telah menyiapkan sesuatu yang sangat istimewa. Ha Ha Ha! Ayo, Liantyn."

Liantyn memberi isyarat kepada seorang pelayan. Pelayan itu segera membawa sebuah kotak kecil. Dari kotaknya saja sudah sangat mewah. 

Liantyn berkedip dan berkata kepada Kakek. "sangat sulit untuk menemukan hadiah ini. saya baru bisa mendapatkannya kemarin setelah begitu banyak kesulitan"

"...."

"saya benar-benar berusaha karena saya ingin Kakek bahagia..."

"oooh". orang-orang mengeluarkan seruan. Mereka sepertinya tertarik dengan benda yang sulit didapatkan bahkan oleh Keturunan Langsung Astra.

Liantyn mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Silahkan buka"

Kakek perlahan mebuka kotak itu.

Di sela itu mata Liantyn bertemu dengan mataku

Liantyn mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Itu adalah seringai yang amat jelas mengejek.

kemudian dia menyandarkan bahunya ke arah Kakek yang membuka kotak itu. "Anda bisa memakannya sekarang. Efeknya akan langsung muncul"

"Makan apa"

"Benda itu. Yang saya berikan-"

Kakek mengeluarkan botol obat dari kotak dengan ekspesi garing. Pada pandangan pertama, itu berisi cairan yang tidak akan pernah dimakan manusia, dan penuh dengan jamur.

"...!!". Wajah Liantyn menjadi kaku.

Sudut mulutku terangkat.

'Kenapa? apakah kau mencuri dengan benar?'

Liantyn melototiku. "Apa yang.."

Aku menunjuk ke botol obat yang dipegang Kakek.

"Jangan pegwang! Itu kotor!"

***

Mari kujelaskan apa yang sedang terjadi.

Sebelum Liantyn masuk ke kamarku, aku menyimpan obatnya untuk berjaga-jaga. Dan aku juga menyiapkan sesuatu yang lain didalam.

'Pil Regresi Fisik Palsu'

Apa yang diambil Liantyn adalah Pil Regresi Fisik yang gagal.

Di [IPTVG], Elliotte-lah yang pertama kali membuat Pil Refresi Fisik.

Tapi itu gagal.

Katika seseorang meminum obat tersebut, rasa sakit giginya tampak menghilang, tetapi rasa sakit lain akan datang dalam tiga hari. Selain itu, walaupun obatnya dibuat dengan susah payah, kedaluwarsanya kurang dari sehari.

Setelah 24 jam, itu hanya menjadi cairan busuk.

'Pil Regresi Fisik yang asli, ditingkatkan dengan menambahkan Lilyturf Hijau kedalam formula'

Tadi malam, setelah kembali ke kamar, aku mendapati isi laci mejanya kosong. Liantyn pasti mengambil Pil Regresi Fisik didalamnya.

Paman Decones bingung dan menatap Liantyn.

"Apa yang terjadi? Apa benar itu hadiah yang kau siapkan? Apakah itu benar-benar obat yang layak diminum?"

"t-tentang itu....". Wajah Liantyn memerah.

'Kau tidak tahu harus berbuat apa kan?'

Kalau dia bersikeras memaksakan apapun yang dia berikan bisa dikonsumsi oleh Beliau, lalu sesuatu terjadi setelah Beliau memakannya, tidak akan ada jalan kembali.

Orang-orang saling berbisik.

Liantyn banyak membual sebelum hadiah tersebut dibuka, sehingga terlihat lebih menggelikan.

"Bagaimana yah? Nona Liantyn itu agak..."

"Yah, ini yang disebut Mulutmu Harimaumu"

"Memberikan benda busuk sebagai hadiah ulang tahun...hanya akan menyakiti Duke"

Paman Decones menjadi sangat malu dan tangan Liantyn gemetar. Itu adalah ekspresi yang menunjukkan bahwa ini pertama kalinya dia dipermalukan separah ini. Suasana perjamuan menjadi aneh.

Kakek tidak banyak bicara tetapi matanya tenggelam.

Viscount Debussy membuka pembicaraan untuk menyegarkan suasana.

"Kalau tidak salah, Nona Muda Elliotte juga mengatakan bahwa dia menyiapkan hadian"

"Iyaa"

"Tolong tunjukkan pada kami"

Aku melompat turun dan mengambil sesuatu dari Hilda yang menunggu didekat dinding.

