Chereads / Three Portal Tales / Chapter 2 - 2: Awal Yang Baru.

Chapter 2 - 2: Awal Yang Baru.

*Tik Tok Tik Tok Tik Tok*

Bunyi Jam dinding yang sangat menyebalkan dapat didengarkan menggema di sebuah kamar. Kamar tersebut cukup rapi mengingat makhluk yang hidup didalamnya adalah seorang Manusia Laki Laki.

Dan di dalam kamar tersebut, Tidak hanya ada 1 Jam. Tetapi, 3 Jam berada di dalam kamar tersebut. 1 Jam Dinding, Dan 2 Jam Meja. 1 Jam meja berada di sebelah tempat tidur. Dan satu lagi di atas Lemari.

2 Jam Meja tersebut mendering. Seorang Pria Berambut Hitam Legam yang cukup panjang. Hinga dapat menutupi Matanya. Bangun. Dia mengenakan Baju Hitam Polos dan Celana Boxer Hitam polos.

Dia keluar dari selimutnya dan duduk di kasurnya. Dia melihat ke arah Jam di sampingnya. Dia masih terlihat sangat mengantuk. Jam menunjukkan Angka 5. Dia menyentuh Jam tersebut dan tegak.

"Haah... Mandi Mandi..."

Pria tersebut mengatakan hal tersebut dengan tenang. Suaranya sangat serak karena baru bangun. Tidak ada Semangat yang bisa di rasakan dari Pria tersebut. Dia pergi ke dekat Pintu dan menyentuh Jam di lemari. Setelah mematikan 2 Alarm tersebut. Dia pergi ke ruangan yang lain.

Mengambil Celana Dalam dan Seragam yang telah di siapkannya kemarin malam. Dia membawanya kembali ke dalam kamarnya. Membawa Celana Dalam ke dalam Kamar mandi dan dia menghidupkan Air Dingin.

"1... 2... 3!"

Dia langsung menyirami dirinya dengan Air yang Sangat Dingin. Dia teriak kedinginan dan melompat lompat untuk menghilangkan rasa kedinginan tersebut. Dia langsung memakai sabun dan sampo. Lalu, Menyiksa dirinya dengan air dingin Lagi.

5 Menit untuk mandi... Lalu, Dia mengeringkan dirinya dengan Handuk Putih Bersih. Dia memakai Celana Dalamnya lalu pergi ke depan Lemari.

Melumasi dirinya dengan berbagai Macam Krim untuk menghindari berbagai macam Penyakit. Bukan Make up, Hanya Krim Pelindung.

Pria tersebut memakai seragamnya. Baju Putih berkerah. Celana Hitam yang cukup ketat tetapi elastis. Dan sebuah Jaket Hitam untuk mengakhiri seragamnya.

Di Jaketnya, Terdapat sebuah Pin yang bertuliskan 'Alfredo Ninya.'

Itu adalah Nama dari seorang Pria Tersebut.

Alfredo Ninya. Seorang Yatim Piatu yang hidup sendirian di Rumah yang ia kontrak. Dia bukanlah seorang Jenius. Tetapi, Dia seorang pekerja keras.

Alfredo mengenakan kaus kakinya dan memakai sepatu hitamnya. Dia mengambil Tas Pinggangnya dan keluar dari Rumahnya.

"Oh Alfredo. Pagi!"

Seorang Siswi yang berjalan dengan 2 orang Siswi lainnya menyapa Alfredo. Mereka mempunyai bentuk badan dan wajah yang bagus. Alfredo senyum kepada mereka.

"Pagi."

Alfredo mengunci rumahnya dan menyapa mereka. Mereka bertiga langsung saja menggosip seperti 'Ah! Alfredo berbicara kepadaku!'

Tentunya, Perempuan Menyukai Alfredo, Dia tampan, kuat dan kaya. Dia adalah seorang Pria Idaman. Alfredo membuka Gerbang rumahnya dan berjalan di belakang Siswi Siswi tersebut. Dia meraih Saku kantongnya dan mengambil Dompetnya.