Viscount Debussy berbicara dengan suara riang dipenuhi senyuman. "Hadiah macam apa itu"

Aku mengambil sesuatu yang gemerisik dari amplop yang dikemas Hilda. Dan mengangkatnya.

Ta Da!

"Astaga?"

"Itu..."

HA HA HA

Tawa meledak dipesta itu.

Karena yang saya persiapkan adalah sebuah cokelat.

Pagi ini alasan kenapa aku sibuk adalah karena ini. Aku membuat cokelat dengan para pelayan. Dan ketika tidak ada yang melihat...

'Aku memasukkan obat ke dalam cokelat'

Alasan kenapa aku repot-repot menyiapkannya dalam bentuk ini adalah karena tidak mungkin Beliau akan langsung minum atau makan obat yang disiapkan oleh anak berusia tiga tahun.

Tapi siapa yang akan mengira aku memasukan sesuatu kedalamnya?

Reaksi orang-orang pasti akan begitu.

Para bangsawan di aula perjamuan tertawa terbahak-bahak. Sepertinya orang-orang menganggap lucu karena hadiahnya cukup sederhana dan dipersiapkan oleh seorang anak kecil.

Aku segera pergi ke Kakek dan memberikan cokelatnya.

"Saya akan berwikannya pada Kakek"

Ketika aku meletakkannya di tangan Kakek, orang-orang terkejut.

"Um, Nona...". Salah satu bangsawan yang kebingungan mencoba menghentikanku.

Siapa yang berani memberikan makanan seperti ini kepada Duke Astra?

Namun Viscount Debussy yang khawatir suasananya akan menurun lagi, mengambil langkah. "Hadiah ini adalah hasil kerja keras Nona Muda Elliotte. Kenapa anda tidak mencicipinya?"

"....". Kakek menatapku.

Dan segera, dia memasukkan cokelat kedalam mulutnya.

Viscount Debussy bertanya pada Kakek dengan mata tertekuk. "Bagaimana?"

"Rasanya tidak buruk"

"Hahaha, saya penasaran dengan rasanya".

Aula pesta menjadi harmonis kembali. Setelah aku memberikan cokelat, orang lain juga mulai menyerahkan hadiah mereka kepada Kakek.

Seekor burung pandai bicara asal negara asing.

Berlian lima warna seukuran kepalan tangan.

Ada segala macam hadiah yang luar biasa.

Dapur juga menyajikan makanan yang spesial untuk memperingati ulang tahun Kakek. Ada hidangan daging panggang dari anak sapi utuh.

Makanannya disajikan ke Kakek terlebih dahulu. Dagingnya mungkin empuk, tetapi karena itu adalah daging, akan lebih sulit dikunyah dari pada sayuran. Meski begitu, Kakek memasukkan makanan ke mulutnya dengan menyembunyikan rasa sakit seperti biasa.

Akan tetapi,

"....". Kakek yang sedang mengunyah daging, berhenti.

Ketika Beliau membeku, orang-orang yang memperhatikan Kakek bingung tentang apa yang sedang terjadi.

"Duke". Viscount Debussy bertanya

Tetapi Kakek memandangi daging itu tanpa menjawab.

Kupikir sudah waktunya, jadi aku pergi ke Kakek dan berbisik, "Sekawrang sudah tidak sakit lagii kan?"

"...apa kau bilang?"

"Ini untuk Kakek. Gigimwu sakit. Tapi kalau makan cokelat, tidak sakit lagii. Kawrena ada obat yang membuatnya tidak sakiit"

Mata Kakek membesar. "Kau, bagaimana kau bisa..."

Ekspresinya seperti bertanya kepada-ku bagaimana aku tahu giginya sakit, dan dari mana mendapatkan obat macam itu

Tapi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Karena perhatian orang-orang terarah padanya. Melihat sekeliling, Kakek menutup mulutnya.

Pertanyaan itu sepertinya ditunda untuk lain waktu, jadi aku kembali ke tempat dudukku.

Kakek mulai makan lagi. Seolah-olah dia mencoba memastikan bahwa benar-benar tidak ada rasa sakit lagi. Dan dia tidak terlihat tidak nyaman sepanjang waktu.

'Beliau mengosongkan seluruh mangkuk'

Memang Beliau adalah orang dengan nafsu makan yang baik, tapi dia tidak bisa makan karena giginya. Pasti Beliau selalu lapar sampai saat ini.

Di akhir perjamuan, Viscount Debussy berkata. "Begitu banyak hadiah luar bisa telah diterima. Tapi hadiah mana yang paling anda sukai?"