"Lontong... Lontong... Dimana Lontong yang enak ya..."

Alfredo berbisik. Meskipun dia telah hidup disini selama 3 Tahun. Dia masih belum terbiasa dengan kota ini. Dia melihat kemana mana untuk mencari sarapan kesukaannya. Lontong.

Untungnya untuk Alfredo, Siswi Siswi tersebut juga sedang mencari Sarapan. Mereka pergi ke sebuah Kedai Kopi dan memesan makanan Mereka. Alfredo sangat bahagia ketika dia sampai ke kedai kopi ini.

Alfredo mengeluarkan uangnya.

"Buk! Pesan Lontongnya 1. Pakai Kerupuk sama 2 Bakwan ya!"

"Oke nak."

Alfredo tinggal menunggu Lontongnya sampai saja. Sambil Menunggu, Alfredo mengeluarkan Catatannya dan mencatat pengeluarannya. Karena Alfredo masih di bawah umur dan hidup sendiri, Alfredo membutuhkan catatan pengeluaran untuk mengetahui segala sesuatu tentang keuangannya.

Sambil Menyatat, Lontong Alfredo Datang. Alfredo mengucapkan terima kasih sambil tersenyum. Lalu, Dia memakan Lontongnya. Alfredo membayar makanannya lalu Berangkat ke Sekolah.

Sesampainya di SKK. Alfredo menyapa semua murid dan guru. Dia cukup disukai oleh para murid dan guru. Tentu saja, Karena Alfredo itu sangat ramah dan baik. Dia sampai ke kelas 3 A.

Srrk.

Bunyi Pintu geser yang dibuka bisa didengar oleh semua orang. Alfredo memasuki kelas dan duduk di paling belakang. Dia mengeluarkan bukunya ke luar dan melihat ke samping.

"Feb... PR Matematika udah siap belum?"

Alfredo bertanya dengan sopan. Seorang Siswi dengan Rambut Hitam yang di kuncir melihat ke kiri. Dia tersenyum ke Alfredo dan menjawab.

"Udah! Kamu mau liat?"

Febri bertanya. Alfredo mengangguk dengan pelan. Febri mengeluarkan bukunya dan memberinya ke Alfredo.

"Makasih Feb."

Alfredo bilang. Siswa Siswi Lainnya mulai bersiul kepada Alfredo dan Febri. Mereka berdua membiarkan siulan tersebut karena, Itu sudah biasa. Selama 3 Tahun, Alfredo dan Febri selalu bekerja Sama untuk mendapatkan Nilai yang Bagus.

Tentu Saja, Alfredo sangat Lemah tentang sesuatu yang menghitung hitung dan tentang menghafal Rumus. Intinya, Alfredo lemah tentang Teori.

Tetapi di Praktek Lapangan. Alfredo sangat Handal. Alfredo dan Febri berkerja sama untuk mendapatkan Rangking 1 dan 2 Setiap Tahun. Febri mengerjakan tentang Teori dan Alfredo mengerjakan tentang Praktik.

Mereka berdua tidak dapat di hentikan jika mereka dalam satu tim. Febri mendapat julukan Ratu Teori dan Alfredo mendapat julukan Raja Praktek.

Dan tentu saja, Ada banyak Kapal yang berlabuh tentang ini. Banyak orang yang berteori bahwa, Alfredo dan Febri itu berpacaran. Mereka tidak pernah menjawab iya ataupun tidak.

Jadi, Mereka tidak begitu tahu. Tetapi, Mari kembali ke topik.

Alfredo menyelesaikan PR Matematikanya dengan cukup cepat. Dia mengembalikan buku Febri dan mengucapkan Terima Kasih. Febri tentu saja tidak ada masalah dengan Alfredo.

Bel pun berbunyi tepat setelah Alfredo mengembalikan Buku Febri.

"Hoo... Hampir Telat... Mampus aku kalau telat..."