Orang-orang di aula perjamuan tampak mengantisipasinya. Sepertinya mereka tahu tentang 'Kakek yang akan memberi balasan kepada orang yang hadiahnya paling disukai'

Kakek melihat ke tumpukkan hadiah berharga yang menggunung di tepi ruang perjamuan.

Akhirnya, dia perlahan membuka mulutnya.

"Hadiah Elliotte... aku paling menyukainya"

"...!"

"...!"

"...!"

Diantara hadiah yang istimewa, cokelat-ku pasti terlihat paling tidak berharga.

Namun,

"Duke sangat menyukai Nona Elliotte...."

"Ya, sepertinya dia lebih sayang dengan anak ini, bahkan lebih dari Nona Liantyn"

"Kalau dipikir-pikir, dia terlihat sangat akrab dengan Duke?"

Reaksi orang-orang yang seperti ini juga masuk di akal.

Conrad yang berdiri jauh, mengacungkan ibu jarinya ke arahku. Viscount Debussy juga tertawa terbahak-bahak.

Melodi ceria yang diciptakan oleh para musisi memenuhi ruang perjamuan. Diantaranya, ada wajah Liantyn yang memutih. Tentu saja ekspresi Paman Decones juga tidak bagus. Pasangan ayah dan anak itu tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun dengan benar sepanjang pesta perjamuan.

***

Kakek bangkit dari tempat duduknya. Itu menandakan perjamuan makan sudah berakhir sekarang.

'Jadi setelah istirahat sebentar, Bagian II akan dimulai'

Semua bangsawan juga bangkit dari tempat duduk mereka. Ada juga yang berusaha menyapa Kakek dengan mengejarnya sampai kedepan pintu.

SYUK! PRANG! Aku hendak bangun dari kursiku segera, tetapi Liantyn di sebelahku bergerak lebih dulu. Aku kehilangan keseimbangan karena dia bangkit dengan kasar.

Aku hampir jatuh jadi aku meraih meja dengan sekuat tenaga tanpa sadar, dan tiba-tiba gelas jus jatuh.

"Kyaaaa!!". Liantyn berteriak.

Paman Decones yang mengejar-ngejar Kakek, dengan cepat berbalik ke sini.

"Apakah kamu baik-baik saja nak?"

"Sepertinya aku terkena pecahan kaca"

Ketika melihat putrinya berlinang air mata, Paman mengerutkan kening dan menatapku. Tanpa menanyakan keseluruhan peristiwa, dia dengan kasar membentakku.

"Apa kau tidak bisa berhati-hati!"

Sungguh tidak adil.

'Ini terjadi karena Liantyn mendorongku'

Sepertinya dia tidak punya niat untuk mendengarkan. Paman Decones dinilai sebagai yang paling bodoh diantara anak-anak Kakek. Dia pemarah, berpkirian sempit, dan kasar.

Dia menatapku dengan tajam dan berkata "Cepat minta maaf"

"..."

"Apa kau tidak mendengarku?!"

Orang-orang memperhatikan kami karena keributan itu.

Pada saat itulah Kakek melihat ke arah sini dan…

"Ternyata kau masih suka memekik seperti babi, Decones"

Seseorang dengan suara tidak dikenal, melangkah ke dalam ruang perjamuan.

Rambut emas mempesona yang disertai dengan aroma berbahaya. Sebuah garis rahang tajam yang melengkung mulus. Fitur-fitur halus yang terletak ditempat yang sempurna untuk dipandang.

Perawakan tinggi dan otot indah hasil tempaan banyak pertempuran.

Dan…mata merah seperti milikku.

Dia adalah seorang pria dengan rupa yang cantik, cukup untuk membuat orang berseru dari mana-mana.

Namun rambut manusia ada didalam cengkramannya. lalu Dia melemparkan seorang pria yang bersimbah darah ke lantai.

KYAAAAA-!

Orang-orang yang dekat dengan pria yang tersungkur, buru-buru menjauh. Orang-orang yang lemah jantung menutupi mulut mereka dengan wajah yang menjadi pucat.

Orang berdarah yang dilempar oleh pria cantik itu, memiliki luka serius.

Pria cantik itu melirik Kakek.

"Ada apa, aku tidak bisa datang dengan tangan kosong di hari ulang tahun-mu kan?"

Sekujur tubuhku merinding.

Meskipun aku belum pernah melihat pria itu, aku langsung mengenalinya.

Orang ini adalah Daymond Astra.

Dia adalah ayahku