Alfredo berbisik kepada dirinya sendiri. Ada 20 murid di kelas A. Dan jumlahnya tetap saja segitu. Tidak pernah Berubah.

Seorang Guru Olahraga datang. Dia mengenakan Jaket olahraga dan celana pendek. Tentu saja, Dia membanggakan tubuhnya. Jadi, Dia tidak mengenakan apapun di bawah Jaket tersebut.

Meskipun terlihat seperti seorang yang sangat mesum, Guru Olahraga ini adalah Wali Kelas Mereka dari kelas 1. Dia adalah orang yang sangat Baik. Dia hanya memperdulikan satu hal. Otot. Dia tidak tertarik dengan apapun selain Otot.

"Selamat Pagi anak anak! Bapak Harap kalian semua sudah makan sehat! Seperti Biasa, Pagi ini kita akan Praktek ya. Datang ke Bawah dalam 10 Menit. Lalu, Kita akan Pemanasan. Ada pertanyaan?"

Pak Guru bertanya. Semua orang menjawab Tidak. Bapak itu pergi keluar dengan bahagia. Semua Siswa mengambil Seragam Olahraga mereka.

"Anak Cowok! Keluar ya!"

Para Cewek berkata. Ini adalah sesuatu yang selalu terjadi di SKK. Para Cowok dan Cewek selalu bertengkar tentang siapa yang mendapatkan kelas untuk mengganti baju mereka. Terkadang, Cowok mendapatkan kelas, Terkadang Cewek yang mendapatkan Kelas.

Tergantung Situasi. Siapa cepat dia dapat.

Tentu saja, Dari pada berargumen yang tidak Jelas. Alfredo dan Febri sudah keluar Dari Kelas. Selagi para Siswa Siswi yang lain masih berargu tentang ruangan Kelas.

Mau bagaimana lagi. Ruangan Kelas itu Dingin dan tertutup. Itu adalah tempat yang paling aman untuk mengganti pakaian.

Alfredo dan Febri sedang berjalan Keluar. Febri sedang menguncir kembali Rambutnya.

"Jadi Alfredo. Kira kira, Apa praktek kita hari ini? Apakah tentang Sihir? Atau Seni Bela Diri?"

Febri bertanya. Alfredo meliat ke luar jendela dan bapak guru terlihat sedang mengatur beberapa target.

"Sepertinya tentang Sihir. Kasihan kali Pak Arnold. Sebagai Guru Olahraga disuruh ngajarin Sihir ke kelas yang kebanyakan Atlet."

Alfredo berkata. Febri tertawa mendengarkan kata kata itu.

"Benar juga... Kita kebanyakan Atlet. Yang sangat pandai sihir itu cuman Kamu."

"Yup... Aku kasihan sama kalian untuk selalu memperhatikan aku dalam praktek Sihir."

Alfredo berkata. Febri menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Tentu saja Tidak. Sihir kamu itu sangat indah. Dan Lagi Pula... Kita semua ini belajar Di SKK karena kita memiliki Bakat dalam Sihir. Tapi sepertinya hanya Kamu yang akan pergi ke TNW..."

Febri berkata dengan nada Sedih. Alfredo melihatnya dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maaf Feb... Kita kayaknya nggak bisa pergi ke Universitas Sama sama..."

Alfredo berkata. Febri menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa apa... Selama kamu tidak melupakan petualangan kita di SKK. Aku tidak masalah kamu pergi ke TNW... Meskipun, Itu cukup berat untukku."

Febri berkata. Alfredo tidak bisa menjawab itu. Dia sangat menyesal untuk meninggalkan Febri sendirian di Universitas nantinya. Karena, Dia Tahu bahwa, Febri akan memiliki kesulitan dengan Rumor Rumor yang tersebar di SKK.

Seketika. Atmosfernya sangat hening. Alfredo dan Febri berjalan ke pak Arnold dengan keheningan yang menyakitkan ini.